…diharapkan lebih banyak masyarakat yang mengetahui tentang anggrek dan bagaimana cara menanam serta memeliharanya. Kegiatan yang turut melibatkan KP4 UGM ini, diharapkan juga bermanfaat untuk pengembangan variasi tanaman anggrek. “ KP4UGM dapat menjadi pusat budidaya anggrek bertaraf internasional, sebab potensi anggrek besar, sehingga jangan sampai teknologinya diambil pihak luar” imbuh beliau. Hal senada disampaikan oleh Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Retno Peni Sancayaningsih, M.Sc., yang menekankan kembali arti penting budidaya dan penelitian anggrek, khususnya untuk jangka panjang, agar keanekaragaman hayati anggrek Indonesia tidak lagi diambil alih oleh negara lain. “Anggrek Thailand dan Taiwan, banyak yang mengambil plasma nutfah dari Indonesia, tetapi setelah diambil dan dibudidayakan disana, kemudian dijual ke Indonesia dengan harga yang mahal sehingga kita rugi” ujar beliau.
Selama lima hari berturut-turut para peserta pelatihan, mendapatkan materi dari mulai pengenalan anggrek, tahapan budidaya anggrek, hingga prospek agribisnis anggrek. Selain mendapatkan materi seputar anggrek, para peserta juga diajak langsung melaksanakan praktikum budidaya anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Biologi UGM. Para peserta, diajak langsung cara pembuatan medium untuk perkecambahan biji anggrek, overplanting, hingga siap memindahkan bibit anggrek dari botol ke pot bersama (compoting). Kesan dari Suharlan, salah satu peserta, mengatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan budidaya anggrek, pengetahuan para peserta menjadi lebih berkembang. “Setelah mendapatkan ilmu dan keterampilan seputar budidaya anggrek, semoga masyarakat dapat membantu menjaga kelestarian anggrek”, harap beliau .
Dr. Endang Semiarti, M.S, M.Sc, coordinator PIC I-MHERE, dalam acara penutupan pelatihan, Jumat (29/7). Berharap dari pelatihan tersebut, dapat muncul penganggrek unggul yang dapat menjadi pelaku usaha anggrek baik untuk skala industri maupun budaya. Menurut Dr. Endang Semiarti, M.S, M.Sc., kedepannya Fakultas Biologi UGM bekerjasama dengan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), memiliki keinginan untuk menyelematkan dan menginventaris anggrek-anggrek merapi pasca erupsi 2010, salah satunya Vanda tricolor baik secara in situ maupun ex situ.