Economic Fair merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Andalas yang memiliki beberapa rangkaian acara. Salah satu rangkaian acara tersebut adalah Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI). Kegiatan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menyerukan dan menghadapi keberlanjutan sumber daya yang tersedia di Indonesia. Lomba karya tulis ilmiah Economic Fair ini mengangkat tema “Optimalisasi Sumber Daya Ekonomi untuk Keberlanjutan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” yang diikuti oleh mahasiswa aktif di seluruh Indonesia. Pada 27 Agustus 2021, tim dari Universitas Gadjah Mada berhasil meraih juara 3 dengan mengangkat judul “Analisis Ekonomi dan Lingkungan Biofuel Mikroalga Sebagai Alternatif Bahan Bakar Nabati Berkelanjutan Pengganti Kelapa Sawit”. Tim ini beranggotakan 3 orang dengan ketua Fikri Ramadhan (Biologi 2019) yang ditemani oleh 2 anggota lainnya yakni Agung Setia Adi (Akuntansi 2019) dan Ardan Putra Saleh Hutasuhut (Biologi 2019). Dalam berkompetisi, tim ini diarahkan dan dibina oleh Bapak Dr. Eko Agus Suyono M.App.Sc. selaku dosen pembimbing.
Bahan bakar yang berasal dari minyak bumi saat ini sering mengalami kelangkaan. Akibatnya, diperlukan alternatif bahan bakar terbarukan lain seperti Biofuel atau bahan bakar yang dikonversi dari biomassa. Biofuel yang paling umum diketahui itu berasal dari kelapa sawit. Sementara itu, jika terjadi permintaan yang tinggi dari biofuel kelapa sawit, maka akan terjadi peningkatan luas wilayah perkebunan kelapa sawit. Berkaitan dengan itu, menurut referensi yang digunakan, cukup berdampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif yang dapat terjadi antara lain deforestasi hutan, degradasi biodiversitas, peningkatan gas rumah kaca, dan dapat menyebabkan konflik agraria. Pada penelitian yang kami lakukan, ditemukan bahwa terdapat alternatif biofuel lain yang tentunya lebih unggul dari segi ekonomi maupun lingkungan. Alternatif Biofuel itu adalah Biofuel dari Mikroalga. Diketahui bahwa mikroalga dapat memproduksi biofuel lebih optimal dan membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan kelapa sawit. Mikroalga juga diketahui memiliki wilayah tanam yang tidak bersaing dengan tanaman pangan di mana mikroalga dapat menggunakan lahan-lahan kritis. Selain itu, pemanfaatan dan pembuatan biofuel mikroalga akan berdampak baik terhadap lingkungan. Bahkan, bisa menurunkan emisi CO2 yang bisa memicu terjadinya pemanasan global. Hal ini dikarenakan pada dasarnya mikroalga merupakan organisme yang mampu menyerap CO2 secara maksimal untuk proses fotosintesis. Jika dilihat dari segi ekonomi, dapat diketahui bahwa biofuel mikroalga memiliki margin laba, net present value, interest rate of return, dan payback period yang lebih tinggi dibandingkan biofuel kelapa sawit. Oleh karenanya, produksi biofuel mikroalga menawarkan profitabilitas dan peluang ekonomi baru bagi industri biofuel berbahan dasar nabati terutama di Indonesia.
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan kepada pemerintah dan stakeholder terkait untuk memprioritaskan pengembangan biofuel dari mikroalga dibandingkan dengan kelapa sawit. Salah satu perwakilan tim, Agung Setia Adi berpesan “Kompetisi ini menurut kami menjadi wadah yang bagus sekali. Selain kami bisa mengaktualisasikan diri melalui kompetisi, kami juga dapat memberikan edukasi dan pemahaman akan potensi biofuel mikroalga yang ekonomis dan berkelanjutan ke dewan juri serta mahasiswa lainnya. Mari kita bersama terus dukung energi terbarukan demi kelestarian lingkungan.”