Melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PkM MBKM), masyarakat Caturtunggal didampingi oleh 4 mahasiswa yaitu Raquellynda Fadilla Syafannisa, Nata Dwi Anisa Nizma, Pradnya Paramtia dan Nabila Ramiza Puteri serta dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, yaitu Nur Indah Septriani, M.Sc., Ph.D., melakukan program percontohan pengembangan budidaya lele lahan sempit berbasis pengembangan pakan alternatif. Adapun komposisi pakan alternatif yang digunakan dalam pendampingan budidaya lele terdiri atas, tepung ikan, susu afkir, tepung kanji, minyak jelantah, air dan daun papaya.
Tujuan dari program ini adalah masyarakat Caturtunggal mampu memanfaatkan lahan sempit rumahnya untuk budidaya lele demi mewujudkan ketahanan pangan, serta memberikan solusi pengembangan pakan alternatif yang murah, berkualitas dan ramah lingkungan.
Program PkM MBKM dilaksanakan dari bulan Maret – November 2021. Pendampingan intensif program budidaya lele di lahan sempit dilakukan oleh fasilitator (dosen dan 3 mahasiswa dari Fakultas Biologi UGM) kepada 3 anggota remaja masjid, yaitu Pak Agus, Mas Fikri dan Mas Riki dan 1 orang anggota PKK, yaitu Ibu Siti, yang berasal dari Dusun Karangwuni dan karanggayam Desa Caturtunggal dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Masyarakat didampingi secara intensif dalam melakukan budidaya lele menggunakan ember berukuran 80 liter dengan padat tebar 50 ekor/ember, membandingkan pakan toko dengan pakan alternatif, serta membandingkan sistem bioflok dan tanpa bioflok (penggunaan EM4) pada pakan. Pengecekan oleh fasilitator dilakukan seminggu sekali dengan mengecek pertumbuhan lele, mengukur kualitas air, membantu mengganti air, dan mendapatkan sharing pengalaman dari masyarakat.
Berdasarkan hasil evaluasi, masyarakat menyatakan bahwa penggunaan pakan alternatif serta penggunaan probiotik sangat berguna untuk mempertahankan kualitas air budidaya serta mengurangi kematian, meskipun masih ada kekurangan yaitu pertumbuhan dan nafsu makan lele lebih rendah daripada lele yang diberi pakan toko. Sehingga kedepannya perlu ada kajian lagi tentang komposisi pakan alternatif yang ramah lingkungan namun juga bisa meningkatkan pertumbuhan lele dengan cepat. Pakan alternatif juga diharapkan tidak cepat tenggelam ketika diberikan sehingga tidak bisa dipantau apakah pakan sudah habis dimakan atau belum.
Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program ini adalah masih ada beberapa warga yang tidak bersedia membudidayakan lele di rumahnya karena alasan tidak ada tempat, bau yang tidak sedap, serta tidak menyukai ikan lele untuk di konsumsi. Meskipun demikian, masyarakat yang berpartisipasi sebagai pilot project ini dapat memberikan respon yang positif sehingga harapannya dapat memberikan contoh bagi warga yang lainnya.