Pada hari Sabtu, 11 Desember 2021 pukul 08.00-13.00 WIB, Kementerian Kajian dan Aksi Strategis BEM Fakultas Biologi UGM telah menyelenggarakan acara Kastrat Punya Kajian 2021, dengan judul acara International Charity Webinar: Could We Reach the Net Zero Emission in 2060?. KPK yang diadakan tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena kegiatan webinar ini berskala internasional dan sekaligus merupakan acara amal. Donasi yang para partisipan berikan akan disalurkan melalui lembaga West Java Conservation Trust Fund (WJCTF), Yayasan Wanadri, dan Wali Mangrove. Webinar ini dihadiri kurang lebih 90 partisipan, baik dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada, mahasiswa dari luar Universitas Gadjah Mada, dan juga masyarakat umum.
Webinar ini menghadirkan 3 pembicara, yaitu Mr. Yuri Romero Hurtado, Ms. Sc., Founder MAN Forum (The Humans and Nature Forum), Kak Ari Wijanarko Adipratomo, MIR., Climate Advocacy Manager The Climate Reality Project Indonesia, dan Dr. Emilya Nurjani, S. Si, M. Si., Dosen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Selain itu, acara ini dipandu oleh seorang moderator yaitu Mutia Asri Khairunisa. Acara webinar ini dibuka dengan penyampaian sambutan dari Bapak Sukirno, M. Si., M. Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1, dan juga Muhammad Ammar Faris selaku Ketua BEM Fakultas Biologi UGM tahun 2021.
Kemudian kegiatan ini dilanjutkan dengan sesi pematerian dari narasumber. Pada sesi pematerian pertama, Mr. Yuri Romero Hurtado menyampaikan bahwa net zero emission adalah pendekatan sosiokultural untuk analisis ketahanan Indonesia terhadap perubahan iklim. Net zero emission ini perlu dilakukan agar suhu Bumi tidak semakin panas, menyeimbangkan jumlah gas rumah kaca yang dilepaskan ke udara dengan jumlah gas yang dapat dikurangi atau dieliminasi, dan menerapkan tata kelola lingkungan yang baik. Saat ini, sektor ekonomi adalah penyumbang gas rumah kaca terbesar di Indonesia. Tata kelola lingkungan yang baik dan pendidikan yang memadai sangat dibutuhkan agar net zero emission di Indonesia dapat tercapai.
Pada sesi pematerian kedua, Kak Ari Wijanarko Adipratomo, MIR menyampaikan bahwa net zero emission tidak mengacu pada berhentinya umat manusia memproduksi emisi, melainkan emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya hingga tak ada yang menguap ke atmosfer. Gas rumah kaca yang berasal dari kegiatan industri, tambang batu bara, transportasi, landfills, dan berbagai aktivitas manusia lainnya adalah penyebab utama pemanasan global. Dampak pemanasan global yang dapat dirasakan saat ini, seperti misalnya meningkatnya temperatur, cuaca yang tak menentu, naiknya permukaan air laut, penurunan produksi pertanian, terutama padi, dan lain sebagainya. Indonesia berkomitmen untuk mencapai target SDG dan mengurangi emisi karbon sebanyak 29% pada tahun 2030. Low Carbon Development Policies adalah salah satu sarana penunjang tercapainya net zero emission. Net zero emission bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Perlu adanya kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan untuk mencapainya.
Pada sesi pematerian ketiga, Ibu Dr. Emilya Nurjani, S. Si, M. Si. menyampaikan bahwa secara sederhana, pemanasan global dirasakan dengan terjadinya peningkatan suhu Bumi secara terus menerus akibat gas rumah kaca. Terdapat sumber utama gas rumah kaca, seperti CO, N2O, metana, dan SF6. Sebanyak 51% radiasi matahari yang masuk ke Bumi, akan dipantulkan kembali ke atmosfer, sedangkan 49%-nya didistribusikan di Bumi. Gas CO2 sendiri sebenarnya penting untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan ideal untuk ditinggali makhluk hidup, tetapi ketika jumlahnya berlebih, hal inilah yang dapat menyebabkan pemanasan global. Selain itu, climate change juga diperparah dengan aktivitas land use change dan fossil fuel burning yang banyak dilakukan oleh manusia.
KPK 2021 diakhiri dengan pengumuman pemenang best question yang berhak mendapatkan doorprize berupa uang. KPK 2021 yang merupakan program kerja puncak dari Kementerian Kajian dan Aksi Strategis BEM Fakultas Biologi UGM ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan edukasi kepada seluruh peserta yang mengikuti, terkait isu krisis iklim saat ini. Selain itu, diharapkan peserta diskusi dapat memperoleh informasi baru dan menambah sudut pandang dalam melihat suatu masalah. Terkhusus bagi anggota BEM Biologi, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pemantik untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya yang lebih inovatif dan kreatif dalam rangka menambah wawasan, menganalisis suatu isu, dan melatih berpikir kritis terhadap suatu permasalahan yang urgent di lingkungan sekitar kita. [BEM]