Kuratorial koleksi awetan satwa liar di Indonesia masih sangat jarang. Pengetahuan mengenai kurasi koleksi awetan satwa liar belum banyak dipelajari. Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc., adalah satu staf pengajar atau dosen di Fakultas Biologi UGM, yang merupakan alumni dari Museum Sejarah Alam, Paris Perancis, yang telah mempelajari kurasi koleksi awetan satwa liar, mengaplikasikannya di Museum Biologi UGM. Selama rentang waktu 5 tahun (tahun 2016 sd 2021) Donan dengan dibantu oleh saudara FX Sugiyo Pranoto, S.Si. (biasa dipanggil Mas Frans) mencoba meningkatkan kemampuan kurasinya dengan mengelola koleksi awetan satwa liar vertebrata di Museum Biologi UGM dan melakukan pengabdian masyarakat.
Kegiatan pengabdian masyarakat di bidang kurasi berupa penyusunan rangka beberapa jenis satwa vertebrata. Kurasi rangka vertebrata yang pertama kali dilakukan adalah “rekonstruksi rangka lumba-lumba” permintaan dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, pada bulan November 2019. Selain melakukan rekonstruksi, Donan dan Frans memberikan pelatihan mengenai prosedur rekonstruksi rangka dan perawatannya kepada beberapa staf BKKPN Kupang. Rangka lumba-lumba tersebut kemudian dipajang di kantor BKKPN Kupang. Kurasi rangka selanjutnya dilakukan pada bulan November 2021, Donan dan Frans menyusun dua individu rangka paus pilot (Globicephala macrorhynchus) di Pulau Sabu NTT. Kegiatan tersebut dibantu oleh empat orang dari tim YAPEKA. Dua rangka paus pilot tersebut dipajang di dua lokasi yang berbeda, yaitu di Pusat Informasi Ekowisata (PIE) Kawasan Mangrove Tulaika, Kabupaten Sabu Raijua, Pulau Sabu, NTT dan satu lagi di Pantai Oesina, Desa Lifuleo, Kabupaten Kupang. Kami juga memberikan pembekalan mengenai bagaimana merawat rangka tersebut, agar lebih awet dan menjadi bahan edukasi bagi pengunjung PIE.
Kegiatan kurasi rangka terbaru dilakukan pada bulan Maret 2022. Donan dan Frans menyusun rangka dua individu Komodo (Varanus komodoensis) jantan dan betina, permintaan dari Balai Taman Nasional Komodo. Kegiatan ini ditambah dengan pembekalan tentang bagaimana mengubur komodo mati dengan baik dan benar, akan kedepannya dapat direkonstruksi tulang belulangnya secara utuh, serta bagaimana merawat rangka tersebut, agar lebih awet dan menjadi bahan edukasi menarik bagi pengunjung Taman Nasional Komodo.