Sebagai sumber protein hewani yang banyak diminati dengan harga relatif terjangkau, telur ayam jawa super “joper” berpeluang besar dalam pemulihan ekonomi dan peningkatan ketahanan pangan bagi masyarakat pedesaan khususnya pasca pandemi COVID-19. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Nabila Ramiza Puteri mahasiswa Fakultas Biologi, UGM angkatan 2019 dibawah bimbingan Dr. Ardaning Nuriliani, S.Si., M.Kes. melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mbangun Desa tahun 2022. Program ini merupakan kelanjutan dari program pengabdian masyarakat terkait potensi ayam joper sebagai ayam petelur yang sebelumnya telah sukses dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Ngoro-oro, Patuk, Gunungkidul pada tahun 2019-2021 dengan diketuai oleh Dr. med.vet. drh. Hendry T.S.S.G. Saragih, M.P. dan anggota Dr. Ardaning Nuriliani, S.Si., M.Kes. beserta tim mahasiswa S1 dan S2 dari Fakultas Biologi UGM. Pada program MBKM Mbangun Desa yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 ini, salah satu program tim MBKM adalah melakukan optimalisasi pembuatan pakan alternatif kaya protein dari larva lalat hitam (maggot). Sebagai pendahuluan, tim MBKM menggaet Bapak Sukirno, S.Si., M.Sc., Ph.D. untuk memberikan pelatihan terkait pembuatan pakan alternatif kaya protein dari larva (maggot) lalat hitam black soldier fly kepada masyarakat Dusun Pajangan pada tanggal 22 Mei 2022.
Pelatihan pembuatan pakan alternatif dari larva lalat hitam bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan kandungan protein pada larva lalat hitam sebagai campuran pakan ayam joper. Pak Sukirno selaku narasumber menyebutkan jika kandungan protein pada larva lalat hitam yang mencapai 35% berpotensi untuk digunakan sebagai sumber protein pakan ternak di masa yang akan datang. Sumber protein berkualitas yang terdapat dalam larva insekta ini berperan penting dalam meningkatkan produktivitas ayam joper dalam menghasilkan telur. Menilik pada program pengembangan ayam joper di tahun-tahun sebelumnya, ayam joper dapat memproduksi telur sebanyak 20-25 butir/ekor/bulan dengan pakan dan manajemen perawatan yang tepat. Adapun telur yang dihasilkan berwarna dominan coklat muda serta memiliki kemripan dari segi ukuran dengan telur ayam kampung. Sedangkan dari segi mutu pakan, konsumsi pakan larva lalat hitam dalam jumlah yang tepat dianggap relatif aman karena mampu menurunkan jumlah bakteri berbahaya seperti Salmonella spp.
Selain sebagai ladang perkembangbiakan larva lalat hitam, kegiatan ini juga ditujukan untuk menginisiasi kegiatan pengolahan limbah dapur organik menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.“ Indonesia menjadi salah satu negara produsen sampah terutama sampah sisa maka terbesar di dunia. Dalam satu tahun, jumlah sampah sisa makanan dapat mencapai 300 kg/orang”, papar Pak Sukirno. Hal ini mendorong adanya urgensi pengolahan limbah dapur organik menggunakan unit composting yang terdiri atas 2 ember cat bervolume 20 liter dan kran plastik. Ember-ember cat tersebut disusun secara bertingkat dan telah diberi lubang unuk membantu lalat hitam dalam meletakkan telurnya. Nantinya, telur-telur dari lalat hitam ini berkembang menjadi larva dan akan membantu mengurai sampah organik yang ada di dalam ember. Sampah organik yang telah terurai lebih lanjut dapat digunakan sebagai pupuk organik, sedangkan cairan hasil penguraian limbah yang keluar dari kran dapat digunakan sebagai pupuk cair.
Sejauh ini, tim MBKM telah menerjunkan 3 unit composting ke Dusun Pajangan untuk dapat dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat setempat. Adanya pengolahan limbah dapur organik ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan dalam meningkatkan performa ayam joper sebagai ayam petelur dengan memanfaatkan larva lalat hitam hasil pengolahan limbah. Di samping itu, pengolahan ini juga diharapkan dapat menginisiasi masyarakat dalam memproduksi pupuk organik dan pupuk cair secara mudah dan murah pada skala rumah tangga. [NRP]