Menjelang akhir tahun, sedang maraknya pembahasan terkait membuka kembali ekspor benih lobster laut ke luar negeri. Terutama ke Vietnam. Hal itu, karena Vietnam bisa dikatakan berhasil dalam mengelola lobster yang nama latinnya adalah Panulirus sp. Menanggapi hal itu, Fakultas Biologi UGM kembali menyelenggarakan biotalks yang merupakan talkshow membahas isu biologi dalam perspektif multi sektor, kali ini mengangkat tema: Peran Biologi dalam Pelestarian Biodiversitas Lobster. Biotalks kali ini diselenggarkan pada Kamis, 10 Desember 2020. Hadir dalam Biotalks#10 ini sebagai narasumber yaitu Drs. Trijoko, M.Si. (Ahli Sistematika Hewan dan Karsinologi Fakultas Biologi UGM), Effendy Wong (Ketua Himpunan Pembudidaya Ikan Laut Indonesia), Prof. Dr. Haryanti, M.S. (Peneliti Ahli Utama Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan; Alumni F.Biologi UGM 1976) dan dipandu langsung oleh Rury Eprilurahman, S.Si, M.Sc. Hadir juga Dekan Fakultas Biologi untuk memberikan sambutan pada Biotalks 10. Kondisi yang dihadapi bangsa Indonesia yaitu kasus korupsi benih lobster merupakan momen untuk mengangkat pembahasan tentang budidaya lobster. “Mari kita kembangkan dan lestarikan Biodiversitas Laut Indonesia”, sahut Budi.
Pembicara pertama, Drs. Trijoko, M.Si. membawakan materi tentang Peran Biologi dalam Pelestarian Budidaya Lobster di Indonesia. Ekspor akan kebutuhan lobster terus meningkat, namun keruksakan lingkungan juga tinggi. Perlu ada usaha oleh kita lakukan seperti sea farming dan restocking Lobster. Perlu diketahui pakan alami larva dalam hal ini dikaitkan dengan kajian fitoplankton. Setelah itu, dipikirikan masalah pembibitan. Tantangan dan peluang: Teknik pemijahan sudah ada, ukuran induk, kualitas telur, waktu pemijahan dapat terlaksana diluar waktu pemijahan alaminya. Daya tetas telur juga dipengaruhi oleh panjang karapaks induk. Pemilihan ukuran induk mempengaruhi kualitas telur dan larva yang dihasilkan. Pembenihan larva belum berhasil dilakukan. Terkait dengan pakan alami yang belum ditemukan, serta kondisi lingkungan yang belum diketahui. Penelitian pakan yang dilakukan telah dilakuakan dengan rumput laut, chlorella, rotifer, artemia dan campuran buatan. Terdapat kedala dalam penelitian pakan, penelitian selanjutnya terkait zooplankton yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami larva lobster. Perlu disesuaikan ukuran pakan yang diberikan dengan ukuran bukaan mulut larva lobster. “Ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan dimasa depan”, ujar Trijoko.
Prof. Dr. Haryanti, M.S. sebagai pembicara kedua menyampaikan materi tentang Dukungan pelestarian populasi lobster Panulirus homarus di alam melalui pelepas liaram induk matang gonad. Keberadaan Lobster sudah mengarah ke fully exploited. Jumlah tangkapan lobster yang paing banyak adalah P. homarus. Sumber benih lobster di Indonesia terletak di Garut, Cilacap, Pangandaran, Muncar, Prigi dan Lombok merupakan suber benih yang paling baik di Dunia. Untuk mecegah exploitasi yang berlebih perlu dilakukan pemulihan sumber daya lobster. Upaya yang dapat dilakukan adalah kita berusaha memproduksi induk matang gonad yang bagus kemudian di lepas liarkan dan perlu dilakukan co-management. Induk matang gonad dilakuakan dengan cara penyiapan probiotik, pembuatan moist pellet dan pakan segar. Hal ini dilakuakan untuk memacu kamatangan gonad. Peran probiotik pada akuakultur: dapat mencegah penyakit, meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan pencernaan, meningkatkan system imun, meningkatkan kulalitas air dan promoter reproduksi. Jantan labih baik dalam hal pertumbuhan dibandingkan dengan betina. Penyuntikan progesterone pada lobster dapat menikatkan kematangan gonad (56,52%). Beda halnya dengan pemberian pakan segar, dapat meningkatkan kematangan gonad paling tinggi (97,1%).”Kendala yang ditemui adalah moulting sindrom, kanibal, red body desease, dan milky hemolymph desease”, tambah Haryanti.
Pembicara terakhir, Effendy Wong, keberadaan indukan lobster terletak yang belum dapat dipastikan. Induk yang didapatkan ditempat tersebut, belum tentu larva yang dihasilkan juga ditemukan ditempat tersebut juga. Kondisi hidup lobster ada yang terletak di dasar laut dan di terumbu karang. Potensi benih lobster ini sangat tinggi di Indonesia dan banyak di ekspor ke Vietnam baik secara legal dan illegal. Indonesia dengan memanfaatkan ketersediaan benih yang melimpah, seharusnya dapat mengembangkan budidaya lobster. Budidaya lobster di Vietnam juga banyak menghadapi banyak kendala, diantaranya berupa penyakit. Vietnam dekat dengan negara konsumen yaitu China. Oleh sebab itu Indonesia melihat potensi sudah bagus. Indonesia akan kalah bersaing dengan Vietnam karena letak geografis. Vietnam dengan lokasi yang dekat dengan China dan menyebabkan ongkos kirim yang murah. Jika Indonesia tidak mengekspor benih lobster ke Vietnam, maka negara – negara yang membutuhkan lobster akan mencari langsung ke Indonesia. “Masalah penyelundupan ini dapat dengan mudah dapat dilakukan oleh jika ada keseriusan Pemerintah. Penyelundupan benih lobster dapat dicegah dengan cara pemantauan di lapangan secara langsung oleh polri dan TNI, keterlibatan BIN juga dapat dilakukan dalam mengatasi masalah ini”, tambah Effendy.
Biotalks#10 ini telah disaksikan oleh penonton yang berasal dari dari berbagai institusi melalui channel Youtube Fakultas Biologi UGM yaitu Kanal Pengetahuan Fakultas Biologi UGM. Kedepannya, Biotalks series akan segera hadir dan dikemas lebih menarik serta menjadi sumber informasi yang mencerahkan sekaligus mencerdaskan masyarakat.