(19/03)
Pengukuhan Prof. Dr. Purnomo, M.S. sebagai Guru Besar Fakultas Biologi dilakukan dalam Rapat Terbuka Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada. Acara tersebut dihadiri oleh segenap jajaran Majelis Wali Amanat UGM, Dewan Guru Besar UGM, Senat Akademik UGM, Rektor dan para Wakil Rektor UGM, Dekan dan para Wakil Dekan UGM, Direktur dan Kepala Pusat Studi UGM, tamu undangan, kerabat dan mahasiswa. Dalam kesempatan tersebut Prof. Dr. Purnomo, M.S. menyampaikan pidato bertemakan Perkembangan Kajian Taksonomi dan Perannya dalam Budidaya Tumbuhan. Pidato beliau mengupas tuntas mengenai variasi spesies tumbuhan, penyebab variasi, klasifikasi varian-varian tersebut dan pendekatan biosistematik dalam riset tanaman Dioscorea spp. Dikemukakan dalam pidato tersebut kuatnya pendekatan biosistematik di dalam identifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan sebagai upaya konservasi dan pemanfaatan.
Prosesi simbolis tersebut merupakan buah dari pengabdian dan dedikasi beliau selama 31 tahun dalam pengajaran, pengembangan penelitian dan pengabdian masyarakat di Fakultas Biologi UGM. Mengawali karir sebagai dosen di tahun 1988 Prof. Dr. Purnomo, M.S. merupakan pakar keilmuan Taksonomi Tumbuhan Indonesia yang mumpuni. Sepanjang karir beliau telah mempublikasi jurnal internasional Q3 dan Q2 terakreditasi dan terindeks Scopus. Dengan credit point penelitian tinggi (> 45%) dari awal mengajar hingga saat ini, beliau berhak mendapatkan predikat sebagai Guru Besar. “Saya tidak besar sendiri, saya menjadi besar bersama dengan mahasiswa baik S1, S2 dan S3 Fakultas Biologi UGM, dalam kerjasama penelitian kompetitif, publikasi dan pengabdian masyarakat”, tutur Prof. Dr. Purnomo, M.S.
Beliau telah mengadakan eksplorasi dan publikasi internasional mengenai taksonomi tanaman uwi (Dioscorea spp.) melalui pendekatan biosistematika di Indonesia. “Indonesia memang unik sebab merupakan negara kepulauan, contohnya dalam eksplorasi dan riset lapangan sendiri saya menemui keunikan tanaman uwi di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Masyarakat memanfaatkan tanaman uwi sebagai bahan pangan pokok melalui pembudidayaan klonal selektif, dimana asupan protein berasal dari hasil-hasil laut. Walaupun karakter geografis Banggai merupakan lahan karst, masyarakatnya mampu memanfaatkan dan mengolah hasil alam sebagai sumber pemenuhan pangan”, tutur Prof. Dr. Purnomo, M.S.
Dalam eksplorasi riset tanaman uwi yang dilakukan beliau sendiri menganggap bahwa penelitiannya belum dapat merangkum keanekaragaman plasma nutfah tanaman tersebut. Ketertarikan beliau dalam mendalami tanaman uwi tersebut dilatarbelakangi oleh potensi pemuliaan tanaman uwi sebagai sumber pangan berbasis karbohidrat seperti tepung dunia. “Umbi tanaman uwi merupakan sumber karbohidrat yang tinggi, mampu dikonsumsi oleh penderita diabetes, dan potensial sebagai alternatif padi. Bila dibandingkan dengan budidaya tanaman padi, tanaman uwi lebih mudah untuk dibudidayakan. Tanaman uwi sendiri dapat menjadi solusi keterbatasan lahan dalam budidaya pertanian konvensional sebab dapat diklasifikasikan sebagai hasil hutan non-kayu. Tanaman uwi dapat ditanam bersamaan dengan tanaman kayu, baik dalam periode hujan dan kemarau dengan periode penyinaran minimal, serta memiliki produktivitas umbi per batangnya sebesar 7-10 kg/tanaman/tahun”, tutur Prof. Dr. Purnomo, M.S. Menurut penuturan beliau pengembangan tanaman uwi sendiri terhambat oleh rendahnya minat masyarakat terhadap cita rasa tanaman uwi, walaupun tanaman uwi memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi. “Masyarakat enggan mengkonsumsi umbi-umbian karena status sosialnya, namun apabila telah dilakukan diversifikasi pangan olahan maka akan menjadi beragam makanan olahan yang menarik”, tutut Prof. Dr. Purnomo, M.S.
Prof. Dr. Purnomo, M.S. mengemukakan bahwa seorang peneliti seharusnya memiliki objek kajian spesifik hingga mencapai tingkat kepakaran tertentu. “Minat kajian setiap peneliti berbeda-beda, jika memungkinkan objek penelitian tersebut spesifik dan dikaji secara terus menerus dari jenjang S1, S2 dan S3 hingga seterusnya. Dalam prosesnya nanti akan terbentuk kepakaran tertentu baik dalam aspek sistematikanya ataupun aspek lainnya”, tutur Prof. Dr. Purnomo, M.S.
Pengukuhan beliau sendiri merupakan bentuk amanat dalam mencetak lulusan S1, S2 dan S3 yang berkualitas dan produktif baik dari segi penelitian, publikasi dan pengabdian masyarakat. “Penguasaan metodologi riset Biologi adalah senjata peneliti dalam pengembangan sebuah riset. Hal inilah yang diharapkan mampu diasah oleh mahasiswa”, tutur Prof. Dr. Purnomo, M.S.
Diharapkan kedepannya pengukuhan beliau dapat menjadi awal peningkatan performa Fakultas Biologi UGM dalam mencetak lulusan yang unggul, baik dalam bentuk penelitian terkait dan pengabdian kepada masyarakat.