Microsoft Word – Bukti ilmiah dibalik nama Timun Suri.doc
“BUKTI ILMIAH DIBALIK NAMA TIMUN SURI”
Oleh :
Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc1 dan Charisma Eko Wicaksono, S.Si.2
Bagi yang belum mengenal tanaman ini, mungkin timbul rasa ingin tahunya apabila disebutkan namanya yaitu timun suri. Apakah tanaman tersebut cantik seperti permaisuri raja-raja pada umumnya, atau penuh wibawa dan kasih sayang seperti Ibu suri di suatu kerajaan. Adakah persamaan diantara ketiganya. Atau pertanyaan yang paling sering muncul adalah apakah keistimewaan yang dimiliki oleh tanaman tersebut, sehingga harus ada embel-embel suri di belakang namanya. Memang filosofi mengenai nama ini sudah menjadi ciri khas nenek moyang leluhur bangsa-bangsa di dunia terutama di tanah nusantara ini. Misteri yang terkandung dalam suatu nama terk
adang sulit untuk dipecahkan, bahkan setelah dilakukan penelitian yang intensif. Sehingga, sang pujangga tersohor dunia William Shakesphere yang mengarang cerita terkenal Romeo dan Juliet mengeluarkan statement yang berbau filosofis namun sebenarnya ada sedikit keputus asaan yaitu “Apa arti sebuah nama!!”. Padahal seperti kita ketahui, bahwa manusia diberikan daya oleh Allah SWT yang maha kuasa berupa cipta rasa dan karsa. Sehingga dari daya tersebut, manusia dapat membentuk kebudayaannya sendiri dan memberikan nama-nama pada unsur budaya dengan maksud tertentu. Memang kajian filosofis mengenai nama tidak akan mungkin cukup selesai dalam satu BAB pembahasan saja, perdebatan mengenai nama benda tidak akan pernah selesai. Sehingga daripada sibuk-sibuk mending kita mengikuti perkataan Shakespere. Tetapi, satu hal yang sudah pasti adalah bahwa manusia membentuk suatu budaya dengan kepentingan dan maksud tertentu. Termasuk ketika dengan melabeli benda yang dikenal dengan nama tertentu. Dalam artikel ini, justru saya menghindari perdebatan mengenai unsur , makna atau filosofi yang terkandung dalam nama timun suri. Akan tetapi marilah kita melihat fakta-fakta yang terjadi secara umumnya (awam .red) atau yang merupakan fakta ilmiah.
Istimewanya Timun Suri (Munculnya, Berkahnya, Rasanya, Khasiatnya)
Bagi masyarakat Jakarta pada umumnya baik yang beragama muslim maupun non muslim, timun suri merupakan tanaman istimewa karena fenomena munculnya tanaman tersebut adalah pada saat bulan suci Ramadhan. Bulan yang dikenal sebagai bulan puasa memang memberikan keberkahan pada negeri yang menyambut kedatangannya dengan beragam budaya. Pada bulan tersebut, banyak sekali ditemukan panganan, minuman, buah-buahan yang sulit sekali dilihat pada saat bulan selain Ramadhan. Antara lain, kolang-kaling, kurma, kolak dan juga timun suri. Buah-buahan yang disebutkan terakhir tidak akan mudah dijumpai di wilayah Jakarta apabila bukan bulan Puasa. Padahal, tanaman tersebut bukanlah tanaman musiman secara biologi, namun telah menjadi buah musiman bagi budaya masyarakat Jakarta khususnya. Sulit sekali ditemukan jawaban yang pasti apabila kita mencari informasi mengenai hal ini baik ke petani yang menanamnya atau bahkan dinas pertanian sebagai institusi pemerintah. Tidak ada rekaman sejarah yang jelas mengenai musim tanam timun suri di Jakarta. Hanya ada informasi yang mengatakan bahwa tanaman ini dibudidayakan setiap saat seperti halnya timun, melon dan semangka di daerah pesisir Barat pulau Jawa yaitu di Propinsi Banten. Konon katanya di daerah tersebut, penanaman timun suri tidak mengenal musim-musiman seperti halnya di Jakarta. Asumsi yang muncul adalah bahwa sudah menjadi kebiasaan permintaan akan konsumsi buah timun suri melonjak pada bulan Ramadhan sedangkan di bulan lain sepi dari permintaan. Sehingga hal ini menimbulkan spekulasi bagi para petani untuk berlomba-lomba menanam buah timun suri menjelang bulan Ramadhan. Keistimewaan timun suri yang lain adalah menimbulkan revolusi sesaat bagi sebagian masyarakat baik dalam profesi maupun pemanfaatan lahan. Bulan Ramadhan dapat mengubah profesi seorang tukang ojek, buruh panggul, tukang becak menjadi petani sementara yang bercocok tanam timun suri. Selain itu, lahan-lahan yang tadinya tidak dimanfaatkan atau ditanam tanaman lain seketika menjelang Ramadhan berubah menjadi ladang tempat bercocok tanam timun suri. Juga, lapak-lapak dagangan buah dan sayur menjadi berubah warnanya dipenuhi buah timun suri yang berwarna kuning, putih hijau dengan berbagai macam coraknya. Dari hal tersebut tentunya bulan Ramadhan yang memang penuh berkah di dalamnya telah memberikan berkah bagi orang-orang yang mendapatkan tambahan penghasilan melalui timun suri. Meskipun sedikit, tetapi cukup untuk Lebaran kata mereka yang mendapatkan Rizki dari Allah SWT melalui bercocok tanam, menyewakan lahan untuk bercocok tanam ataupun menjual buah timun suri.
Belum lagi dalam hal rasa, buah timun suri memang suedap, sueger dan mak nyuss kata Pak Bondan. Apalagi setelah diolah menjadi es buah, koktil atau tabur gula timun suri menjadi sensasi bagi penikmatnya. Sajian olahan panganan dan minuman timun suri biasanya ada pada saat buka puasa di hampir setiap rumah. Bahkan ada keluarga yang memang menjadikan buah timun suri sebagai sajian utama khas berbuka puasa selain kolak dan kolang-kaling. Masalah rasa katanya adalah subyektif bagi tiap orang, tapi untuk timun suri kesimpulan yang didapatkan adalah sama mengenai rasanya yang dapat memberikan efek kesegaran. Terutama setelah seharian berpuasa, rasanya segar sekali apabila berbuka dengan timun suri. Dan konon katanya, buah timun suri juga berkhasiat untuk menghilangkan panas dalam mirip minuman penyegar. Dari beberapa keistimewaan ini mungkin dapat sedikit memecahkan filosofi yang terkandung dalam nama timun suri. Timun suri, permaisuri dan Ibu suri memiliki kesamaan yaitu sama-sama istimewa. Sehingga, mungkin sangat cocok apabila tanaman ini dinamakan oleh pendahulu kita sebagai timun suri.
Misteri nama timun suri
Sekali lagi, saya mengajak untuk keluar dari debat kusir mengenai filosofi mengapa timun suri dinamakan sebagai “timun suri”. Memang belum ditemukan fakta lapangan mengenai mengapa masyarakat memberikan nama timun suri, dan fakta tersebut seharusnya tetap dicari . Kembali kepada asumsi yang muncul, mungkin ada kemiripan tanaman ini dengan timun. Untuk mengetahui yang lebih mendekati kebenaran ilmiah, maka perlu dilakukan penelitian guna mencari data-data yang kemudian dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan . Berdasarkan fakta ilmiah yang didapatkan menunjukkan bahwa sekilas tanaman timun suri memiliki kemiripan dengan timun. Timun yang dalam bahasa ilmiah disebut sebagai Cucumis sativus yang termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) memiliki ciri-ciri umum seperti yang dimiliki oleh tanaman anggota keluarga labu-labuan lainnya seperti melon (Cucumis melo). Yaitu antara lain batangnya merupakan herbaceous (herba) yang penuh dengan klorofil sehingga warnanya hijau, tumbuh merambat dengan sulur, memiliki bunga berbentuk terompet. Begitu pula dengan timun suri yang ciri-ciri tumbuhnya sama dengan timun dan tanaman Cucurbitaceae lainnya. Ciri-ciri umum ini tentunya akan banyak kemiripannya antara tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat. Anggota tanaman dalam satu marga akan lebih sedikit memiliki kesamaan dalam ciri-ciri umum ini jika dibandingkan dengan tanaman dalam satu Jenis/Spesies yang memiliki sifat kekukhusan atau spesifikasi tertentu. Apabila dua individu memiliki ciri-ciri umum yang semakin banyak, bisa jadi antara keduanya merupakan satu spesies. Yang terjadi selanjutnya adalah diketahui tanaman timun memiliki perbedaan dengan timun suri dalam hal bentuk daun dan bentuk buah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Charisma Eko Wicaksono pada tahun 2005-2007, yang membandingkan antara bentuk daun, buah dan biji timun, timun suri dan melon, diketahui bahwa daun timun berbentuk segi lima,
menyudut runcing serta bergerigi pada tepinya. Sedangkan daun timun suri berbentuk bulat, tidak bersudut runcing dan bergerigi pada tepinya. Bentuk daun melon adalah bulat, berlekuk dan tidak bergerigi. Biji (benih) timun lebih pipih dan panjang dibandingkan dengan melon yang menggelendong dan lebih pendek dari timun dan timun suri. Dan biji timun suri lebih pendek dan lebih menggelendong dibandingkan dengan biji timun dan lebih panjang dibandingkan dengan melon. Selain itu, dari bentuk buah terlihat jelas perbedaan diantara ketiganya. Buah timun berbentuk lonjong panjang dengan diameter relatif lebih kecil dibanding buah timun suri. Sedangkan buah melon memiliki perbedaan yang jelas terlihat yakni berbentuk bulat. Sehingga dapat ditarik garis besar bahwa ciri umum timun suri berada di tengah antara timun dan melon. Perbedaan yang jelas terdapat pada bentuk buahnya. Akan tetapi ada satu fenomena menarik yang muncul dalam pengamatan buah yang masak antara timun-timun suri-melon. Bahwa, buah timun yang masak tidak mengeluarkan aroma yang harum seperti buah timun suri dan melon. Informasi ini menambah kesimpulan mengenai lebih dekatnya hubungan kekerabatan timun suri dengan melon dibandingkan timun. Hasil penelitian tersebut memang belum dapat menyimpulkan apakah timun suri termasuk spesies timun atau melon sehingga menuju kesimpulan bahwa apakah tanaman istimewa tersebut lebih tepat disebut sebagai
Timun suri atau Melon suri.
Penelitian tersebut dilanjutkan ketingkat yang lebih dalam dengan mencari tahu informasi mengenai karakter kromosom timun suri serta perbandingannya dengan timun dan melon. Riset dilakukan di Laboratorium Genetika Fakultas Biologi UGM Yogyakarta. Karakter kromosom yang diteliti adalah jumlah dan formula karyotypenya. Definisi kromosom secara umum adalah kumpulan rantai DNA yang terdapat dalam inti sel eukaryotik yang jumlah dan bentuknya spesifik pada satu spesies. Antara satu spesies dengan spesies lainnya memiliki jumlah kromosom dan formula karyotype yang berbeda. Sehingga, karakter ini dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk menentukan kedudukan individu dalam spesies tertentu. Sehingga apabila timun suri dan timun adalah termasuk jenis tanaman yang sama, maka keduanya kemungkinan besar memiliki jumlah kromosom yang sama. Jumlah kromosom diploid timun suri yang diketahui dalam penelitian tersebut adalah 24. Sedangkan jumlah kromosom diploid timun dan melon berbeda yaitu timun 2n=14 sedangkan melon 2n=24. Hasil karyotype juga menunjukkan bahwa timun suri memiliki bentuk kromosom metasentris dan memiliki kesamaan dengan varietas melon lokal. Berdasarkan jumlah kromosom dan karyotype tersebut dapat disimpulkan bahwa timun suri bukan dan tidak termasuk anggota spesies timun. Namun, timun suri lebih dekat kekerabatanya dengan melon .
Kearifan lokal berupa nama lokal
Kearifan lokal nenek moyang kita maupun nilai-nilai moral yang diajarkan dalam budaya dan agama, mengajak kita untuk lebih bijakasana dalam mengambil sikap. Kembali ke komitmen awal saya membuat artikel ini adalah semata untuk memaparkan fakta ilmiah berdasarkan hasil penelitian yang telah saya lakukan. Saya tidak mengajak untuk mengubah nama timun suri menjadi melon suri. Memang perkataan Shakespere mungkin ada sedikit benarnya. Karena walaupun diubah namanya menjadi apapun, keistimewaan dan keberkahan tanaman ini yang diberikan Oleh Allah SWT tidak akan pernah hilang. Masyarakat Jakarta akan tetap menanam timun suri menjelang bulan Ramadhan dan buah timun suri akan tetap memberikan penghasilan tambahan dan akan tetap menjadi hidangan utama berbuka puasa. Marilah kita menghargai segala jerih payah pendahulu kita yang telah membudidayakan timun suri pada Bulan Ramadhan dan telah menyebut tanaman ini sebagai timun suri yang tentunya kita tidak tahu arti dan maksudnya mengapa begitu. Bisa jadi, nama timun suri tidak dikenal di daerah lain seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Namun mereka mengenal buah yang memiliki keistimewaan ini dengan nama lain. Dan juga fakta ilmiah yang didapatkan akan menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk mencari kebenaran dengan menguak bukti-bukti otentik dan bukan hanya berdasarkan asumsi yang akan menimbulkan perdebatan kusir. Seyogyanya kita sambut Ramadhan kali ini dengan penuh kedamaian, toleransi dan kekhusyukan dalam beribadah. Karena Ramadhan menjadi berkah bagi kita semua.
1. Dosen dan Peneliti pada Lab. Genetika, Fakultas Biologi UGM
2. Alumni Fakultas Biologi UGM