Studi lapangan yang diselenggarakan oleh Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi UGM (3/12/18) mengunjungi beberapa klaster museum yang terdapat di wilayah Sangiran. Sangiran merupakan wilayah seluas 56 km persegi di wilayah Sragen, Jawa Tengah. Sangiran pertama kali dipetakan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald berkebangsaan Belanda pada tahun 1934. Sangiran terdiri atas empat klaster museum yaitu Klaster Krikilan, Klaster Manyarejo, Klaster Bukuran dan Klaster Ngebung. Fosil yang ditemukan terdiri atas fosil hewan vertebrata diantaranya fragmen fosil Elephantidae, Cervidae, Rhinocerotidae, dll dengan beberapa fosil spesies langka bernilai tinggi yaitu golongan hewan karnivora dan manusia purba (hominid). Selain fosil dapat ditemukan pula artefak peninggalan purbakala seperti alat serut, kapak perimbas dll.
Fosil manusia sendiri bernilai sangat tinggi karena dapat menjadi kunci evolusi manusia khususnya manusia purba di wilayah Jawa. Beberapa fosil manusia tersebut dapat dilihat di Museum Bukuran.
Fosil yang ditemukan dapat berasal dari penggalian arkeologi oleh peneliti ataupun hasil dari temuan warga. Kegiatan ekskavasi di wilayah situs Sangiran sendiri sifatnya terbatas dan penggalian ilegal dapat mengakibatkan hukuman pidana penggalian atau pencurian fosil. Nilai situs Sangiran yang sangat penting menjadikannya salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1996 World Heritage (No. 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21).
Situs Sangiran dan klaster museum yang terdapat di wilayah tersebut sendiri menjadi salah satu sumber lapangan kerja bagi masyarakat yang berjualan cinderamata dan akomodasi perjalanan. Situs tersebut telah menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang ingin melakukan rekreasi edukasi. Bagi peneliti sendiri khususnya Fakultas Biologi UGM situs tersebut nilainya sangat penting bagi kemajuan penelitian kepurbakalaan terutama dalam bidang paleontologi.
Dalam wawancara yang dilakukan kepada Donan Satria Yudha S.Si, M.Sc. mengungkapkan dalam kesempatan tersebut bahwa Museum Sangiran dan Museum Biologi UGM telah menjalin kerjasama yang berlangsung cukup lama.
Beberapa kerjasama yang telah terjalin antara Museum Sangiran dan Fakultas Biologi UGM diantaranya adalah identifikasi fosil menggunakan tenaga ahli dari mahasiswa dan dosen. Kerjasama yang terjalin semenjak tahun 2004 hingga sekarang diawali dari kegiatan identifikasi fosil, ekskavasi dan preservasi fosil di wilayah situs Sangiran. Beberapa ekskavasi menonjol yang berhasil ditemukan diantaranya tengkorak dan gigi manusia purba.
Pengukuhan kerjasama antara Museum Biologi UGM dan Museum Sangiran telah dan sedang menunggu proses persetujuan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan (Dirjen Kebudayaan). Namun proses tersebut mendapatkan sedikit hambatan disebabkan rotasi dan mutasi pimpinan Museum Sangiran.
Museum Biologi sendiri harus segera mempersiapkan diri menyambut kerjasama tersebut. Donan Satria Yudha S.Si., M.Sc. mengungkapkan bahwa pendanaan bagi museum Biologi pada tahun anggaran 2019 harus ditingkatkan agar mampu mendukung perkembangan museum Biologi dan melayani kegiatan kerjasama dengan museum Sangiran.
Solusi yang telah ditempuh oleh beliau yaitu menyusun proposal pendanaan dalam lingkup Fakultas, Universitas maupun kepada Corporate Social Responsibility (CSR) yang menurut beliau akan lebih fleksibel dan efektif untuk kegiatan ekspansi museum. Ekspansi dan revitalisasi nantinya mencakup penambahan spesimen taksidermi dan rangka, pemugaran display, pembuatan diorama, peningkatan interior gedung museum dan manajemen pengunjung harian serta promosi kerjasama penelitian dan kepariwisataan. Besaran yang dimaksud variatif tergantung jumlah yang diajukan. Dalam pembuatan proposal sendiri Donan Satri Yudha S.Si,M.Sc. bekerjasama dengan senior experten service Jerman, dr. rer.nat. Ulrich Schmidt sebagai reviewer. Desain dan denah museum terbaru sudah melalui tahapan assessment oleh dr. rer.nat. Ulrich Schmidt. Proposal telah dinaikkan ke tingkat dekanat untuk dapat diproses lebih lanjut.
Dalam kesempatan yang sama Donan Satria Yudha S.Si., M.Sc. menuturkan harapan beliau agar proposal tersebut dapat diproses ke tingkat yang lebih tinggi untuk dapat membuka kesempatan bagi pengembangan museum biologi. Pada tahun 2019 sendiri beliau mengharapkan adanya perubahan Museum Biologi yang signifikan dan dalam tempo yang singkat. Keahlian dan kemampuan Biologi di dalam melakukan identifikasi fosil harus ditunjang dengan saran dan prasarana yang mumpuni. Target yang ditetapkan nantinya menurut penuturan beliau “proses revitalisasi dan peningkatan Museum Biologi akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu tiga hingga enam bulan bila proposal tersebut disetujui, dengan fokus pada interior museum sebagai prioritas kemudian pembaruan spesimen koleksi”.