Minggu, 20 September 2015, Kelompok Studi Entomologi (KSE) Fakultas Biologi UGM melakukan pengambilan sampel (sampling) serangga air dan macrozoobenthos di sepanjang Sungai Winongo DIY. Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan besar Komunitas Sungai Winongo bekerja sama dengan Kelompok Studi Entomologi yang bertujuan untuk mengetahui kualitas air Sungai Winongo DIY. Diikuti oleh separuh anggota aktif Kelompok Studi Entomologi, berjumlah 32 orang ditemani 1 orang alumni KSE, dibagi menjadi 7 untuk 7 titik sampling di sepanjang Sungai Winongo.
“Karena serangga ada dimana-mana, pun di aliran sungai juga ada. Entomolog muda mari kita turun untuk terus berkarya!” semangat Silmi, salah satu anggota muda KSE dalam kegiatan ini.
Titik sampling 1 terletak di Girikerto, Turi, Sleman. Lokasi tersebut berada di lingkungan perkebunan salak, sekeliling sungai merupakan tebing-tebing batuan yang tersedimentasi namun topografi sungai berkanopi. Udara sekitar masih segar, arus air sungai tidak terlalu deras dan masih jernih karena masih sangat jarang terdapat saluran pembuangan limbah penduduk.
Titik sampling 2 terletak di Jombor, Mlati, Sleman. Wilayah aliran sungai yang memiliki topografi berkanopi. Pada bagian timur sungai terdapat vegetasi tumbuhan bambu, liana, pohon pisang, dan tumbuhan paku yang berjajar di pinggiran aliran sungai. Sebelah barat sungai terdapat vegetasi tumbuhan paku dan beberapa enceng gondok. Di tepian sungai terdapat tumpukan sampah warga sehingga kondisi perairan sungai cukup keruh dan sedikit bau busuk.
Titik sampling 3 terletak di Bener, Sleman (dekat SMA Negeri 2 Yogyakarta). Keadaan sungai kotor, dan bau busuk karena banyak rumah warga yang mengalirkan limbahnya ke sungai tersebut. Selain itu, ada pula aktivitas warga seperti memancing, mandi, hingga buang air. Aliran sungai cukup deras karena permukaannya berupa turunan, sedikit sekali pepohonan dan sungai tidak berkanopi.
Titik sampling 4 terletak di Serangan, Yogyakarta (dekat SMA Negeri 1 Yogyakarta), tepatnya di bawah Jembatan Serangan. Aliran sungai berada sangat dekat dengan pemukiman penduduk, air yang tenang terlihat jernih, substratnya berwarna gelap. Pada tepi sungai ditumbuhi oleh tanaman liar seperti bayam. Disepanjang badan sungai tersebut terlihat banyak tumpukan sampah rumah tangga, seperti sisa-sisa bahan makanan, bungkus plastik, dan banyak pipa saluran pembuangan yang dialirkan menuju badan sungai tersebut.
Titik sampling 5 terletak di dekat Pasar Niten, Bantul. Substrat dalam sungai cukup beragam, terdapat banyak sampah di tepian tapi masyarakat rajin membersihkan, “Saat kami tiba di lokasi tersebut, kami melihat warga sedang bergotong royong membersihkan sungai. Positifnya adalah sungai menjadi bersih, mencegah terjadinya banjir. Namun, saat warga masuk ke dalam sungai dan permukaan sungai menjadi keruh, maka macroozoobenthos yang terdapat di dalamnya menjadi sulit ditemukan.” sambung Nu’man salah satu anggota KSE.
Titik sampling 6 terletak di Sumberharjo, Bambanglipuro, Bantul. Lokasi sampling terletak di lingkungan pertanian padi dan tebu serta perkampungan. Sekeliling sungai dipenuhi oleh vegetasi bambu. Air sungai berwarna keabu-abuan hingga hijau tua dan berbau menyengat karena masyarakat sekitar membuang sampah ke sungai tersebut. Substrat sungai tertutupi oleh kain dan perkakas halus rumah tangga lainnya. Ditemukan banyak gundukan sampah di pinggir sungai, bahkan ada juga yang membuang bekas penyembelihan ayam di aliran sungai tersebut.
Titik sampling 7 terletak di bawah jembatan Pantai Samas. Lokasi sampling didominasi oleh substrat lumpur dan sedikit bebatuan, dengan arus aliran sungai yang sangat tenang. Sungai cukup dalam karena aliran sungai tersebut di bagian hilir, kedalaman mencapai 100 cm. Sungai tidak berkanopi dan air berwarna hijau.
Pengambilan sampel dimulai pukul 10.00-14.00 WIB dilakukan di 5 segmen dari hilir ke hulu pada tiap wilayah titik sampling. Pada tiap segmen, sampling dilakukan selama 1 menit. Sebelum melakukan pengambilan sampel, dilakukan pengukuran parameter lingkungan, seperti kedalaman dan lebar sungai, debit air, kecepatan arus, topografi sungai, koordinat sungai. Sampling dilakukan dengan menggunakan aquatik net, pemilihan serangga air dan macrozoobenthos menggunakan alat nampan dan kuas, magnifying bila diperlukan. Penyimpanan sampel sementara di dalam botol flakon yang diisi dengan formalin secukupnya dan diberi label untuk tiap-tiap segmen titik sampling.
“Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk banyak pihak, untuk KSE sendiri bisa memperdalam keilmuan tentang serangga air dan metode-metode sampling yang digunakan, untuk komunitas Sungai Winongo DIY bisa terbantu dalam mengontrol kualitas sungai, dan data yang diperoleh bisa digunakan oleh masyarakat luas.” tanggapan Putri, salah satu anggota KSE dalam kegiatan ini.
Serangga air dan macrozoobenthos hasil sampling tersebut dikumpulkan kemudian diidentifikasi. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun, yaitu pada musim kemarau dan musim penghujan.
“Terimakasih untuk Komunitas Sungai Winongo yang telah menawarkan kegiatan dalam bentuk kerja sama ini. Kegiatan yang sangat bermanfaat untuk kami, semoga selanjutnya bisa terus terjalin silaturahmi,” ucap Amelia koordinator kegiatan KSE river project. (amp2013)