Sejalan dengan perkembangan zaman, maka mutu Pendidikan Tinggi, khususnya di bidang Biologi perlu untuk terus ditingkatkan, dikembangkan, dan disesuaikan dengan kebutuhan pada masa kini dan yang akan datang. Kemajuan teknologi dewasa ini memberikan peluang dan penguatan di pendidikan Biologi dan aplikasinya, sehingga dapat menjadi kunci untuk mengungkap dan menjelaskan berbagai proses yang
terjadi dalam sistem hayati. Kondisi ini sangat didukung dengan letak geografis Indonesia yang sangat strategis dan memiliki ragam biodiversitas yang tinggi, untuk itu peran aktif Fakultas Biologi UGM sangat diperlukan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan kompeten, serta dapat menjadi pusat rujukan pengembangan ilmu di dunia.
Menjadi negara megabiodiversitas tentu memberikan kesempatan dan peluang luas untuk mempelajari dan mengelolanya, akan tetapi sumber daya manusia (tenaga ahli) yang unggul, kompeten baik dalam perencanaan, pengumpulan dan pendataan koleksi, analisis, dan perawatan koleksi, masih sangat terbatas. Untuk itu tenaga ahli kurasi koleksi
keanekaragaman hayati sangat diperlukan. Kegiatan kurasi pertama-tama dikenal di dunia barat (Eropa dan Amerika Utara), di museum-museum non seni rupa seperti museum sejarah, museum biologi yang mengoleksi spesies-spesies binatang, perpustakaan, dan museum antropologi. Secara etimologi, istilah kurator (curator) berasal dari bahasa Yunani, berarti merawat (cure) atau peduli (care). Selanjutnya dalam The Concise Oxford Thesaurus (1995), curator dapat diartikan sebagai orang yang menangani pekerjaan yang berhubungan dengan memelihara, memperhatikan, menjaga, membenahi, sampai melaporkan sesuatu objek.
Sebagai landasan historis, bahwa sejak berdirinya Fakultas Biologi pada 19 September 1955 berdasarkan SK Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 53759/Kb, tanggal 15 September 1955, pendidikan di Fakultas Biologi terus mengalami perkembangan, mengikuti perkembangan jaman. Sejak dimulainya periode Klaten (1946-1949) di kota ini terjadi peristiwa-peristiwa keilmuan dan kelembagaan yang merupakan cikal bakal lahirnya Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Beberapa peristiwa yang merupakan tonggak awal berdirinya Fakultas Biologi antara lain dibukanya Perguruan Tinggi Kedokteran dan Perguruan Tinggi Ahli Obat di Klaten pada tanggal 5 Maret 1946. Kemudian pada tahun 1946 didirikan Perguruan Tinggi Pertanian dan tahun 1948, Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan. Adanya agresi militer Belanda ke II (1948-1949), menyebabkan Klaten menjadi salah satu kota yang diduduki Belanda, maka perguruan-perguruan tinggi berpindah ke Kota Yogyakarta. Proses pemindahan perguruan tinggi tersebut melibatkan masyarakat dan dilakukan secara bergerilya. Beberapa tokoh yang turut serta dalam gerilya pemindahan perguruan tinggi tersebut antara lain dr. Sardjito (Prof.), Drs. Radiopoetro (Prof.) dan beberapa mahasiswa antara lain Soewasono (Prof. Dr) dan Suryo (Ir).
Setelah Periode Klaten dilanjutkan dengan Periode Mangkubumen (1949-1970). Pada periode ini kegiatan perkuliahan perguruan tinggi dilaksanakan di Keraton Yogyakarta Hadiningrat dan di rumah-rumah bangsawan Yogyakarta. Salah satu rumah yang digunakan untuk kegiatan perkuliahan adalah nDalem Mangkubumen di Ngasem. Sebelumnya, kota Yogyakarta telah memiliki Sekolah Tinggi Teknik dan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (BPTGM) tahun 1946-1948. Dengan berpindahnya perguruan-perguruan tinggi yang ada di Klaten ke Yogyakarta maka timbul gagasan untuk menggabungkan semua perguruan tinggi tersebut dengan perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta menjadi Universiteit Negeri Gadjah Mada (UNGM), selanjutnya melalui PP No. 30 tahun 1950, semua Balai Pengajaran Tinggi dalam lingkungan UNGM yang berbentuk Akademi, dihapuskan dan diganti dengan bagian Baccalaureat. Oleh karena itu Akademi Pendidikan Guru Ilmu Hayat diganti menjadi bagian Baccalaureat Ilmu Hayat pada Fakulteit Kedokteran. Berdasarkan PP No. 37 th 1950, Pasal 5 ayat 1, Baccalaureat Ilmu Hayat dilaksanakan oleh bagian Kedokteran FKKGF, dan pada tahun 1955, penamaan organisasi perguruan tinggi diseragamkan dengan menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia. Akibat peraturan ini “Universiteit Negeri Gadjah Mada” berubah nama menjadi “Universitas Gadjah Mada”.
Berdasarkan SK Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 53759/Kb tanggal 15 September 1955 pada Pasal 2 Ayat 1 menyatakan bahwa mulai tanggal 19 September 1955, tingkat pengajaran Baccalaureat Ilmu Hayat bagian Kedokteran FKKGF diperluas menjadi Fakultas Biologi yang menyelenggarakan juga pengajaran tingkat Baccalaureat Ilmu Biologi. Dalam upaya mengembangkan Fakultas, pada tahun 1960, Fakultas Biologi menyelenggarakan Simposium Biologi Pertama dengan ketua panitia dr. R. Soewasono (Prof.). Berdasarkan instruksi Menteri PTIP (Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) serta hasil Konferensi antar Fakultas Biologi Negeri, maka pada tahun kuliah 1963-1964 dilaksanakan studi terpimpin dengan sistem semester, dan memiliki sembilan seksi yaitu Anatomi Hewan, Sistematik Hewan, Entomologi, Anatomi Tumbuh-tumbuhan, Fisiologi Tumbuh-tumbuhan, Sistematik Tumbuh-tumbuhan, Genetika, Mikrobiologi dan Radiobiologi. Kesembilan Seksi tersebut mulai aktif pada tahun akademik 1964-1965.
Di tahun 1967 terjadi perubahan kurikulum di Tingkat Sarjana dengan membentuk dua jurusan, yaitu Jurusan Zoologi dan Jurusan Botani, kemudian pada tahun 1977 terjadi perubahan kurikulum, yang semula hanya dengan dua jurusan berkembang menjadi 11 jurusan, hingga di tahun 1980 pendidikan tingkat Sarjana Muda dan Sarjana diganti dengan Program Sarjana Strata 1 (S1) dengan sistem kredit semester dan dapat diselesaikan dalam waktu empat tahun. Antara tahun akademik 1983/1984 hingga 1994/1995, Fakultas Biologi UGM menyelenggarakan tiga program studi, yaitu Program Studi Botani, Program Studi Zoologi, dan Program Studi Lingkungan berdasarkan SK Menteri P&K No. 0553/0/1983 tertanggal 8 Desember 1983. Setelah tahun akademik 1994/1995, Fakultas Biologi kembali menyelenggarakan satu program studi, yaitu Program Studi Biologi, yang diselenggarakan berdasarkan SK Mendikbud no. 056/U/1994 tertanggal 19 Maret 1994 dan SK Mendikbud No. 0219/U/1995 tertanggal 25 Juli 1995. Selanjutnya perubahan kurikulum merupakan perubahan yang komprehensif yaitu adanya kurikulum 2009, yang dikembangkan menjadi kurikulum 2017, dan yang terakhir dengan diberlakukannya kurikulum 2021 yang mengacu pada Kebijakan Kemendikbud RI tentang Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) yang disahkan melalui Permendikbud No. 3 Tahun 2020.
Berdasarkan perkembangan dengan diberlakukannya kurikulum Pendidikan di Fakultas Biologi menunjukkan relevansi yang tinggi untuk mendukung peningkatan mutu akademik yang
berkelanjutan, mengikuti zaman tetapi tetap menunjukkan ciri khas Prodi Biologi yang unggul di Fakultas Biologi UGM. Untuk itu Fakultas Biologi UGM membekali para lulusannya dengan kemampuan yang menunjang keahlian sebagai Kurator Keanekaragaman Hayati dengan kompetensi dasar tentang: Sistematika Hewan dan Tumbuhan, Struktur dan fungsi hewan serta tumbuhan, Ekologi dan Konservasi, dan Biologi Molekuler. Berbasis kemampuan dan kompetensi berdasarkan ilmu seperti yang tersebut, lulusan diharapkan mampu secara terstruktur menyusun basis data keanekaragaman hayati Indonesia dan dunia, serta mampu menganalisis dan menyampaikannya secara ilmiah.