(27/07)
Bertempat di Ruang Auditorium Fakultas Biologi UGM, Seminar Nasional Biologi Tropika tahun 2019 mengusung tema Pengembangan Biotourism dan Biospeleologi untuk Pelestarian Biodiversitas Tropika. Seminar Nasional Biologi Tropika 2019 ini dibuka oleh Dekan sekaligus Guru Besar Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., Ph.D. melalui penandatangan MoU antara Fakultas Biologi UGM dengan Badan Otorita Borobudur dan Kampung Satwa Moyudan yang menandai kerjasama Biotourism yang telah dicanangkan semenjak tahun 2018. Dalam pengembangan kawasan Biotourism sendiri diperlukan kajian yang mendalam terhadap berbagai aspek yang terkait terutama aspek manusia, ekonomi dan ekosistem yang berkelanjutan.
Seminar ini turut mengundang berbagai pakar dalam sesi plenary antara lain Dr. Cahyo Rahmadi, Kepala Bidang Zoologi, (Kepala Bidang Zoologi, Puslit Biologi LIPI sekaligus Presiden Masyarakat Speleologi Indonesia) yang memaparkan Urgensi konservasi gua dan biota di dalamnya karena sangat rentan dan terancam. “Gua adalah habitat untuk berbagai hewan yang terancam punah dan memerlukan perhatian khusus sebelum dapat diberdayakan dalam konteks pengembangan diversitas pariwisata. Kajian Biospeleologi seharusnya menjadi landasan utama sebagai pemberi arahan dalam kerangka pemanfaatan”, Pungkas Dr. Cahyo Rahmadi (LIPI). Pada kesempatan yang sama, Dr. Bambang Retnoaji, M.Sc. (Peneliti Bidang Struktur dan Perkembangan Hewan Fakultas Biologi UGM) juga memaparkan pentingnya studi mengenai perilaku dan aspek fisiologis, struktur dan perkembangan hewan yang beradaptasi terhadap kondisi alami gua. “Adaptasi jangkrik terhadap kehidupan di dalam gua dapat diterapkan dalam aplikasi biomedis”, tutur Dr. Bambang Retnoaji, M.Sc. Selain itu, turut hadir Dr. Agus Rochiyardi (Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur) memaparkan konsep biotourism yang menekankan keharmonisan antara aspek manusia, budaya dan lingkungan. Sesi plenary ditutup oleh Ir. Ikram M.Sangadji, M.Si (Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang) yang menjelaskan manajemen pengelolaan kawasan perairan di Laut Sawu dan potensi ekowisata di dalamnya antara lain ekowisata paus.
Kehadiran keempat pakar ini diharapkan dapat membagi perspektif dalam pengelolaan ekosistem dalam pelestarian Biodiversitas tropika. Mengingat ancaman terhadap ekosistem begitu tinggi, maka perlu pendekatan transdisipliner dan holistik dalam mengelola ekosistem tersebut agar secara ekonomi dan ekologi dapat berkelanjutan. Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono menegaskan sekaligus menutup “Kami Fakultas Biologi siap menjadi garda terdepan dan berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam pengelolaan ekosistem dan pelestarian Biodiversitas tropika”.