Kebudayaan merupakan suatu kearifan lokal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. misalnya masyarakat Yogyakarta yang mempunyai keyakinan bahwa rumah harus dibangun menghadap ke selatan atau ke utara. Arah Selatan mengingatkan adanya laut selatan, yang dapat memberikan berkah, maksudnya adalah sumberdaya alam yang ada di laut selatan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga membawa berkah bagi masyarakat. Arah utara agar selalu ingat adanya Gunung Merapi yang melambangkan kesuburan. Hal tersebut disampaikan Drs. Trijoko, M.Si., dosen Fakultas Biologi UGM dalam kegiatan sarasehan di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Sabtu,13 Desember 2014. Budaya bahari yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita, perlu dilestarikan, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah laut.
Pak Tri, demikian sapaan akrab beliau, menginginkan agar warga masyarakat desa Kemadang dapat memanfaatkan sumber daya pantai secara berkelanjutan. “Ternyata banyak sekali sumberdaya laut di sini yang belum kita manfaatkan, misalnya Abalon, Lobster, dan Bulubabi yang dikenal masyarakat desa ini dengan sebutan Salakan, dan masih banyak lagi” tegasnya. “Mudah-mudahan tahun depan pengelolaan Abalone di kemadang ini sudah bisa mulai dijalankan” tambahnya.
Kerjasama Fakultas Biologi UGM, Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan bisnis UGM, dan Sustainable development Club ini disambut sangat baik oleh warga desa Kemadang. hal ini disampaikan oleh Kepala Desa Kemadang, Bapak Sutono, “Kami sangat senang dikunjungi lagi oleh UGM, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat di Desa Kemadang dan sekitarnya” jelas Sutono saat menyambut tim dari UGM. Dalam kesempatan ini hadir pula kelompok pemuda Gureng (guyub rukun kerja bareng) dan ibu – ibu anggota PKK desa Kemadang.
Pentingnya pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan juga dipaparkan oleh Singgih Wijayana, Ph.D, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, “Ketika memanfaatkan sumberdaya laut misal menangkap ikan dengan bom, memang hasilnya akan besar, tetapi akan menimbulkan kerusakan terumbu karang, sehingga hasil besar tersebut hanya dinikmati dalam jangka waktu yang singkat, jangka panjangnya ikan sudah tidak ada lagi karena terumbu karangnya rusak dan butuh waktu recovery yang sangat lama”, ujarnya ketika menjelaskan pentingnya tujuan suatu usaha atau bisnis. Menurut salah satu pakar akuntansi UGM ini, usaha kecil, menengah hingga perusahaan besar pasti memiliki tujuan. Tujuan tersebut bukanlah untuk mencari laba sebesar-besarnya, tetapi untuk mencari laba optimum.
Pentingnya inovasi pengolahan sumberdaya laut utuk meningkatkan nilai tambah disampaikan ketua Kelompok Studi Kelautan (KSK), M. Zusron. Timnya meracik sebuah inovasi baru yang terinspirasi dari negara Jepang, yaitu pembuatan nori dari ulva sp. “Ulva sangat banyak di musim hujan, dan jumlahnya akan sulit ditemui ketika musim kemarau. Nori ini sangat awet, dengan penyimpanan yang tepat, dapat bertahan lebih dari enam bulan” ujar Zusron. Penyabet medali perak dalam ajang PIMNAS XXVII kategori Poster ini menambahkan bahwa beda daerah, waktu siklus hidup ulva juga berbeda “ketika di sini tidak musim Ulva, di Lombok ulva sangat melimpah dan nggak ada yang nggoreng” kenang Zusron yang sempat membuat hadirin tertawa dan semakin antusias.
Keluarga Mahasiswa Pascasarjana (KMP) Fakultas Biologi UGM juga tidak ingin tertinggal dalam kegiatan pengabdian masyarakat tersebut, dengan menyampaikan pemaparan mengenai pentingnya memelihara lingkungan sekitar pantai di desa Kemadang melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pohon. “Penanaman pohon sudah dilakukan di Desa Kemadang dan sekitarnya. Kegiatan sebelumnya, kami sudah menyerahkan 250 bibit pohon Jati Mas, 1000 pohon Sengon dan 250 pohon Cemara Udang”, jelas Soenarwan Hery Poerwanto, M.Si., asisten bidang akademik Fakultas Biologi UGM.
Pohon-pohon yang sudah ditanam perlu dirawat dengan baik. Hal ini disampaikan oleh M. Nofiar Hadi perwakilan dari Keluarga Mahasiswa Pascasarjana (KMP) Fakultas Biologi UGM dalam presentasi pengenalan jenis jenis pohon yang sesuai dengan daerah pesisir pantai dan bagaimana cara perawatannya yang baik. Kegiatan pada hari itu ditutup dengan demonstrasi pembuatan nori berbahan Ulva. Kemudian dilanjutkan dengan bersih pantai di Pantai Sepanjang.
(Arifah Purnamaningrum)