(08/08)
Fakultas Biologi diwakili oleh Prof Dr. Budi Setiadi Daryono M.Agr.Sc. sebagai keynote speaker menjadi narasumber di Seminar Nasional MIPA IV 2019 Papua Barat yang diselenggarakan oleh Fakultas MIPA Universitas Papua (UNIPA). Bertempat di Manokwari Papua Barat, Seminar Nasional MIPA 2019 UNIPA acara dibuka dengan paparan Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono M.Agr.Sc. dengan tema Peran Genetika dalam Peningkatan Keanekaragaman dan Pelestarian Lingkungan serta Pemberdayaan Masyarakat. Dalam presentasinya beliau menampilkan hasil riset unggulan Fakultas Biologi UGM yaitu Melon Hikapel yang budidayanya mengaplikasikan Internet of Things (IoT).
Dalam acara tersebut turut hadir beberapa keynote speaker dari IPB, CI Indonesia, Universitas Padjajaran dan Universitas Hasanuddin. Terdapat beberapa tema besar yang dipresentasikan dalam Seminar tersebut salah satunya Konservasi Sumberdaya Alam Berkelanjutan yang bukan tanpa alasan mengingat pembangunan wilayah Papua dalam berbagai sektor yang didalamnya melibatkan pemberdayaan kekayaan sumberdaya alam demi kemaslahatan masyarakat.
Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono M.Agr.Sc. sebagai Dekan Fakultas Biologi UGM dan Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) mengungkapkan pentingnya inovasi dalam mendukung pemberdayaan masyarakat berbasis biodiversitas. Dengan judul “Inovasi dan Perkembangan Biologi dalam Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0 Dan 5.0 untuk Percepatan Pemerataan Pembangunan Berbasis Biodiversitas di Indonesia“ Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono M.Agr.Sc. mengungkapkan pentingnya penerapan prinsip Green Economy sebagai landasan pembangunan yang berkelanjutan. “Perkembangan kehidupan manusia secara global saat ini merujuk pada revolusi industri 4.0 yang salah satunya menjadikan konsep Green Economy sebagai tumpuan pembangunan”, tutur beliau.
Biodiversitas merupakan sumber penting dalam implementasi pengembangan konsep Green Economy di banyak negara. Namun, Indonesia yang notabene sebagai negara megabiodiversitas dengan berbagai macam potensinya untuk dieksplorasi belum dikelola secara optimal oleh pemerintah maupun praktisi sebagai media untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian. Disisi lain revolusi industri 4.0 dan 5.0, menciptakan kondisi yang mengharuskan adanya inovasi dari setiap lini kehidupan untuk dapat bertahan dan eksis dari berbagai macam bentuk disrupsi. Permasalahan dan tantangan ini menjadi momentum bagi biologi untuk melakukan lompatan inovasi serta perkembangan dalam berkontribusi aktif terhadap percepatan pemerataan pembangunan di Indonesia, termasuk di Papua.
“Hal ini bisa dilakukan dengan inovasi penelitian, inovasi pembelajaran, serta membangun ‘jembatan’ kolaborasi antara penelitian dan industri dalam menciptakan sinergisitas yang berkelanjutan. Menghadapi revolusi industri secara global sekaligus menyambut bonus demografi dari generasi emas Indonesia pada akhirnya akan menjadi awal kebangkitan biologi dalam mengeksplorasi dan memanfaatkan setiap jengkal kekayaan biodiversitas yang ada, sehingga akan mewujudkan analogi “Indonesia Tanah Surga” serta meningkatkan status negara Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera”, tutur beliau.
Kekayaan tanah Papua sudah seharusnya dapat dimanfaatkan dari, oleh dan untuk anak Papua secara khusus dan Indonesia secara luas dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berkelanjutan dan berlandaskan pada biodiversitas.