Kamis, 11 Mei 2017, bertempat di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul. Acara yang dilakukan adalah pelatihan budidaya kelengkeng super sleman. Acara tersebut dihadiri oleh dosen Fakultas Biologi, Kepala Desa Kemadang, warga Desa Kemadang dan mahasiswa/i Fakultas Biologi. Acara dimulai dari pukul 09.30 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Acara pertama berupa penyampaian materi dari ketiga narasumber. Narasumber pertama Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. menyampaikan materi tentang Pengenalan Gerakan One Village-One Product (OVOP). Narasumber kedua Dr. Purnomo, M.S. menyampaikan materi tentang Pengembangan Kelengkeng Super Sleman di Desa Kemadang, Gunungkidul. Narasumber ketiga Bapak Yusuf Suleman menyampaikan materi tentang Teknik Budidaya Kelengkeng Super Sleman (KSS). Setelah dilakukan penyampaian materi oleh ketiga narasumber, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sesi ini sangat menarik, antusiasme warga sangat besar sehingga memunculkan banyak pertanyaan peserta penyuluhan.
‘Tanaman KSS memiliki sifat diantaranya mudah dalam perawatan, perawatan membutuhkan kesabaran dan keikhlasan dan tanaman yang dirawat ‘memahami’ keinginan sang pemilik tanaman. Kendala dari KSS adalah kupu-kupu dan belalang. Perawatan yang dilakukan meliputi mencabut gulma, penyiraman (pukul 06.00 dan 16.00), pemupukan 1 minggu sekali dan penambahan tanah. Keuntungan dari KSS adalah dalam waktu 3 tahun sejak bibit ditanam sudah menghasilkan buah, buah yang terbentuk berkisar 80-90% dari total bunga, produksi buah berlangsung selama 3 bulan, daging buah lebih tebal, rasa daging buah lebih manis, tidak mengenal musim dan musim penghujan tidak merubah rasa buah’ ujar Bapak Yusuf.
Bapak Suwarno, ketua kelompok tani di Desa Kemadang mengungkapkan bahwa jika pohon KSS ini berhasil ditanam, beliau menginginkan adanya pengembangan lagi. Beliau memiliki ide untuk menanamnya di bukit karst yang nantinya bukit tersebut dibuat lubang sebagai potnya dan diisi dengan tanah yang dicampur pupuk untuk menanam pohon KSS. Tujuannya agar nutrisi yang diberikan ke tanaman akan terfokus ke akar tanaman tersebut dan tidak tersebar ke bagian tanah yang lain. Bapak Yusuf mendukung ide dari Bapak Suwarno karena sesuai dengan prinsip penggunanaan bis beton yaitu memfokuskan nutrisi ke tanaman dan mencegah nutrisi tersebar di tanah.
Selain itu, warga Desa Kemadang tertarik mengembangkan pohon kelengkeng yang dibuat rendah, umur berbuah tidak terlalu lama dan menginginkan pemakaian pupuk dengan harga terjangkau.
Acara kedua berupa sesi foto bersama. Foto dilakukan oleh ketiga pembicara, Kepala Desa Kemadang, warga Desa Kemadang dan mahasiswa/i Fakultas Biologi. Sesi ini merupakan bukti konkret dimulainya kerjasama kelengkeng super sleman antara Fakultas Biologi dengan warga Desa Kemadang.
Acara ketiga berupa penanaman pohon kelengkeng ke lahan. Sesi ini dipandu oleh Bapak Yusuf Suleman. Sesi ini diberikan pelatihan berupa cara pemindahan pohon kelengkeng dari pot ke lahan, pemberian komposisi pupuk dan tanah dan waktu dan cara penyiraman yang tepat terhadap kelengkeng. Kedepannya, warga Desa Kemadang diberi tanggungjawab untuk merawat pohon kelengkeng sehingga warga Desa Kemadang dapat memahami cara budidaya kelengkeng yang baik dan benar. Harapannya, warga yang diberi tanggungjawab merawat pohon kelengkeng tersebut akan memiliki kemampuan dan menjadi ahli budidaya kelengkeng di Desa Kemadang, kemudian mereka dapat melakukan transfer ilmu kepada warga yang lain.
Acara ini berakhir dengan selesainya penanaman dua buah pohon KSS ke lahan. Kegiatan ini merupakan pelaksanaan program hibah bina desa yang berjudul Pengembangan Pariwisata Agro-Maritim Terpadu Berbasis Education for Sustainable Development di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul dengan ketua Soenarwan Hery Poerwanto S.Si., M.Kes. yang diselenggarakan oleh LPPM.