Sejak ratusan tahun, khamir telah dimanfaatkan sebagai starter untuk membuat berbagai jenis makanan dan minuman fementasi beralkohol seperti wine, bir, tuak, dan tape. Khamir dalam proses fermentasi makanan dan minuman berperan mendegradasi substrat untuk membentuk struktur, tekstur serta aroma yang dapat menambah nilai gizi. Peran dari masing-masing jenis khamir pada proses fermentasi merupakan salah satu pengetahuan untuk membangun sektor industri dan energi. Khamir dari makanan fermentasi pada sektor industri dapat dimanfaatkan sebagai pengembang rasa, enzim, dan vitamin. Sementara di sektor energi, khamir dimanfaatkan untuk pengembangan energi terbarukan seperti bioetanol atau biofuel.
Jadwal perkuliahan yang sudah mulai berjalan dan masa pandemi Covid-19 ini membuat Fakultas Biologi UGM tidak bosannya untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian dosen dan sharing ilmu sesuai dengan kepakaran masing-masing. Kegiatan tersebut difasilitasi melalui Biolecture Series yang telah diselenggarakan sebanyak 6 kali selama masa darurat Covid-19. Biolecture Series didesain agar para dosen dapat berkolaborasi dengan institusi lain dalam sharing keilmuan sebagai perwujudan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. Kali ini Laboratorium Mikrobiologi yang menjadi host didalam penyelenggaraan Biolecture, menyusul Laboratorium – Laboratorium lain di Fakultas Biologi UGM. Laboratorium Mikrobiologi mengambil tema “Bioprospeksi Khamir Indonesia”, dengan narasumber adalah, Dr. Miftahul Ilmi, M.Si. (Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Biologi UGM): Potensi Khamir sebagai Penghasil Lipid. Pembicara kedua adalah Dra Wellyzar Sjamsuridzal, M.Sc., Ph.D. (Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia): Khamir sebagai Sumber Protein bagi Lebah Madu, sedangkan moderator yang memandu acara ini adalah Dr. Aprilia Sufi Subiastuti, S.Si. (Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Biologi). Webinar ini diselenggarakan pada hari Kamis, 24 September 2020 pukul 09.30 – 11.30 WIB, menggunakan platform Zoom.
Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. selaku Dekan Fakultas Biologi UGM saat membuka acara Biolecture 7. Biolecture diharapkan dapat menjadi wadah dan sarana bekerja sama antar peneliti dan juga diseminasi hasil riset yang bermanfaat untuk masyarakat. Khamir telah dimanfaatkan manusia sejak lama di Indonesia dan sudah sangat berkembang. “Fakultas Biologi juga saat ini sedang mengembangkan Khamir”, tambah Budi.
Dr. Miftahul Ilmi, M.Si. membawakan materi tentang Potensi Khamir sebagai Penghasil Lipid. Bioenergi merupakan salah satu jenis bahan bakar alternatif terbarukan dengan prospektif tinggi untuk dikembangkan. Kondisi energi yang dimiliki Indonesia sekarang membuat pengembangan bioenergi semakin mendesak untuk segera dilakukan. Selain bisa diperbaharui, bioenergi memiliki kelebihan seperti ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca, kontinuitas bahan bakunya terjamin. Bioenergi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bioenergi konvesional dan bioenergi modern. Bioenergi konvensional atau tradisional sudah sering digunakan masyarakat, contohnya kayu bakar. Sedangkan bioenergi modern contohnya bioetanol, biodiesel, pure vegetable oil (PPO) / straight vegetable oil (SVO), minyak bakar, biogas dan biosyngas. Peningkatan produksi lipid dapat digunakan dengan memberikan variasi medium yang digunakan. “Dengan menemukan starin dan variasi medium yang tepat sehingga produksi lipidnya meningkat maka dapat digunakan sebagai salah satu alternatif biofuel”, tambah Ilmi.
Dra Wellyzar Sjamsuridzal, M.Sc., Ph.D. menyampaikan materi tentang Khamir sebagai Sumber Protein bagi Lebah Madu. Di era pandemi seperti ini permintaan madu terus meningkat, permintaan ini tidak dapat sepenuhnya dipenuhi oleh peternak lebah. Peningkatan produktivitas madu dari lebah madu perlu diupayakan, salah satunya dengan cara pemberian paka tambahan yang kaya dengan protein. Penambahan protein pada pakan pengganti polen dengan cara memberikan khamir pada pakana tersebut. Kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh lebah ini cukup tinggi. Asupan protein digunakan untuk mempertahankan koloninya dan memproduksi madu. Pakan pengganti dan tambahan yang perlu kita usahakan untuk mencukupi itu semua. Pemberian protein secara artifisial pada lebah madu dapat berupa pollen substitute dan pollen supplement. Pollen substitute merupakan pakan pengganti serbuk sari yang dibuat dengan kandungan nutrisi yang hamper sama dan serupa dengan serbuk sari alami, sedangakan pollen supplement memiliki komposisi yang hamper sama dengan pollen substitute, namun ditambahkan serbuk sari alami yang dikumpulkan peternak lebah madu dan dicampurkan dengan bahan lainnya “Pollen subtitute yang mengandung khamir ini memang disukai para lebah madu dan dapat meningkatkan produktivitas madu”, ungkap Welly.
Biolecture ini diikuti oleh sekitar 125 pendaftar yang sangat beragam, mulai dari siswa, mahasiswa S1, S2, S3, dosen, guru, masyarakat umum dan peneliti. Instansi juga sangat beragam: SMAS Al Hikam, SMAN 1 Gegesik, Universitas PGRI Semarang, INSTIPER, UIN SUKA, Universitas Tidar, Universitas Papua, Universitas Negeri Gorontalo,Universitas Diponegoro, Universitas Udayana, UT, Universitas Mulawarman, Universitas Negeri Surabaya, King Abdulaziz University, UAD, Unila, Unisma Malang, SMP Muhammadiyah Plus Salatiga, PT. Petrokimia Gresik, PT. Nugen Bioscience Indonesia, LIPI, IPB, UI, UGM dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu dari seluruh penjuru tanah air.