Kegiatan ini merupakan tahap kedua dalam skema Hibah Pengabdian kepada Masyarakat-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PkM-MBKM) Mbangun Desa pada tahun anggaran 2022. Kegiatan tahap pertama berupa pelatihan pengolahan sampah organik dapur/rumah tangga menjadi Ekoenzim dan pupuk kompos dengan metode Keranjang Takakura dengan target ibu-ibu yang tergabung dalam Wanita Kelompok Tani (KWT) di Kampung Satwa dan Dasawisma Anggrek I-V. Berita selengkapnya mengenai kegiatan ini dapat dibaca di SINI.
Pelatihan dilaksanakan pada Bulan September-November 2022 oleh Tim Komposter yang terdiri atas Laksmindra Fitria, S.Si., M.Si. selaku Ketua Tim dan Dosen Pembimbing, beranggotakan lima mahasiswa, yaitu: Enggal Prayogo, Chalivya Aska Rarafifi, Albert Lonardo, Putri Dian Islami, dan Tantri Ajeng Salma S. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan salah satu metode pengolahan limbah kotoran ternak menjadi pupuk kandang dengan target bapak-bapak yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) di Kampung Satwa, Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 55563. Proses pelatihan dibagi menjadi lima tahap, di mana setiap mahasiswa menjadi penanggung jawabnya: (1) Survey hewan ternak dan pengetahuan warga tentang pengolahan kotoran hewan menjadi pupuk kandang; (2) Pelatihan pembuatan pupuk kandang dari kotoran kambing dan kotoran sapi; (3) Pendampingan dan evaluasi hasil pembuatan pupuk kandang; (4) Pengujian kualitas pupuk kandang secara fisik dan kimia; (5) Percobaan aplikasi pupuk kandang pada tanaman.
Hasil survey menunjukkan bahwa terdapat 12 orang dari 34 KK yang memiliki hewan ternak, 3 orang di antaranya telah mencoba membuat pupuk kandang namun hanya 1 orang yang berhasil (Pak Edy). Pelatihan dibagi menjadi 2 tahap: Tahap I berupa tutorial dan praktik pembuatan pupuk kandang dari kotoran kambing yang diselenggarakan dengan mengundang 12 orang tersebut. Kegiatan disambut dengan antusias oleh 7 orang yang hadir. Pelatihan tahap II berupa praktik mandiri oleh para peserta menggunakan kotoran sapi didampingi oleh Ibu Warsiastuti selaku mitra Tim Komposter yang sekaligus Ketua KWT Kampung Satwa. Proses pembuatan pupuk kandang dalam kegiatan ini membutuhkan waktu 4 minggu, di mana setiap minggu tim melakukan pendampingan dan evaluasi dengan melakukan pengukuran parameter fisik pupuk berupa tekstur, suhu, kelembapan, dan pH. Selanjutnya tim melakukan pengujian kualitas terhadap 4 produk pupuk, yaitu: pupuk kompos Takakura (hasil kegiatan PkM-MBKM periode sebelumnya) dan pupuk kandang buatan Pak Edy, dibandingkan dengan pupuk kompos Bioferti hasil karya Tim Kebersihan Fakultas Biologi UGM dan pupuk kandang komersial Srinthil. Pengujian dilakukan di LPPT-UGM dengan parameter kadar air, N total, P2O5, K2O, C-organik, C/N, dan pH (saat ini masih dalam proses pengerjaan). Selain pengujian kualitas fisik dan kimia, tim juga melakukan percobaan aplikasi pupuk kandang pada tanaman sawi (skala laboratorium). Hasil menunjukkan bahwa sawi yang ditanam pada media tanah + pupuk kandang buatan Pak Edy memiliki pertumbuhan terbaik. Namun demikian, kami masih menunggu hasil pupuk kandang KS yang saat ini masih dalam proses pembuatan, untuk selanjutnya diujicobakan pada tanaman. Kami berharap pupuk kandang KS memiliki kualitas baik setara dengan pupuk kandang buatan Pak Edy atau lebih baik.
Keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh tim mengenai metode pembuatan pupuk kandang dan percobaan aplikasi pupuk pada tanaman menjadi kendala dalam kegiatan ini. Namun demikian, skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memicu mahasiswa untuk aktif belajar dan mencari ilmu dari mana saja. Mahasiswa belajar dari studi pustaka dan pihak-pihak yang telah berpengalaman dalam pembuatan pupuk kandang sehingga diperoleh metode pembuatan pupuk kandang yang efisien. Selain itu mahasiswa juga belajar dari pakar yang berpengalaman dalam percobaan bercocok tanam. Meskipun masih dalam taraf belajar, namun sejauh ini mahasiswa dapat menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Rangkaian kegiatan PkM-MBKM di Kampung Satwa di sepanjang tahun 2022 ini disambut baik oleh pengelola Kampung Satwa. Mereka berharap kegiatan ini dapat dilanjutkan di periode tahun berikutnya dengan tujuan aplikasi pupuk Takakura dan pupuk kandang pada berbagai tanaman buah-buahan dan sayuran dalam skala kebun (estate scale experimental). Produk pupuk akan mendukung program zero waste dan sustainable development goals (SDGs) di Kampung Satwa. Sementara itu swasembada buah-buahan dan sayuran akan meningkatkan ketahanan pangan untuk menunjang kesehatan dan kesejahteraan warga Kampung Satwa. (Tim Komposter)
Baca juga: Inisiasi Pengolahan Sampah Organik di Kampung Satwa