Herpetofauna menjadi salah satu anggota biosfer yang sangat diverse baik taksonnya, relung, maupun peran ekologisnya. Mendata keanekaragaman dari herpetofauna lantas telah menjadi fokus banyak peneliti di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Metode yang umum digunakan adalah teknik sampling konvensional yakni dengan perjumpaan langsung atau dengan perangkap. Kendati cukup berhasil, terdapat problema seperti efisiensi waktu, tenaga, hewan yang sukar diamati/ditangkap, hingga kerusakan lingkungan akibat aktivitas sampling itu sendiri. Metode sampling yang cepat, efisien, serta ramah lingkungan kemudian menjadi perhatian. Dengan perkembangan IPTEK, metode tersebut diwujudkan dalam bentuk sampling DNA lingkungan atau environmental DNA (eDNA) .
Oleh karena itu, Kelompok Studi Herpetologi UGM tergerak untuk membahas dan mempromosikan penggunaan eDNA ini untuk pendataan keberagamaan herpetofauna. Niatan tersebut termanifestasikan dalam Herpetotalk #3 Introduction to eDNA: A Novel Approach to Herpetofauna’s Diversity yang diselenggarakan pada Rabu, 22 Desember 2021 lalu. Seminar daring yang berlangsung dari pukul 09.00 WIB ini diisi oleh Bapak Donan Satria Yudha, S.Si.,M.Sc. serta Bapak Dr. Dwi Sendi Priyono, S.Si.,M.Si yang merupakan dosen Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi UGM. Seminar dibuka oleh moderator dan dilanjut materi pertama mengenai pengenalan eDNA oleh Bapak Sendi. Pada sesi ini, beliau menekankan bahwa DNA sejatinya selalu ada di sekitar kita, misalnya dalam bentuk sel kulit mati, rambut, sisik, dll. Secara sederhana, DNA yang dilepaskan dari suatu organisme ke lingkungan disebut eDNA. Selanjutnya, eDNA dapat dimanfaatkan untuk identifikasi organisme pemilik DNA tersebut. Identifikasi eDNA ini memiliki banyak potensi seperti untuk studi diversitas spesies langka sekalipun, hingga manajemen aksi konservasi yang di Indonesia pun juga sudah mulai diterapkan. Penelitian dengan eDNA ini pun sejatinya juga sudah dimulai sedari 1990, dan atas perkembangan teknologi mengalami perkembangan dan kemudahan akses yang signifikan sehingga sangat mungkin dimanfaatkan.
Materi sesi kedua adalah Aplikasi eDNA pada Penelitian Herpetofauna oleh Bapak Donan. Dalam pemaparan sesi kedua ini, Bapak Donan menjelaskan penelitian mengenai keanekaragaman herpetofauna yang telah dilakukan selama ini, dengan metode sampling yang paling kerap digunakan berupa Visual Encounter Survey (VES). Kelemahan metode VES dalam penelitian herpetofauna contohnya individu di area perairan tidak terlihat oleh mata pengamat karena kamuflase dan sukarnya identifikasi spesies apabila tidak tertangkap. Problema tersebut, tambah beliau, dapat ditanggulangi dengan metode eDNA barcoding melalui pengambilan sampel substrat dari habitat potensial herpetofauna untuk kemudian dilakukan ekstraksi DNA yang ada, amplifikasi, dan dicocokkan dengan DNA dalam database agar dapat diidentifikasi.. Setelah kedua sesi pematerian usai, dilakukan sesi diskusi yang disambut antusiasme tinggi dari peserta webinar. Acara kemudian ditutup dengan doa bersama dan dokumentasi yang dipandu oleh moderator. [ASA & MDP]