Dusun Malangrejo merupakan salah satu wilayah pedukuhan di Kelurahan Wedomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman yang secara geografis berbatasan dengan Kapanewon Depok. Padukuhan Malangrejo terletak di dekat daerah sentra ekonomi antara lain pariwisata, perdagangan dan pendidikan, yakni tempat wisata Jogja Bay, Stadion Mugowohardjo, Embung Tambakboyo, Kampus Universitas Sanata Dharma Paingan, Institut Pertanian dan Perkebunan (Instiper) Yogyakarta, Universitas Amikom dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN). Potensi untuk pengembangan dan peningkatan usaha masyarakat setempat berupa pengolahan hasil bumi antara lain papaya, lidah buaya dan tanaman obat, serta perikanan maupun peternakan ayam masih perlu ditingkatkan dengan program pendampingan dari Perguruan Tinggi.
Oleh karena itu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Laboratorium Biokimia, Fakultas Biologi UGM mencoba ikut urun rembug dalam salah satu peningkatan kapasitas ekonomi salah satu Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Dusun Malangrejo, yakni Kelompok Wanita Tani (KWT). Ketua Tim ini adalah Dr. Rarastoeti Pratiwi, M.Sc. (Bu Raras) dengan anggota dosen dan tendik di Laboratorium Biokimia. Tim ini juga terbuka untuk dosen, mahasiswa dan tendik lintas disiplin untuk bersama-sama dalam mendampingi KWT Malangrejo.
Kegiatan diawali dengan pertemuan antara Bu Raras Mei 2021 (Gambar 1) yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan antara lain Bapak Dukuh juga selaku ketua Kampung Keluarga Bencana (KKB), Ketua dan Jajaran Tim Penggerak Program Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Dusun Malangrejo, Kelurahan Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Dalam pertemuan tersebut disampaikan mengenai kegiatan yang sudah ada di Malangrejo antara lain penanaman papaya california dengan produk olahannya, serta lidah buaya dan produk minuman olahannya. Namun, masih terkendala antara lain pada hasil panenan papaya yang belum optimal antara lain buah yang terserang hama. Selain itu produk olahan papaya dan lidah buaya belum dapat dipasarkan secara luas karena terkenadala untuk pelabelan PIRT (Perijinan Industri Rumah Tangga) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Sleman
Tindak lanjut pertemuan tersebut adalah akan diadakan pendampingan yang difokuskan untuk KWT. “Kami ingin KWT memiliki salah satu produk unggulan yang dapat dijual dengan mudah, dan bahan bakunya juga mudah dan bisa membudidayakan sendiri. Sehingga produk kami juga dapat dikenal dan dipamerkan saat ada kunjungan kedinasan atau wisata di Malangrejo’, tutur Isti selaku Ketua KWT Malangrejo. Gayung bersambut, Laboratorium Biokimia menangkap gagasan tersebut dengan urun rembug pada hari Selasa, 30 November 2021 di Pendopo Rumah Pak Dukuh Sarbini (Gambar 2). Pertemuan ini dihadiri oleh Tim PkM dari Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi UGM. Sementara dari masyarakat dihadiri oleh Ibu Lurah, Pak Dukuh yang didampingi seksi pendidikan KKB, Ketua PKK, Perwakilan Karang Taruna dan Ketua beserta anggota KWT.
Dalam pertemuan ini, diputuskan akan mengembangkan bunga telang, daun kelor dan katu, serta bayam brazil sebagai bahan pangan fungsional untuk ditanam, diolah dan dijual sebagai produk unggulan KWT yang akan dijual belikan untuk meningkatkan ekonomi anggota, serta berdampak baik bagi kesehatan masyarakat. Pak Sarbini, selaku Dukuh Malangrejo sangat mendukung kolaborasi ini agar KWT juga lebih berkembang. Pak Dukuh juga memaparkan berbagai program yang sudah ada dan yang perlu dikembangkan lagi. Selain itu, kegiatan tersebut dapat melibatkan kaum muda yang terhimpun dalam Karang Taruna. “Program PkM untuk KWT ini akan dimulai dengan peningkatan literasi masyarakat tentang pangan fungsional, budidaya dan cara pengolahannya. Inovasi juga akan kita coba lakukan, misalnya agar bunga telang berbunga lebih lebat dan daun juga dapat termanfaatkan dengan optimal”, tutur Raras
selaku Ketua Tim PkM. “Kami juga akan mencoba untuk menggandeng dosen dari Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian sehingga dapat lebih optimal di dalam pengolahannya,” Imbuh Tri Rini. Dalam kesempatan ini, Yekti juga menambahkan bahwa, “Katu, kelor, bayam brazil dan telang merupakan tanaman pangan fungsional yang relatif mudah dibudidayakan dan dapat diolah menjadi berbagai produk olahan pangan maupun minuman. Selain itu, kita perlu melakukan inovasi agar kekinian dan dapat menyasar kaum muda”. Hasil diskusi lainya yaitu, bahwa program ini akan berlangsung multitahun dengan tiga tahap, yaitu:
- Tahap 1: Peningkatan literasi pangan fungsional, pelatihan budidaya, dan teknik pengolahan produk unggulan
- Tahap 2: Pendampingan inovasi pengelolaan produk, uji organoleptik, pengetahuan nilai gizi, teknik penyimpanan dan packaging produk unggulan
- Tahap 3: Pendampingan pengembangan UMKM yang sudah ada, pengurusan izin PIRT,
teknik pemasaran, pengelolaan konsumen, monitoring dan evaluasi.