
Dalam Seminar Pakar Prodi Biologi UT, Dekan Fakultas Biologi UGM Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. memaparkan mengenai Aplikasi Biologi Molekuler Dalam Kehidupan Pada Era Revolusi Industri 4.0 dan 5.0. Beberapa hal yang menjadi sorotan adalah posisi Biologi dan pendidikan Biologi dalam kegiatan industri, riset dan hilirisasi produk penelitian hasil riset ditengah era Industri 4.0 dan babak baru era industri 5.0 menjadi sorot pembahasan utama. “Internet of Things (IoT) dan aplikasi biologi molekular penting dalam kajian keanekaragaman genetik, proses seleksi dan budidaya plasma nutfah secara efisien. Dalam aplikasinya Genetika Molekular memiliki posisi yang penting dalam menentukan keragaman dan kekayaan sumberdaya hayati Revolusi Industri 4.0 dan 5.0. Melalui kerjasama antara Perguruan Tinggi, Kementerian terkait dan Mitra Industri pada akhirnya pemahaman tersebut dapat menjadi landasan atau basis bagi upaya pembelajaran, pemahaman dan pemanfaatan sumberdaya genetik secara berkelanjutan”, tutur Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. Pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia membutuhkan upaya kolektif dari semua pemegang keputusan, peneliti dan industri.
Upaya kolektif peneliti Indonesia khususnya peneliti Biologi telah dipusatkan dan digerakkan melalui Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI). Selaku Ketua Konsorsium Biologi Indonesia, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. menyampaikan bahwa kegiatan pendataan keanekaragaman plasma nutfah Indonesia telah diinisiasi melalui peluncuran Indonesian Biodiversity Index (IBI) dalam The 2nd KOBI_ICON 2019. Beberapa hal lain yang disampaikan dalam seminar tersebut adalah pentingnya pembangunan sumberdaya manusia dalam era industri 5.0. Industri 5.0 sendiri tidak lagi berpusat pada pengembangan teknologi semata namun telah mengintegrasikan teknologi revolusi industri dalam kehidupan sosial masyarakat. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut maka diperlukan peningkatan pemahaman dan mentalitas perubahan yang baru. Aplikasi Biologi Molekular dalam Pendidikan Biologi menurut beliau dapat menjadi tumpuan dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia dan integrasi teknologi revolusi industri dalam setiap aspek kehidupan sosial masyarakat. Menyoroti pembuatan Indonesian Biodiversity Index (IBI) sumberdaya teknologi informasi menjadi salah satu tumpuan utama yang memungkinkan kemudahan akses dan penyebaran informasi. Potensi kerjasama antara KOBI dan UT dalam percepatan IBI menjadi salah satu pembahasan bersama dengan Dr. Agus Santoso, M.Si. (Dekan FST UT) dan Dr. Hurip Utomo, M.Si. (Kaprodi Biologi).
“Dulu sebagian orang memandang sebelah mata Universitas Terbuka (UT) karena sistem pembelajaran jarak jauhnya, sekarang hampir semua Perguruan Tinggi mencanangkan Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dengan bantuan Teknologi Informasi yang programnya disebut Massive Open Online Course (MOOC). Bersyukur kemarin dapat berkunjung dan bersilaturahmi ke Jurusan Biologi UT sehingga dapat informasi yang lebih detail tentang, bagaimana UT yang berdiri sejak 1984 dapat mengembangkan sistem pembelajaran jarak jauhnya sehingga menjangkau hampir seluruh penjuru tanah air bahkan beberapa negara seperti Saudi Arabia, Hongkong, Korea, Taiwan, Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam, Qatar, UEA dan Timor Leste,” tutur Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.
Dalam penutupnya diharapkan kerjasama antara KOBI dan Fakultas Biologi UGM dengan Biologi FST UT dalam pembelajaran Biologi dan percepatan IBI dapat segera terwujud.