Kepedulian kraton terhadap gajah bermula ketika populasi gajah di Sumatera Selatan yang pada saat itu cukup banyak dan justru merusak lahan penduduk. Agar tidak merusak lahan rakyat, gajah-gajah liar pada saat itu dipelihara oleh pemerintah daerah Lampung. “Daripada disana hanya dijinakan, diberi makan dan karena banyak menjadi beban, Kraton mengajukan permohonan untuk mendapatkan hibah dua gajah bagi kraton yang akan digunakan untuk menghidupkan tradisi kraton yang sudah ada”, papar Sri Sultan HB X.
Gajah memiliki makna tersendiri bagi kraton, Gajah kraton sering terlibat pada acara-acara kerajaan seperti grebeg ataupun coronation (jumenengan-red). Sri Sultan HB X mengatakan bahwa dengan memelihara satwa seperti gajah, kijang, ayam jago yang termasuk bagian dari kekayaan alam, merupakan simbolisasi kewajiban seorang Sultan untuk mengagungkan asma Allah S.W.T dengan menjaga kelangsungan alam sehingga semua merasa terlindungi.
Sri Sultan HB X berharap tulang gajah yang akan ditampilkan sebagai display di museum, tidak hanya sekedar menjadi koleksi, tetapi dapat membawa manfaat bagi anak didik. Beliau berharap agar museum dan perpustakaan dapat menjadi bagian suatu sistem pendidikan masyarakat. Sehingga kedepannya berkunjung ke museum merupakan suatu keharusan bagi anak-anak sekolah. Selain hal tersebut, Sri Sultan HB X juga berharap, kedepannya museum – museum yang ada di Jogja dapat menjadi bagian dari rute wisata Jogja. Sehingga jika turis berkunjung ke Jogja tidak hanya sekedar melihat laut berkunjung ke Parang Tritis, tetapi juga dapat datang ke museum atau kraton yang memiliki nilai sejarah dan pendidikan.