Jum’at, 5 September merupakan hari keberangkatan kegiatan ekpedisi, setelah dilakukan upacara yang dihadiri oleh peserta ekspedisi, pembimbing KSH: Bapak Drs. Abdul Rahman, M.Si. dan Bapak Soenarwan Heri P., S.Si., M.Kes. yang mewakili Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswaan. Ekspedisi kali ini dilakukan di desa terakhir yang berbatasan dengan wilayah Taman Nasional Gunung Merapi yang berletak di lereng barat gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Barat.
Pada peristiwa erupsi gunung Merapi tahun 2010, terlihat lahar dingin berjalan melalui sungai-sungai dari Merapi dan awan panas dengan kecepatan mencapai 90 km/jam dengan suhu mencapai 3000oC dan menerpa lereng barat Merapi, menciptakan kerusakan ekologi terbesar dibanding wilayah Merapi lain. Kajian di lokasi ini masih sangat minim, mengingat dampak titik balik dari kemelimpahan spesies di lokasi ini masih menjadi tanda tanya, khususnya untuk keberadaan reptil dan amfibi.
Selama ekspedisi mendapatkan 24 jenis amfibi dan reptil, belum ditambah catatan spesies di luar pembatasan wilayah kajian. Data tersebut merupakan data awal untuk menerka suksesi yang terjadi di Merapi Lereng Barat tersebut. Sebagian besar jenis yang ditemukan dapat ditemukan di lereng selatan Merapi, seperti Katak Hylarana chalconota yang paling umum ditemukan. Namun aspek biogeografi dari perbedaan posisi menciptakan komposisi lingkungan yang berbeda antara lereng selatan dan lereng barat. Seperti Limnonectes cf. macrodon adalah katak umum besar di pulau Jawa dan Sumatera, ditemukan di lereng barat namun sangat jarang di lereng selatan.
Bagaimanapun Merapi Lereng Barat masih menyimpan banyak misteri untuk diungkap, dan ambisi KSH untuk melengkapi informasi amfibi dan reptil Yogyakarta dan sekitarnya serta memajukan Herpetologi Indonesia masih akan terus berlanjut.
Tunggu publikasi ilmiah dan nantikan kegiatan selanjutnya! Hidup Herpetologi Indonesia!
by: (HJ/ACP)
by: (HJ/ACP)