Menurut Pusat Pengawasan Konservasi Dunia (World Conservation Monitoring Centre), Indonesia termasuk di antara 17 megabiodiversity country dan dihuni oleh sekitar 773 jenis mammal, dan 40% dari total jumlah mammal tersebut merupakan jenis endemik di Indonesia. Dalam rangka pendalaman materi dan pemahaman mengenai asal usul biodiversitas hewan mammal di Indonesia, Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi UGM menyelenggarakan Biolecture Series ke-14 dengan tema “Asal Usul Keragaman Hewan Mammal dan Evolusinya di Indonesia”. Acara ini mengundang . Didit Hadi Barianto, ST, M.Si., D.Eng. (Departemen Geologi, Fakultas Teknik UGM), Drs. Bambang Agus Suripto, S.U., M.Sc. (Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM) sebagai narasumber, dan moderator yangg memandu acara ini adalah Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc (Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM).
Webinar ini diselenggarakan pada hari Kamis (15/04/ 2021) pukul 09.30 – 11.30 WIB, melalui aplikasi Zoom. Acara dibuka dengan sambutan dari Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni yaitu Dr. Eko Agus Suyono, M.app.Sc. Dalam sambutannya, Eko mengatakan bahwa Acara Biolecture ini sudah memasuki series ke-14 yang berarti sudah setahun dalam pelaksanaannya. “Biolecture mulai diselenggarakan saat awal pandemi hingga saat ini, semoga pandemi bisa segera berakhir”, ungkap Eko.
Pada sesi pertama dilakukan paparan materi mengenai Perubahan Geologi di Asia Tenggara dan Australia pada Jaman Es Periode Tersier Epoch Pleistocene oleh Didit Hadi Barianto, ST, M.Si., D.Eng. Dinamika Permukaan Bumi dipengaruhi oleh: siklus konveksi pergerakan panas dari mantel bumi ke kerak bumi, siklus perubahan iklim pemanasan dan pendinginan permukaan bumi (green house dan ice house), siklus perubahan muka laut relative (relative sea level change), siklus perubahan medan magnet bumi (earth paleomagnet), serta siklus erupsi gunung api dan hujan meteorit. “Bumi jika dilihat dari luar angkasa itu bulat, namun sebetulnya bumi tersusun dari banyak lempeng-lempeng,yaitu lempeng benua yang ringan dan lempeng samudera yang lebih berat. Kerak bumi yang bagian luar tempat kita tinggal merupakan bagian tertipis bila dibandingkan dengan jari-jari bumi, padahal kerak yang tipis ini memiliki beban untuk memfilter suhu dibawah mantel yang memiliki suhu 2000°C, karena di inti bumi sangat panas namun pada kerak suhu dapat difilter hingga lebih dingin maka terjadilah arus konveksi sehingga kerak bumi bergerak yang akan mempengaruhi segala hal yang ada di permukaan bumi”. Dalam pemaparannya, Didit menjelaskan mengenai evolusi South-Asia dari 600 juta tahun yang lalu, konsekuensi dari arus konveksi bumi, perubahan muka laut dan iklim pliosen-pleistosen, pemanasan serta pendinginan bumi. “Memahami permukaan laut masa lalu penting untuk analisis perubahan saat ini dan masa depan. Di masa lalu, perubahan es di daratan dan ekspansi termal dari peningkatan suhu adalah alasan dominan kenaikan permukaan laut”, tambah Didit.
Materi dilanjutkan oleh Drs. Bambang Agus Suripto, S.U., M.Sc. mengenai dinamika migrasi dan kepunahan mammal Refugia dalam pembentukan keragaman mammal di Indonesia. Pada paparannya, Bambang menjelaskan mengenai pendahuluan, asal-usul dan suksesi mammal di Indonesia, kepunahan mammal di Indonesia, evolusi mammal di Indonesia. “Indonesia merupakan negara dengan megabiodiversitas. Pada kategori ordo Mammal, Indonesia dihuni oleh anggota dari 17 dari 20 ordo yang ada (85%)”. Oleh karena negara Indonesia yang terdiri dari kepulauan tersusun lebih dari 17.000 pulau mulai berbentuk seperti sekarang pada Jaman Miosen Tengah dan fosil mammal tertua di Pulau Jawa berumur sekitar 2 jt tahun yang lalu, maka hewan mamal muncul /datang darimanakah? dan bagaimanakah mekanisme evolusi serta faktor-faktor apakah yang mempengaruhinya?, menjawab pertanyaan tersebut, Bambang menjelaskan bahwa setiap periode glasial, lapisan es di belahan bumi utara meluas dan permukaan laut lebih rendah sehingga terbentuk jembatan darat, daratan Sunda dan daratan Sahul yang mendorong migrasi mammal masuk ke Indonesia (beberapa diantaranya punah). Selama periode interglasial permukaan laut naik dan terjadi rekolonisasi serta pemukiman kembali yang menyebabkan beberapa spesies terisolasi dan berevolusi. Pada masa lalu, dinamika kepunahan mammal di Asia Tenggara termasuk di Pulau Jawa disebabkan oleh faktor-faktor ekologi yang saling berkaitan, diantaranya adalah perubahan permukaan air laut, iklim, habitat, fluktuasi populasi, dan keseimbangan fauna. Namun pada masa kini, kepunahan satwa liar termasuk mammal didorong oleh faktor kerusakan dan hilangnya habitat serta wildlife trade.
Selesai pemaparan materi oleh kedua narasumber, acara dilanjutkan pada sesi diskusi serta tanya jawab, kemudian ditutup pada pukul 11.30 WIB dengan total peserta sebanyak 96 orang. Audience sangat beragam, mulai dari siswa, mahasiswa S1, S2, S3, dosen, guru, masyarakat umum dan peneliti. Instansi juga sangat beragam antara lain Universitas Ahmad Dahlan, Wildlife Conservation Society CTSS-IPB, UIN Walisongo, Universitas Tanjungpura, Universitas Gadjah Mada, Universitas Pattimura, Universitas Lampung, Universitas Bangka Belitung, SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) Gondol, Universitas Mulawarman, Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Sriwijaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, SMK Kehutanan Negeri Makassar, SMA Pradita Dirgantara, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Universitas Negeri Gorontalo , Balai Taman Nasional Manusela, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Sebelas Maret, Universitas Mataram, Universitas Nusantara PGRI Kediri, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Jember, STKIP PGRI Sumatera Barat, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Pakuan, Universitas Bengkulu, National Geographic Society, MGMP Sejarah Kabupaten Cianjur, Universitas Papua, Universitas Padjadjaran dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu dari seluruh penjuru tanah air