Meneruskan tradisi dua tahun sekali, Kelompok Studi Entomologi (KSE) kembali mengadakan Entotour yang dilaksanakan pada 14-15 April 2018 yang lalu. Entotour merupakan program yang diadakan sebagai sarana bagi anggota KSE untuk meningkatkan wawasan sambil berlibur dan memperluas hubungan, baik ke lembaga maupun non lembaha yang bergerak dalam berbagai bidang. Entotour 2018 diikuti oleh 47 peserta yang terdiri atas anggota KSE dari berbagai angkatan dan juga alumnus. Entotour 2018 ini mengusung tema “Exploring, Solidarity, Opportunity, and Networking”. Berdasarkan tema tersebut, dipilih empat destinasi utama, yaitu B2P2VRP di Salatiga, Waduk Jatibarang di Semarang, Fakultas MIPA UNNES, dan Pesanggrahan Pracimoharjo di Boyolali.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) menjadi tujuan destinasi pertama dari Entotour 2018. B2P2VRP merupakan balai bagi penelitian vektor dan reservoir penyakit, dimana salah satu vektor penyebar penyakit tersebut merupakan serangga. Peserta diberi paparan mengenai penyakit yang disebarkan oleh serangga, seperti DBD yang umum atau Japanese Encephalitis yang jarang diketahui. Di B2P2VRP ini, anggota KSE juga turut bertemu dengan salah satu pendiri KSE yaitu Bapak Triwibowo Ambar Garjito. Selain berbagi ilmu mengenai prospek kerja Entomolog, beliau juga membagi cerita tentang pendirian KSE.
Setelah mengunjungi B2P2VRP, peserta melanjutkan kunjungan ke Obyek Wisata Waduk Jatibarang untuk melepas penat. Waduk Jatibarang didirikan untuk mengatasi masalah banjir dan juga menjadi destinasi wisata Kota Semarang. Di Waduk Jatibarang terdapat Goa Kreo pada pulau yang berada di tengah waduk. Pada Goa Kreo terdapat banyak monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang berkeliaran bebas di sekitar Goa. Menurut legenda, monyet-monyet ini merupakan anak buah dari Sunan Kalijaga yang bertugas untuk menjaga goa pertapaan tersebut.
Pada hari ke-2, perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi Green Community di FMIPA Universitas Negeri Semarang. Green Community merupakan lembaga kemahasiswaan yang memfokuskan kegiatannya pada konservasi habitat suatu kawasan beserta flora dan fauna yang terdapat di dalamnya. Salah satu pencapaian yang berhasil dicapai Green Community adalah pembentukan penangkaran kupu-kupu. Green Community berbagi ilmu mengenai proses penangkaran kupu-kupu, karakteristik kupu-kupu yang ditangkarkan, serta jenis tumbuhan inang tiap kupu-kupu. Selain berbagi informasi mengenai penangkaran kupu-kupu, Green Community juga saling sharing mengenai keorganisasian dengan KSE.
Setelah berbagi ilmu dengan Green Community, perjalanan dilanjutkan ke Pesanggrahan Pracimoharjo di Boyolali, tepatnya di Desa Wisata Paras. Pesanggrahan Pracimoharjo merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang memiliki nilai historis tinggi. Pesanggrahan Pracimoharjo digunakan sebagai markas oleh tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang dipimpin oleh Slamet Riyadi. Akan tetapi, saat Agresi Militer meletus, Pesanggrahan Pracimoharjo dibakar untuk mencegah Belanda mengambil alih Pesanggrahan tersebut.
Di Desa Wisata Paras terdapat tempat pemerahan dan produksi produk olahan susu sapi, yaitu Paras Milk. Paras Milk didirikan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar yang tak memiliki kompetensi khusus diberdayakan untuk bekerja di Paras Milk dan didorong agar mampu memulai produksi susu secara mandiri. Dalam kunjungan ke Desa Wisata Paras,peserta Entotour memperoleh ilmu mengenai proses pemerahan dan pengolahan susu sapi. Kunjungan diakhiri pada pukul 17.00 WIB. Peserta Entotour kembali ke Fakultas Biologi UGM setelah menghabiskan perjalana.