Kegiatan webinar Entotalk × Seminar Kewirausahaan diadakan oleh divisi penelitian bersama divisi kewirausahaan Kelompok Studi Entomologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada telah dilaksanakan pada Sabtu, 04 April 2022 pukul 09.00-10.30 WIB melalui platfrom Zoom dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 39 orang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan peluang berbisnis ulat sutra ke masyarakat. Kegiatan ini bersifat terbuka baik untuk mahasiswa dan masyarakat umum. Materi Webinar Entotalk × Seminar Kewirausahaan dibawakan oleh Bapak Yunianto H. N., S Hut sebagai pembudidaya ulat sutra sekaligus ketua wirausaha kain sutra Lembaga Jantra Mas Sejahtera (JAMTRA) dengan moderator Tiara Amalia, mahasiswa Fakultas Biologi UGM. Pada sesi pematerian oleh Bapak Yunianto H. N., S Hut, beliau menyampaikan 8 jenis ulat Samia endemik di Indonesia, 7 jenis corak berbeda dari ulat Samia, jenis ulat Samia yang dibudidayakan oleh Lembaga Jantra Mas Sejahtera (JAMTRA) yaitu samia ricini, pakan ulat Samia, siklus hidup ulat dan pengolahan kokon menjadi benang sutra sampai kain.
Sesi pematerian berlangsung lancar dan terlihat antusias audiens saat sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama diajukan oleh Tiara Amalia Nur Sabrina dari UGM yang bertanya apakah jenis ulat sutra mempengaruhi sutra yang dihasilkan. Jawaban dari narasumber : Jenis ulat sutera yang berbeda akan menghasilkan jenis kokon yang berbeda. Contohnya pada sutera jenis Attacus, kokon berwarna coklat dan pada Cricula, kokon berwarna emas. Ulat sutera yang digunakan ada yang sudah terdomestikasi dan juga ada yang masih liar. Ulat Samia yang digunakan di JAMTRA merupakan sutera liar yang bisa dengan memberi makan secara langsung, bukan dari pohon. Pertanyaan kedua disampaikan oleh Cornelius Deva Atmaja dari UGM, yang menanyakan bagaimana suka duka Bapak Yunianto ketika memulai bisnis budidaya ulat sutra. Jawaban dari narasumber: Ketika breeding dan untuk perkawinan Samia mempunyai kelemahan. Setelah kawin yang keempat akan cacat. Cacat diketahui dari sayap imago yang tidak berkembang. Masalah ini diatasi dengan saling dikawinkannya ulat dengan ulat yang berada di lokasi budidaya yang berbeda, seperti yang berada lokasi Boyolali disilangkan dengan di Kulonprogo kemudian dengan yang berada di Wonogiri dan sebagainya, agar terjaga kualitasnya. Dikirimkan ke lokasi-lokasi tersebut dalam bentuk telur. Pernah terjadi juga pengiriman ke Padang, akan tetapi terlalu jauh sehingga telur menetas di jalan. Kemudian kehilangan 3 dus telur karena dikonsumsi oleh cicak, predator ulat Samia. Cara untuk mengatasi hal tersebut dengan disimpan di petri dish. Adapun kemudahan dalam bisnis budidaya ulat sutera adalah breeding untuk Samia sangat mudah. Hanya perlu menempatkan induk di belahan bambu, dibuat seperti antena, dan dibiarkan bertelur. Pertanyaan ketiga diajukan oleh Lukito Hidayat Kartiko Hadi dari umum yang menanyakan kriteria ngengat khusus yang dapat diternakkan untuk sutera selain dari Samia, Attacus, Cricula, dan Bombyx dan apakah ngengat kelompok lain selain Saturniidae dan Bombycidae dapat diternakkan untuk sutra. Jawaban dari narasumber: Belum tahu karena budidaya yang pernah di lakukan hanyalah Samia, Attacus, Cricula dan Bombyx.
Pertanyaan keempat diajukan oleh Alif Monica Putriningsih dari UGM yang menanyakan apa pengaruh menggunakan pakan 100% jarak, 100% ketela karet, dan dapat pula gabungan antara keduanya terhadap hasil kain sutra. Jawaban narasumber: Melihat dari segi performa, apapun pakan yang diberikan akan sama sama menghasilkan sutera yang baik. Sama sama membutuhkan waktu 22 hari untuk panen kokon dan daur metamorfosis juga sama sekitar 48 hari. Perbedaan berada di ketika diberi pakan daun jarak, akan memiliki hasil yang lebih besar dan lebih berat dibandingkan ketela pohon. Akan tetapi dari kasat mata, menghasilkan sutra yang tampak sama. Oleh karena itu, demi kemudahan, ketika di satu daerah lebih mudah untuk mendapatkan daun jarak, bisa menggunakan jarak dan sebaliknya. Pertanyaan selanjutnya diajukan oleh Azizah Nur Rahmawati dari umum yang menanyakan pemanfaatan cocoon ulat sutra sebagai exfoliator/scrub di industri kecantikan apakah didapatkan setelah direbus atau sebelum direbus. Lalu menanyakan apa saja limbah dari ternak ulat sutra dan apa sudah ada penanganan/pemanfaatan limbahnya. Jawaban narasumber : Sudah ada trial kokon dan dimasukkan ke dalam air panas dan dioleskan ke wajah. Baik bombyx atau Samia, kokon sama sama mengandung serisin. Zat ini yang menjadi bahan yang bisa membuat kulit wajah membersihkan dan membuat lebih halus. Akan tetapi belum dibuktikan secara saintifik, trial baru dilakukan secara sederhana dirumah. Untuk penangan limbah ulat sutera belum ada regulasinya. Kotoran ulat sutera tidak berbau dan tampak seperti butiran pasir yang besar.
Dengan berakhirnya sesi tanya jawab, maka acara inti webinar Entotalk × Seminar Kewirausahaan telah selesai. Acara kemudian dilanjutkan dengan foto bersama dan penutupan. [KSE]