Penyakit tropis, terutama virus, berpotensi untuk menjadi epidemi global dan diprediksi akan terus meluas akibat perubahan iklim. Beberapa virus tropis yang perlu diwaspadai adalah virus Dengue, virus Zika, Rotavirus (diare), dan beberapa virus lain yang
disebarkan oleh vektor serangga (Arbovirus). Salah satu potensi untuk mengatasi penyakit tropis yang disebabkan virus adalah dengan mengeksplorasi bahan aktif yang disediakan di alam.
Pada tanggal 5 November 2018 bertempat di Ruang Sidang Atas Fakultas Biologi UGM, Tim Biovir Fakultas Biologi UGM menyelenggarakan Focus Discussion Group (FGD) dengan tema “Potensi Flora dan Fauna Khas Indonesia sebagai Antivirus”. Kegiatan FGD diadakan dalam rangka mendapatkan informasi tentang flora dan fauna khas Indonesia yang berpotensi sebagai antivirus, serta langkah-langkah yang harus dilakukan lebih lanjut oleh Tim Biovir Fakultas Biologi UGM sehingga nantinya didapatkan sebuah database untuk flora dan fauna berpotensi antivirus di Indonesia. Kegiatan tersebut mendatangkan narasumber dari berbagai instansi, seperti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat-Obatan Tradisional (B2P2TOOT Tawangmangu), Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP), Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Balai Besar Riset dan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP), serta dihadiri oleh Dosen dan Kepala Laboratorium Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.
Acara FGD tersebut dibuka oleh Direktur Penelitian Universitas Gadjah Mada, Bapak Prof. Dr. Mustofa, Apt. M.Kes dan juga diisi sambutan dari Dekan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Bapak Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.,. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemaparan-pemaparan dari Tim Biovir Universitas Gadjah Mada dan narasumber dari berbagai Balai Penelitian di Indonesia. Pemaparan pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Purnomo, M.S yang mewakili dari Tim Biovir, “sampai saat ini Tim Biovir telah bekerjasama dengan beberapa instansi dan mengumpulkan berbagai jenis tumbuhan berkhasiat sebagai antivirus yang kebanyakan didominasi oleh tumbuhan dari Famili Zingeberaceae,” ujar beliau. Pemaparan berikutnya disampaikan oleh Ibu Dr. Ir. Yuli Widiastuti, M.P dari B2P2TOOT yang menyatakan bahwa selama ini penelitian tentang tumbuhan khusus untuk antivirus di Indonesia belum di kerjakan, sehingga besar harapan beliau bahwa Tim Biovir ini nantinya mampu menyediakan data base untuk tumbuhan yang berpotensi sebagai antivirus. Lebih lanjut beliau juga menyampaikan bahwa pengerjakan database tidak perlu menunggu sampai data terkumpul semua, tetapi dari sekarang sudah harus dikerjakan meskipun baru di dapatkan nama spesies. “Sebaiknya database tersebut sudah mulai dikerjakan dari sekarang dan dibuat dengan bekerjasama dengan instansi atau balai penelitian yang terkait sehingga meminimalisir redudansi data, serta memanfaatkan pengetahuan etnomedisin dari masyarakat dalam pengambilan sampel,’ imbuh beliau yang juga merupakan peneliti dalam Riset Tanaman Obat dan Jamu (RISTOJA).
“Studi tentang etnis atau suku dari tumbuhan yang digunakan sebagai antivirus perlu dilakukan. Karena terdapat kasus pada dua suku yang berbeda tingkat keparahan suatu penyakit juga berbeda, dan ternyata setelah ditelusuri struktur sel epitel dari kedua suku tersebut berbeda,” urai Bapak Triwibowo Ambar Garjito, S.Si, M.Kes. selaku narasumber dari B2P2RSV. Beliau juga menyampaikan materi mengenai Arbovirus, yaitu virus yang paling banyak menyerang manusia dengan vektor penyakit berupa serangga. Beliau juga sependapat dengan Ibu Dr. Ir. Yuli Widiastuti, M.P bahwa database Tim Biovir dapat di akses bersama sehingga akan didapatkan database yang benar-benar lengkap tanpa ada pengulangan data.
Bapak R. Tedjo Sasmono, Ph.D dari Lembaga Penelitian Eijkman juga menyampaikan bahwa sebaiknya dilakukan persiapan yang matang sebelum memulai penelitian, “sebelum melakukan penelitian sebaiknya virus yang akan dikendalikan lebih dispesifikkan dan diketahui karakternya, mencari informasi teknologi untuk pengendalian virus tersebut sudah ada atau belum, ketersediaan sumberdaya manusia, komitmen dari semua instansi yang terkait, dan juga pembiayaan, “ urai beliau. “Hal tersebut bertujuan supaya penelitian dari Tim Biovir benar-benar menghasilkan database tumbuhan antivirus yang memang dibutuhkan oleh masyarakat,” imbuhnya lagi. Pemaparan terakhir disampaikan narasumber dari, Prof. Dr. Ir. Ekowati Chasanah, M.Sc. yang menyampaikan tentang potensi dari fauna laut untuk antivirus. “Beberapa fauna laut yang diindikasikan berpotensi antara lain teripang dan makroalga yang telah diteliti memiliki senyawa Lectin yang berfungsi sebagai antivirus,” urai beliau yang juga merupakan ketua peneliti dari lembaga penelitian KKP.
Kegiatan FGD ditutup dengan penyimpulan yang diwakili oleh Prof. Dr. Purnomo, M.S yang menyatakan bahwa masih banyak hal yang perlu dilakukan sampai nanti data base flora dan fauna khas Indonesia yang berpotensi antivirus terbentuk. “Banyak hal yang masih harus dilakukan oleh Tim Biovir dalam rangka pengembangan database untuk flora dan fauna khas Indonesia yang berpotensi antivirus. Salah satunya yaitu segera menyiapkan tim khusus untuk pengelolaan data awal yang harus dimasukkan dalam database yang berupa nama spesies, foto, etnis, dan khasiat sebagai obat antivirus. Selain itu, juga masih diperlukan koordinasi lebih lanjut dengan instansi Balitbangkes dan KKP dalam rangka melengkapi data spesies flora dan fauna yang masih diperluka,’ jelasnya yang juga merupakan ketua coordinator Tim Biovir Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.