Indonesia memiliki keragaman flora dan fauna, namun demikian tingginya keragaman tersebut diikuti pula dengan tingginya ancaman yang menyebabkan krisisnya keanekaragaman hayati. Pada dasarnya seluruh lingkungan biosfer adalah penunjang kehidupan di bumi, mulai dari laut dalam, daratan dan perairannya serta lingkungan udara di atmosfer. Semua makhluk hidup akan tergantung pada lingkungan kehidupannya di abiosfer tersebut, sehingga salah satu hal yang menjadi dasar pengetahuan biologi yaitu keterkaitan organisme dengan lingkungan hidup dan habitatnya.
Perkembangan jumlah penduduk dan industri di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, DI Yogyakarta, cenderung tinggi dalam mengeksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan. Hal ini telah menjadi ancaman serius terhadap ekosistem dan interaksi antara unsur biologis, yaitu mikroorganisme, tumbuhan dan hewan termasuk manusia serta unsur fisik (tanah, air dan udara di tingkat daerah). Seperti yang disampaikan oleh Kepala Dusun Gejayan, Bapak Nuryanto, bahwa masyarakat di sekitar Dusun Gejayan kini selalu merasakan panas, dengan temperature udara yang tinggi hingga tidak dapat merasakan kondisi udara yang dingin seperti di puncak gunung masa lampau. Kesadaran masyarakat tersebut, menggugah para ilmuwan biologi untuk dapat membantu mencarikan salah satu solusi atau alternatif untuk meminimalisir masalah lingkungan di sekitar Dusun tersebut. Dukungan pembangunan yang berkesinambungan di tingkat daerah ataupun masyarakat luas, baik pemerintah maupun non-pemerintah diperlukan secara terintegrasikan melalui program pembangunan daerah tepat guna dalam menghasilkan suatu produk (one village one product) di masa depan yang hemat energi, sedikit limbah, mempunyai nilai tambah tinggi dan ramah lingkungan, yang tidak semata hanya menaman pohon tanpa ada hasil lain, ujar Kelapa Dusun.
Perubahan iklim saat ini dan masa mendatang, diperkirakan akan menjadi ancaman serius terhadap biodiversitas yang ada, terutama pada aspek ketersediaan sumber pangan akibat kenaikan suhu dan curah hujan hingga mengganggu sistem perbungaan dan perbuahan pohon. Berkaca dari masalah terebut, maka perlu disadari bahwa keanekaragaman hayati bukan warisan nenek moyang tetapi titipan anak cucu bangsa yang mesti dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Saat ini dapat diprediksi kepedulian terhadap keberadaan keanekaragaman hayati sangat menurun. Oleh sebab itu, upaya meningkatkan kepedulian dan pelestarian adalah tugas kita bersama.
Sosialisasi dan penyuluhan budidaya kelengkeng yang dilalukan pada 12 September 2015 di Dusun Gejayan, Condong Catur, Sleman, DIY. merupakan salah satu jalan terbaik dalam memecahkan permasalahan kehidupan terkait dengan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak pemanasan global. Saat ini tanaman budidaya kelengkeng yang dilakukan di Sleman, Yogyakarta (yang diberi nama Kelengkeng Super Sleman) merupakan salah satu kepedulian masyarakat dalam melakukan penghijauan. Sementara itu disisi lain dari bioteknologi lingkungan tersebut diharapkan dapat membantu dalam pencegahan kerusakan lingkungan, konservasi tanah, air, udara dan lingkungan sekitar. Bioteknologi telah menjanjikan berbagai terobosan baru dan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam berbagai upaya peningkatan produksi pangan, perbaikan pelayanan kesehatan, perbaikan kualitas air minum, perbaikan efisiensi proses bioindustri, detoksifikasi limbah industri dan perbaikan sistem reboisasi. Bioteknologi melalui modifikasi pemberian hormon dalam bidang pertanian ini dapat meningkatkan produksi pangan yang lebih bermutu sebagai pemenuhan nilai gizi penduduk. Penanaman kelengkeng super sleman diinisiasi pertama oleh Bapak Yusuf Sulaiman (warga dusun gejayan dan juga staf di fakultas bIologi UGM). Beliau terinspirasi dari jenis tanaman kelengkeng diamond yang di tanam di rumah bapak RT 06 Dusun Gejayan yang saat itu kualitas buah kelengkengnya kurang memuaskan.
Sosialisasi dan penyuluhan dihadiri oleh Bapak Dekan Fakultas Biologi UGM (Prof. Dr. Suwarno Hadisusanto SU), yang telah memberikan dukungan atas pengembangan kelengkeng super sleman. Selain itu, kegiatan ini dihadiri oleh Bapak Wakil Dekan (Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr. Sc) sekaligus narasumber dan penggerak dari proyek pengembangan bioteknologi pangan pada kelengkeng, dimana dalam kesempatan ini beliau memaparkan pentingnya “on village one product” seperti yang dikembangkan di Jepang beberapa waktu lalu pada jenis jamur sitake yang memiliki nilai tinggi baik dari sisi pemenuhan gizi maupun dari sisi produk pemasaran di bidang ekonominya. Bapak Dr. Purnomo (Kepala Prodi Pascasarjana Biologi S3), Ibu Dr. Peni dan Ibu Dr. Kumala Dewi sebagai dosen juga hadir ditengah-tengah kegiatan sosialisasi dan penyuluhan. Bapak Dr. Purnomo dalam kesempatan ini memaparkan tentang jenis dan karakteristik kelengkeng secara morfologi. Ibu Dr. Peni memaparkan bagaimana mengkonservasi air di daerah pemukiman penduduk dengan memberikan lubang resapan air yang baik dan benar. Sedangkan Ibu Dr. Kumala Dewi memaparkan tentang kelengkeng dan sisi fisiologi dan kebutuhan akan hormon pada tanaman. Sementaa Pak Yusuf Sulaiman melakukan pemaparan secara teknis terkait pengembangan budidaya tanaman kelengkeng super sleman tersebut dari hasil pengalamannya, dan tak kalah pentingnya kegiatan tersebut menghadirkan seorang pemasaran (Bapak Ali Masyheru), yang siap menampung dan memasarkan hasil panen kelengkeng tersebut nantinya.
Kegiatan Sosialisasi dan penyuluhan ini diikuti oleh masyarakat yang antusias dalam peningkatan produksi pangan, ekonomi dan pastinya berhubungan dengan penanganan manajemen biologi, sebagai bentuk penghijauan kembali lingkungan sekitar. Pertanyaan tekhnispun disampaikan oleh para peserta (masyarakat) terkait dengan manajemen pengelolaan, tanah yang baik dan cocok untuk budidaya tanaman hingga ciri tanaman sakit/sehat, penanganan pra-pemanenan dan pengairan tanaman yang baik hingga pada kebutuhan pemberian hormon sebagai penunjang kebutuhan dan produktivitas buah pada kelengkeng tersebut. Kegiatan ini juga dibantu oleh mahasiswa S3 sebagai bentuk pengabdian masyarakat dalam bidang ilmu biologi. Harapan kedepan, dengan memberikan secara simbolis bibit TTG kelengkeng super sleman dan 10 bibit kelengkeng super sleman kepada Kepala Dusun Gejayan oleh Bapak Wakil Dekan Biologi Fakultas Biologi UGM dapat memberikan hasil terbaik. Rencananya bibit tanaman tersebut akan diberikan kepada masing-masing perwakilan masyarakat dari setiap RT di dusun Gejayan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan dan penghijauan.