
Aktivitas penelitian memiliki peranan penting dalam kemajuan peradaban suatu negeri, tidak terkecuali di Indonesia. Berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, kegiatan penelitian diharapkan menghasilkan inovasi riset yang dapat dikomersialisasikan pada masyarakat dalam kebermanfaatannya. Namun saat ini dirasa masih terdapat banyak gap dari setiap proses komersialisasi tersebut.
Tingkat keberhasilan hasil inovasi di pasar ditentukan tidak hanya aspek teknologi saja, tetapi juga ditentukan oleh aspek non-teknologi, seperti sertifikasi, regulasi, dan keberpihakan. Oleh karena itu, dibutuhkan platform untuk memitigasi proyek riset agar dapat sukses dan berakhir ke fase komersialisasi yang dimanfaatkan masyarakat. Platform tersebut disebut dengan KATSINOV (Tingkat Kesiapan Inovasi) yang disiapkan oleh Kemenristek/BRIN dan diperkenalkan dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Direktorat Pusat Usaha dan Inbukasi (PUI) UGM pada hari Selasa, 23 Juni 2020 secara daring.
Penelitian yang dilaksanakan di Perguruan Tinggi tidak hanya mengembangkan ilmu semata, namun bagaimana penelitian yang dilakukan dapat meningkatkan ekonomi dan daya saing bangsa. Terdapat fase kritikal, terutama fase uji coba dan tahap penerjunan pasar. Maka dari itu KATSINOV diperlukan.
KATSINOV-meter sebagai tools dalam pengukurannya melihat tingkat kesiapan inovasi dari 7 aspek pengkuran, yaitu teknologi, pasar, organisasi, kemitraan, risiko, manufaktur, dan investasi. Dari aspek tersebut diharapkan dapat memetakan tingkat kesiapan inovasi yang mengelompokkannya kedalam 6 level.
UGM sendiri melalui STP (Science Techno Park) menjadikannya sebagai sarana/wadah untuk hilirisasi inovasi dari setiap fakultas/sekolah. Ada alur yg disiapkan dari identifikasi awal hingga pendampingan ke industri terkhusus pada tahapan krusial seperti pendampingan identifikasi potensi kekayaan intelektual yang terkandung di dalam produk inovasi. Selain itu dalam hilirasinya terdapat 3 cara alternatif yang disediakan, yaitu spin out melalui perusahaan holding dan investasi dari Universitas Gadjah Mada, academic license dengan menjual lisensi kepada pihak industi dan memperoleh royalti, dan terakhir membangun startup sebagai perusahaan sendiri dimana peneliti sebagai founder untuk mengembangkan inovasinya sendiri.
Dalam kesempatan sosialisasi tersebut, produk inovasi dari Fakultas Biologi UGM, yaitu melon Hikapel digunakan sebagai salah satu contoh pengukuran tingkat kesiapan inovasi melalui KATSINOV. Melon Hikapel memperoleh hibah inovasi dari Kemenristek/BRIN pada tahun 2018-2019 dan menjadi salah satu produk inovasi potensial yang ditunggu oleh pasar. Melalui sosialisasi KATSINOV ini diharapkan peneliti di lingkungan universitas dan khususnya di Fakultas Biologi UGM dapat mulai mempersiapkan pengukuran proyek penelitian yang tengah berlangsung untuk mendukung pengembangan inovasi di Indonesia