Hal tersebut, menjadi perhatian dalam Seminar Nasional “Konservasi Energi Berbasis Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan”, yang diselenggarakan BEM Fakultas Biologi UGM dan Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (IKAHIMBI), Ahad (19/12/10). Hadir selaku pembicara dalam seminar tersebut Chaerudin Hasyim,S.Km M.Si, staff ahli Kementrian Lingkungan Hidup ; Dr.Taufikurrohman, Delegasi Kopenhagen, dari ITB ; Joko Winarno, Manager Krakatau Steel ; dan Iin Nisrina, Direktur Bingkai Indonesia.
Chaerudin menjelaskan bahwa pengembangan energi terperbahurakan di Indonesia masih sangat sedikit. Keilmuwan Biologi memiliki sejumlah potensi untuk menciptakan alternatif sumber energi, antara lain pengembangan bioetanol dari berbagai tumbuhan, energi dari kelapa sawit, ataupun pengembangan biogas. Chaerudin menyebutkan Australia, sebagai contoh negara yang telah mengembangkan biogas, sehingga biogas dapat menyelesaikan 70% masalah energi di negerinya. Menurut Chaerudin, saat ini Kementrian Lingkungan Hidup telah mengembangkan program Adiwiyata di sekolah-sekolah yang menanamkan pengetahuan seputar pembuatan energi alternatif dan menjadikan sekolah berbudaya lingkungan. Melalui program tersebut, pemerintah memiliki harapan agar permasalahan lingkungan mulai dikenalkan sejak dini, disadari dan dijadikan pembelajaran. Joko Winarno, men bahwa penghematan dalam pemanfaatan energi perlu dilakukan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan.
Sementara itu, Taufikurrohman mengajak audience untuk membangun kesadaran dan bersikap kreatif untuk menciptakan kampus hijau dan hemat energi. Kampus merupakan etalase dari kemajuan sains, teknologi, kreativitas, dan inovasi, sehingga kampus diharapkan dapat memberikan contoh nyata pada masyarakat. Menciptakan kampus hijau dan hemat energi, dapat dilakukan antara lain dengan kehadiran greenhouse, taman, atau lapangan hijau terbuka dan komitmen manajemen kampus yang kuat untuk mewujudkan gerakan hemat energi. “Mata kuliah Ilmu Lingkungan, jangan hanya difahami saja, tetapi mahasiswa juga harus memiliki kreativitas untuk menyelesaikan masalah lingkungan ” sahut Taufikurrohman . Inna Nisrina, menambahkan bahwa LSM dan mahasiswa sebagai akademisi, memiliki peran untuk menyadarkan publik tentang penghematan energi, mendorong upaya adaptasi warga terhadap ancaman perubahan iklim, dan mengkampanyekan seputar penanganan perubahan iklim yang adil dan berkelanjutan.
(ardh)