Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi bagi setiap elemen masyarakat. Namun, tidak jarang masyarakat kurang mampu memenuhi kebutuhan pangan yang cukup gizi dikarenakan kurangnya daya beli masyarakat. Padahal, sumber daya alam yang ada di Indonesia sangatlah melimpah dan sangat bisa dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan jika dikelola dengan bijak dan berkelanjutan. Melihat potensi dan ancaman akan sumber daya pesisir di Kabupaten Gunung Kidul sebagai sumber bahan makanan, Fakultas Biologi mengadakan kegiatan sosialiasi dan pengolahan makanan berbahan rumput laut.
Kegiatan sosialisasi dan pembekalan pengetahuan mengenai rumput laut dan konservasinya yang diadakan di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul ini dihadiri oleh puluhan warga. Dosen Fakultas Biologi, Dr. (cand.) Ludmilla Fitri Untari menyampaikan rumput laut di daerah pantai Gunungkidul dari tahun ke tahun jumlahnya mulai berkurang bahkan keadaan sekarang jumlahnya sangat sedikit dan muncul di musim-musim tertentu maka diperlukan adanya budidaya rumput laut. Beliau mengenalkan beberapa metode budidaya algae diantaranya berupa tambak, rakit apung, lepas dasar dan long line. “Akan tetapi budidaya rumput laut di Gunungkidul terkendala oleh ombak yang sangat besar. Sehingga coba dicari satu pantai di Gunungkidul yang dapat berpotensi menjadi tempat pembudidayaan algae karena memiliki karang pemecah ombak sehingga lahan budidaya terlindung dari ombak besar”, jelasnya. Pada sesi diskusi tersebut beliau juga menjelaskan, “Panen dari rumput laut diusahakan dilakukan dengan memotong sebagian dari rumput laut dan jangan menarik alat lekat rumput laut (hold fast) atau bahkan jangan mencukilnya sekaligus dengan subtratnya, agar rumput laut dapat tetap tumbuh dan tidak merusak ekosistemnya”. Sesi penjelasan ini diperhatikan betul oleh peserta. Menurut salah satu peserta sosialisasi, banyak warga yang sulit diingatkan agar tidak mengambil rumput laut hingga bagian alat lekatnya (hold fast).
Sementara itu, perwakilan Kelompok Studi Kelautan (KSK) Fakultas Biologi, menyampaikan terdapat berbagai jenis yang ditemukan pantai selatan diantaranya Ulva sp. dan Sargassum sp. Algae memiliki ciri-ciri tidak memiliki akar, batang dan daun sejati serta tidak berbunga dan berbiji ataupun berbuah. Apabila alage hilang dari perairan dapat menyebabkan pengasaman air laut, terjadinya blooming mikroalga, menurunnya oksigen terlarut dan kematian hewan-hewan laut. “Perlu dilakukan konservasi algae agar hal tersebut tidak terjadi”, ujarnya.
Setelah dilakukan pematerian, pada sesi terakhir perwakilan Keluarga Mahasiswa PaskaSarjana (KMP) Fakultas Biologi melakukan demo produk olahan dari bahan dasar nori. Umumnya, warga Desa Kemadang hanya memanfaatkan Ulva sp. menjadi keripik. Dengan adanya alga Ulva sp. sertakemampuan masyarakat untuk membuat nori, program produk olahan dari bahan dasar nori dilaksanakan agar mengenalkan bahwa nori dapat dikembangkan menjadi produk olahan lain seperti sup nori, onigiri, risol mayo nori dan lainnya. Pada kesempatan ini, KMP mengenalkan 10 macam resep olahan berbahan nori, dengan lima resep dipraktekkan di tempat sosialisasi. Semua produk olahan tersebut dapat dibuat secara mandiri oleh warga Desa Kemadang karena bahan-bahan yang digunakan mudah didapat dan praktis pembuatannya. “Warga Desa Kemadang dapat membuat variasi masakan yang berbahan nori secara mandiri”, harap perwakilan KMP.
Kegiatan sosialisasi dan pengolahan berbahan nori yang merupakan pelaksanaan program hibah bina desa dan diketuai Hery Poerwanto S.Si.,M.Kes., mendapatkan sambutan positif dari warga setempat. Para warga terlihat sangat antusias saat berdiskusi mengenai konservasi algae dan mengikuti demo memasak produk olahan dari bahan dasar nori. “Dengan adanya sosialisasi konservasi Algae dan demo produk olahan nori, diharapkan warga Desa Kemadang dapat menjaga ekosistem laut dan secara mandiri dapat membuat olahan nori sehingga meningkatkan perekonomian disana”, ujarnya.