Salah satu program kerja BEM Biologi yang merupakan pengawalan isu strategis overplanting kelapa sawit telah dilaksanakan pada hari Minggu, 5 September 2021 pukul 13.00 – 15.30 WIB. Program kerja ini berupa Webinar Urgensi Biodiversitas Indonesia: Dampak Moratorium Sawit terhadap Biodiversitas yang dilaksanakan via Zoom Meetings dan dihadiri oleh ± 200 partisipan. Narasumber pada webinar kali ini adalah Arkian Suryadarma, Juru Kampanye Forest Greenpeace Indonesia dan Adrianus Eryan, Kepala Divisi Kehutanan dan Lahan Indonesian Center for Environmental Law (ICEL).
Acara ini dipandu oleh Muhammad Fauzi, Staf Muda Kementerian Aset Organisasi BEM Biologi UGM selaku MC. Kemudian di awal acara Bapak Dr. Eko Agus Suyono, S. Si., M.App.Sc. selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni Fakultas Biologi UGM memberikan sambutan mengenai biodiversitas di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa persoalan biodiversitas akan selalu ada selagi bumi dan manusia masih ada. Biodiversitas adalah tanggung jawab bersama dan tetap dijaga agar bermanfaat bagi manusia. Beliau juga menyinggung terkait isu kelapa sawit yang sedang diperbincangkan akhir-akhir ini. Industri kelapa sawit di Indonesia memberi dampak yang baik bagi devisa negara. Namun apabila tidak dikelola dengan baik akan mengancam keanekaragaman hayati di Indonesia. Sehingga beliau berharap dengan adanya webinar ini dapat ditemukan suatu jalan keluar atau rekomendasi yang baik untuk kita bersama.
Selain itu, Muhammad Ammar Faris selaku Ketua BEM Biologi tahun 2021 juga menyampaikan sambutannya mengenai masifnya perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Imbas dari overplanting kelapa sawit di Indonesia adalah turunnya luas hutan hujan tropis di Indonesia. Dari sekian banyak masalah di kelapa sawit, regulasi terkait industri kelapa sawit masih memiliki banyak hal untuk dikaji lebih dalam. Kemudian setelah sesi pembukaan, Andra Carel Nicolla, Sekretaris Jenderal BEM Biologi UGM tahun 2019 selaku moderator langsung mengambil alih webinar dan acara webinar memasuki acara inti yaitu pematerian dari narasumber serta diskusi.
Sesi pematerian satu dibawakan oleh Kak Arkian dari Greenpeace. Kak Arkian mengawali penjelasannya dengan memperkenalkan Greenpeace yang merupakan organisasi multinasional yang berfokus dalam kampanye dalam melindungi dan memelihara lingkungan serta menginspirasikan solusi untuk lingkungan yang lebih baik untuk masa sekarang dan selanjutnya. Beliau lalu menjelaskan bagaimana pentingnya perananan hutan dalam berbagai hal seperti daur ulang CO2, mencegah erosi tanah dan banjir, menyediakan air tanah, penyedia obat-obatan jenis baru, hingga menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna. Namun, dengan berbagai manfaatnya Hutan Indonesia hingga sekarang masih terus terancam. Tercatat hingga sekarang Indonesia masih memegang rekor laju deforestasi tertinggi di dunia yang tercatat pada tahun 2001-2005 dengan angka 1,8 juta ha/tahun. Bahkan jika dilihat lagi dari tahun 1997-2015 Indonesia kehilangan sekitar 30 juta ha hutan dimana kedua pemicu utamanya adalah industri kelapa sawit dan industri kertas. Akan tetapi, menurut Kak Arkian sendiri hal ini tidak menjadikan Greenpeace Indonesia menjadi anti sawit karena kita juga tidak bisa menutup fakta bahwa industri sawit sendiri memiliki kontribusi besar dalam kehidupan dan ekonomi nasional. Selain itu, jika dibandingkan dengan sumber minyak nabati lain seperti kedelai dan bunga matahari pun sawit masih memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Namun, yang mereka (Greenpeace Indonesia) kritisi adalah ekspansi wilayah hutan dan gambut yang berlebihan, konflik HAM, serta dampak lingkungan yang muncul di dalamnya akibat buruknya regulasi sawit dan penegakannya.
Sesi pematerian kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Kak Adrianus dari ICEL yang membahas mengenai regulasi sawit di Indonesia. Pematerian dimulai dengan pengenalan dari Kak Adrianus mengenai ICEL yang merupakan organisasi non-pemerintah yang berfokus di bidang penelitian dan advokasi pemberdayaan masyarakat serta bidang hukum lingkungan. Selanjutnya, beliau menyampaikan materi mengenai regulasi sawit di Indonesia yang dinilai diistimewakan dan diutamakan, serta sering terjadi pelanggaran hukum terhadap regulasi namun minim penindakan. Dapat dilihat, mulai dari undang-undang perkebunan, cipta kerja, hingga undang-undang dalam konteks penegakan hukum mengutamakan komoditas sawit dibanding komoditas yang lain seperti teh, kopi, tebu, dan sebagainya. Beberapa kebijakan juga menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap sawit sendiri, seperti kebijakan mandatori biodiesel B20 yang menciptakan kebutuhan minyak sawit di pasar sampai pemutihan sawit di kawasan hutan yang dinilai menyepelekan pelanggaran regulasi. Di sisi lain, pemerintah sendiri sebenarnya sudah mengeluarkan Instruksi Presiden No 8 Tahun 2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa sawit. Namun, sampai menuju akhir berlakunya, belum ada kepastian dan transparansi mengenai hasil moratorium maupun keberlanjutan akan kebijakan ini. Padahal, masih banyak yang perlu pemerintah benahi mengenai dampak lingkungan maupun regulasi yang berlaku. Masih ditemukan juga beberapa pelanggaran regulasi di beberapa daerah di Indonesia yang juga kasusnya ikut dikawal oleh ICEL.
Setelah sesi pematerian selesai, webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi. Ada banyak partisipan yang mengajukan pertanyaan untuk menanggapi pematerian dari narasumber. Dari berbagai partisipan yang mengajukan pertanyaan, terdapat tiga orang penanya beruntung yang mendapatkan doorprize menarik yang sudah disiapkan panitia. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Ayu Hentami F, Miftahulhuda, dan Danis Syahroni dinilai paling kritis oleh panitia, sehingga berhak mendapatkan doorprize. Setelah pengumuman pemenang doorprize, webinar pun ditutup dengan sesi dokumentasi dengan pembicara dan juga seluruh peserta webinar.
Dengan diselenggarakannya webinar ini, diharapkan mahasiswa Fakultas Biologi, maupun masyarakat umum dapat memperoleh wawasan baru terkait isu kelapa sawit. Selain itu, diharapkan webinar ini dapat meningkatkan pola berpikir kritis terhadap problematika sawit yang sedang terjadi di Indonesia sekarang ini, dengan menitikberatkan dampak biodiversitas serta regulasi tegas sebagai upaya menghambat overplanting kelapa sawit di Indonesia.