Kamis,(28/08/17) Laboratorium Mikrobiologi kembali melakukan agenda rutin yang mempresentasikan hasil-hasil penelitian di bidang mikrobiologi. Kali ini presentasi di sampaikan oleh Erwin Nur Indiarto dan Ani Cholisoh yang merupakan mahasiswa S1 Fakultas Biologi UGM. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin mengambil tema tentang potensi agen pengendali Hayati terhadap organisme pengganggu tanaman. Penelitian ini merupakan penelitian hasil Kerja Praktik Lapangan pada tahun 2016 yang lalu di Balai Besar Pembenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya. Sementara Ani mengambil tema tentang potensi ekstrak tauge sebagai medium substitutif untuk pertumbuhan Aspergillus oryzae yang merupakan penelitian mata kuliah Seminar di Fakultas Biologi UGM Strata 1.
Menurut Erwin, Agen Pengendali Hayati (APH) merupakan salah satu metode untuk mengurangi organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan serangkaian proses dan agen biologi. Salah satu APH yang sering digunakan adalah jamur Gliocladium sp. yang mempunyai kemampuan antagonis terhadap jamur patogen Fusarium sp. Efektivitas Gliocladium sp. diuji melalui uji antagonis pada cawan petri dan uji metabolit sekunder yang meliputi uji hormone, uji sensitivitas, uji chitosan, dan uji CMV (Carboxymethyl Cellulose) pada medium Potato Dextrose Broth dan medium aplikatif.
Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa Gliocladium sp. mampu menurunkan jari-jari laju pertumbuhan Fusarium sp. pada cawan petri. Uji hormone Gliocladium sp. meningkatkan pertumbuhan akar primer dan jumlah akar sekunder biji timun, uji sensitivitas menimbulkan reaksi patogen pada daun tembakau, terbentuk zona jernih pada medium Chitosan yang menghasilkan chitinase dan terbentuk pula zona jernih pada medium CMC yang menghasilkan selulase.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Ani, lebih menjurus kepada pengujian potensi medium alami sebagai medium alternatif pengganti medium komersil. Pasalnya, saat ini medium komersil yang biasa digunakan untuk pertumbuhan kapang seperti medium PDA dan MEA harganya sangatlah mahal. Sehingga perlu adanya pengembangan potensi medium lain sebagai solusi alternatif untuk pertumbuhan kapang.
Penelitian yang dibimbing oleh Bapak Dr. Miftahul Ilmi, M.Sc. ini menggunakan medium ekstrak tauge sebagai medium substitusi untuk pertumbuhan mikrobia, khususnya kapang. Kandungan dalam tauge (protein (30%-berat) dan pati (50%-berat) merupakan nutrien yang dapat digunakan oleh kapang untuk melakukan pertumbuhan. Namun sayangnya saat ini belum ada penelitian yang menguji penggunaan medium alternatif ekstrak tauge yang optimal untuk pertumbuhan kapang Aspergillus oryzae.
Pada penelitiannya, Ani menggunakan medium ekstrak tauge dengan memvariasikan konsentrasi tauge (2,9-17,1%) serta gula (3,2-8,8%). Penggunaan dua konsentrasi tersebut dalam pembuatan medium ini karena tauge mengandung Nitrogen (N) sementara gula mengandung Karbon (C) untuk pertumbuhan Aspergillus oryzae. Desain perlakuan yang digunakan Ani dalam penelitiannya yaitu Response Surface Method yang kemudian hasilnya dianalisis menggunakan Minitab 17.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Ani memaparkan bahwa r-square yang diperoleh sebesar 84.88% dan konsentrasi tauge yang optimum bagi Aspergillus oryzae adalah 11% sedangkan gula sebesar 7%. Yang artinya adalah jamur Aspergillus oryzae mampu tumbuh dengan baik dalam medium dengan konsentrasi tersebut sehingga ini dapat menjadi solusi medium alternatif untuk pertumbuhan jamur Aspergillus oryzae untuk penelitian berikutnya.
Harapan kedepannya adalah, peneliti dapat menemukan lebih banyak lagi potensi-potensi hayati terselubung lainnya, karena faktanya dunia dengan kearifannya sudah menyimpan berbagai objek yang dapat diteliti manfaat dan potensinya, hanya saja dengan kelalaian dan kelengahan kita membuatnya belum mampu di explore lebih dalam untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan kemaslahatan masyarakat. Semoga dengan adanya sharing penelitian ini dapat menjadi wadah baru bagi peneliti muda untuk terus berkarya membangun bangsa.**(HanifaHanini)