Bioterorisme, atau serangan biologi, adalah tindakan pelepasan virus, bakteri atau agen biologi lainnya secara sengaja yang dapat membuat korbannya menjadi sakit atau bahkan mati. Munculnya virus Covid-19 ini terkadang dikaitkan dengan bioterorisme serta banyak munculnya teori-teori konspirasi yang beredar di masyarakat. Masyarakat yang kurang mengetahui tentang hal ini, terkadang termakan oleh issue dan hoax yang beredar di dunia maya maupun dari mulut ke mulut. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi informasi terpercaya dan fakta yang jelas dipaparkan dalam Biotalks untuk kalangan akademisi maupun umum. Fakultas Biologi UGM dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya di bidang pengabdian masyarakat, dengan metode berbeda yaitu secara daring. BioTalks merupakan upaya Fakultas Biologi UGM untuk memberikan wawasan kepada masyarakat dalam menyebarluaskan informasi yang kredibel.
BioTalks #15 diselenggarakan pada hari Jumat, 23 Juli 2021 dimulai pukul 09.00-11.00 WIB disiarkan secara live streaming di Kanal Pengetahuan Fakultas Biologi UGM dengan menghadirkan 3 narasumber, yaitu R. Tedjo Sasmono, S.Si, Ph.D. (Peneliti Senior, Lembaga Biologi Molekular Eijkman), Brigjen Pol. Drs.Sumirat, M.Si (Kepala BNNP Sulawesi Barat), serta Kol. CKM. Nurhadiyanta, S.Si., M.Si. (Kaprodi Biologi FMIPA Militer UNHAN). Acara ini dimoderatori oleh Dr. Miftahul Ilmi, S.Si., M.Si. (Dosen Fakultas Biologi UGM).
Acara dibuka dengan sambutan Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc, pada kesempatannya Prof Budi menyampaikan bahwa BioTalks ke-15 ini tetap mengudara di tengah pandemi Covid yang belum reda. “Kita punya ketangguhan sebagai sebuah bangsa, karena ditengah bencana kita masih memiliki inovasi dan kreatifitas sehingga kita menghasilkan sebuah platform di Fakultas Biologi UGM untuk menjadi suluh, pencerahan berbagai informasi yang berharga termasuk pada pagi hari ini”, ungkap Prof. Budi.
Narasumber pertama R. Tedjo Sasmono, S.Si, Ph.D. memberikan materi mengenai ledakan kasus Covid-19, varian virus SARS-COV-2 yang perlu kita waspadai. Virus, termasuk SARS-CoV-2, terus bermutasi untuk beradaptasi dan berevolusi dengan cepat, menyesuaikan dengan inang/lingkungan, sehingga varian baru pasti akan muncul. Mutasi dapat terjadi dari satu inang ke inang berikutnya, dari satu populasi ke populasi berikutnya, bahkan dari satu wilayah geografis ke wilayah geografis lainnya, dan yang paling fit akan bertahan dan menjadi dominan. Varian-varian baru dengan karakteristik tertentu menyebabkan peningkatan kemampuan menular, keparahan penyakit, serta mengurangi efektivitas vaksin, obat maupun alat diagnostik.
SARS-CoV-2 bermutasi menghasilkan Variant of Concern dan Variant of Interest. Saat ini varian dari SARS-CoV-2 yang paling banyak ditemukan adalah varian Delta yang menyebabkan jumlah kasus COVID-19 meningkat drastis di Indonesia dan di dunia, karena memang varian ini lebih cepat untuk bereplikassi dan cepat masa inkubasinya sehingga lebih cepat menular. Kewaspadaan terhadap penularan virus varian Delta harus ditingkatkan dengan pelaksanaan protokol kesehatan yang lebih ketat dan juga dengan vaksinasi.
“Kita lihat memang ada varian-varian virus sehingga kita harus meningkatkan kewaspadaan diri dengan menggunakan masker dobel, mengurangi mobilitas, jaga jarak, meningkatkan kebersihan dan yang paling penting adalah vaksinasi. Walaupun sudah divaksin, tidak 100% dapat kebal dari virus Covid-19, namun vaksinasi dapat menurunkan tingkat keparahan gejala dan menurunkan kesempatan untuk virus-virus tersebut merusak organ kita”, himbau Tedjo.
Narasumber kedua yaitu, Brigjen Pol. Drs.Sumirat, M.Si. menyampaikan mengenai bioterorisme dan kaitannya dengan bahaya narkoba. Narkoterorisme istilah yang sering digunakan untuk organisasi teroris yang terlibat dalam aktivitas perdagangan narkoba untuk mendanai operasi mereka. Secara geografis Indonesia merupakan negara terbuka sehingga narkoba mudah masuk dan tersebar di seluruh wilayah. Peredaran gelap narkoba bukan hanya menyasar orang dewasa dan remaja, melainkan juga anak-anak. Modus operasi dan variasi jenis narkoba pun saat ini terus berkembang serta terdapat jenis-jenis narkoba yang berasal dari tumbuhan sehingga dapat dikategorikan sebagai ancaman bioterorisme. Brigjen Pol. Drs.Sumirat, M.Si. juga menceritakan kasus- kasus bioterorisme yang pernah terjadi di Indonesia. “Penanganan untuk bioterorisme ini memerlukan kolaborasi multilateral, konsep one health dimana Kesehatan dilihat sebagai konsep yang terintegrasi antara kesehatan manusia dengan kesehatan hewan dan lingkungan serta perlu adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku. Saya berharap kita yang dari Fakultas Biologi dapat berperan aktif dalam antisipasi penyalahgunaan narkotika dan mendeteksi bahan-bahan narkotika serta zat-zat biologi lain yang dapat menjadi ancaman”, kata Sumirat.
Narasumber terakhir adalah Kol. CKM. Nurhadiyanta, S.Si., M.Si. yang menyampaikan mengenai bioterorisme. Terorisme adalah aktivitas politik untuk menciptakan ketakutan secara umum, terorisme ini dapat menggunakan organisme biologis yang disebut bioweapon. Agen bioweapon dapat berupa bakteri, rickettsiae, virus, fungi, dan racun. Ancaman ini justru sulit dideteksi, penyebarannya cepat karena hanya membutuhkan waktu pertumbuhan yang singkat, serta memiliki potensi menimbulkan kepanikan”Mudah-mudah pandemi Covid dapat kita lewati dan Indonesia menjadi negara tangguh dan memiliki dignity yang jelas ”, tutup Nurhadiyanta.
Dalam hasil diskusi acara ini, Dr. Miftahul Ilmi, S.Si., M.Si. sebagai moderator menyimpulkan bahwa bahwa virus ini bukanlah merupakan bentuk bioterorisme, melainkan virus yang terjadi akibat mutasi alami, saat ini ledakan kasus Covid-19 itu memang terjadi di negara kita, di mana salah satu faktor penyebabnya adalah virus yang telah bermutasi sehingga penularannya lebih cepat dan juga dengan gejala lebih beragam. Meskipun begitu, Vaksin Covid-19 yang saat ini tersedia, masih sangat mampu membentuk perlindungan bagi tubuh kita, bahkan dari virus yang sudah bermutasi sekalipun.