Menurut Abrory Agus Cahya Pramana, Ketua KSH, sosialisasi tersebut bertujuan untuk memberi informasi kepada masyarakat seputar pentingnya menjaga dan mencintai katak dan herpetofauna lainnya begitu juga dengan habitatnya. “Katak dan herpetofauna, seperti ular, dan kadal memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem dan dapat menjadi biondikator lingkungan”, papar Abrory. Aksi sosialisasi tersebut mendapat respon positif dari pengelola, pengunjung wisata Telogo Muncar, maupun masyarakat perempatan sekitar Jl. C. Simandjuntak, Yogyakarta. “Banyak masyarakat yang menanyakan dan mencoba untuk mengetahui mengenai seberapa besar peranan amfibi dan reptil di lingkungan”, sahut Abrory. Kegiatan bersih lingkungan tersebut diharapkan dapat menambah kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 21 dan 27 April 2013 tersebut diikuti oleh para Anggota Muda dan Dewan Senior Kelompok Studi Herpetologi. Sebagai aksi penutup pada kedua rangkaian acara tersebut, maka dilakukan pembagian stiker yang mengusung tema mengenai Hari Bumi dan Save the Frog Day. Dalam stiker tersebut terdapat pesan-pesan menjaga lingkungan, beserta herpetofauna yang sangat mudah dipahami oleh masyarakat, dan tidak ketinggalan foto-foto lucu amfibi yang merupakan karya jepretan anak-anak KSH juga terdapat dalam stiker tersebut.
Beberapa jenis katak endemik Jawa yang harus dijaga kelestariannya antara lain Leptophryn cruentata dan Rhacoporus javanus. Menurut Yonathan dan Rizqia, Dewan senior KSH, Rhacoporus javanus yang merupakan spesies endemik Jawa, dapat dijumpai di daerah Telogo Muncar. “Rhacoporus javanus di Yogyakarta hanya dapat dijumpai di kawasan Telogo Muncar” tutur Rizqia. Katak dapat dijadikan bioindikator lingkungan, karena ketika lingkungan rusak, maka pada umumnya amfibi jarang menempati daerah tersebut. Kerusakan lingkungan, antara lain akibat pencemaran logam, dapat menyebabkan deformiti atau perubahan bentuk pada morfologi katak yang menempati suatu habitat. (rd-acp, edt : ard)