(14/03)
General Lecture yang dihadiri oleh Dr. Endang Semiarti, M.S., M.Sc., Matin Nuhamunada, S.Si., M.Sc., Sukirno, M.Sc., Ph.D. dan mahasiswa Pascasarjana Fakultas Biologi UGM, serta beberapa tamu undangan tersebut berlangsung di Ruang Sidang Bawah Fakultas Biologi UGM. Dengan tema Quality Management in Botanic Gardens in Germany pematerian diisi oleh pakar Tharandt Botanic Garden and Arboretum Dresden University of Technology, Faculty of Environmental Sciences, Dr. rer. silv. Ulrich Pietzarka.
Fakultas Biologi sendiri sedang menginisiasi pengembangan Taman Biologi (Jatabi) sebagai taman edukasi dan mini-konservasi. Dalam tahapan tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai sistem manajemen taman botani yang bersifat konservatif dan efisien. Dresden University sendiri telah memiliki taman botani yaitu Tharandt Botanic Garden yang dikelola oleh Faculty of Environmental Sciences dengan kepala pengelola yaitu Dr. rer. silv. Ulrich Pietzarka. Dalam pematerian tersebut disampaikan bahwa manajemen dan pengembangan taman botani membutuhkan jejaring kerjasama antar pemegang kewajiban dan mitra yang bersifat mutual dan terintegrasi secara baik. “Developing an interconnected participation of each stakeholders (guests/visitors, funders, members, partners, lobby groups, government, university and faculty) is essential. Social media and press are also the key players in maintaining public relationship”, tutur Dr. rer. silv. Ulrich Pietzarka.
Promotional media is not favored scientifically but has significant impact in order to gain traction of visitors.
Ketika ditanya mengenai kriteria terpenting dan tersulit untuk dipenuhi dalam manajemen taman botani Dr. rer. silv. Ulrich Pietzarka menjawab public relationship. “Reviews and how public perceive the botanic garden are not easy to handle”, tutur beliau.
Selain relasi publik, pengembangan dan manajemen taman botani yang baik sendiri dipengaruhi beberapa kriteria lain yaitu sarana dan prasarana, sistem keuangan, tenaga kerja ahli, pelayanan dan keamanan, perencanaan dan evaluasi serta yang terpenting tumbuhan konservasi itu sendiri. “Satisfication rate of stakeholders, employees and most importantly visitors will have to be assessed annually to improve the botanic garden”, tutur beliau.
Garden has a tendency for unpurposive or purposive selection of plants and animals, not an ideal place.
Ketika ditanya mengenai upaya konservasi dalam taman botani sendiri Dr. rer. silv. Ulrich Pietzarka menjawab “Conservation effort must be made in situ, a garden only a representative of biodiversity. Botanic garden is the source of information and a cultivation plant of knowledge and awareness”. Pengembangan dan upaya konservasi dalam sebuah taman botani ditentukan oleh transfer pengetahuan mengenai tumbuhan, biodiversitas dan solusi dalam mengatasi laju kerusakan alam yang telah terjadi. “The most important resources is knowledge, wiithout it a garden will be a meaningless place. Experience and awareness must be shared to the visitors and a garden is the cultivation plant of knowledge”, tutur beliau.