Awal bulan Juli 2022, Gama Wader Fakultas Biologi UGM mendapatkan kunjungan dari PT Kanca Mas Multikarya, sebuah perusahaan terbesar dan terpercaya untuk budidaya ikan wader pari Yellow rasbora (Rasbora lateristriata) di Indonesia. Kunjungan yang dilaksanakan selama 2 hari, yaitu jumat dan sabtu itu dihadiri langsung oleh komisaris utama dan direktur utama PT. Kanca Mas Multikarya, yaitu Rikha Pasdiansyah dan Anto. Kunjungan ini diterima langsung oleh Dr. Bambang Retnoaji M.Sc. selaku Pembina Gama Wader Fakultas Biologi UGM.
Dalam kunjungan ini juga dilakukan demontrasi pemijahan ikan wader pari dari ras Yogyakarta oleh Dr. Bambang Retnoaji M.Sc. bersama tim gama wader yaitu Gizela Aulia Agustin, Juniman Rey, S.Pi., dan Eben Ezer, S.Si. Sebanyak sekitar 200 ekor wader pari dipijahkan dalam alat mating chamber skala besar buatan Dr. Bambang Retnoaji M.Sc. yang telah mendapatkan sertifikat hak Paten.
Keesokan harinya, pada jam 9 pagi, dilakukan pengecekan hasil pemijahan pada sehari sebelumnya, terdapat sekitar 300 ribu butir telur yang dihasilkan. Penghitungan jumlah telur dilakukan dengan menggunakan gelas ukur yang dihitung dengan menggunakan rumus persamaan.
Salah satu hal yang dibicarakan dalam pertemuan 2 hari tersebut adalah mengenai rencana kerjasama antara PT Kanca Mas Multikarya dengan Gama Wader Fakultas Biologi UGM. PT Kanca Mas Multikarya memang memiliki perhatian yang tinggi kepada ikan wader pari yang merupakan ikan tawar lokal asli Indonesia. Ikan Rasbora lateristriata ini memiliki banyak nama daerah seperti wader pari, lunjar pari, lunjar andong, cecereh, ikan cere, paray, pantao, seluang dan lain lain. Ikan ini banyak dikonsumsi sebagai lauk pauk maupun sebagai camilan.
Permintaan ikan wader yang tinggi di pasar mengakibatkan ikan ini menjadi banyak dieksploitasi secara besar besaran di alam, sedangkan populasi ikan wader di alam yang semakin menurun terutama kaitannya dengan waktu reproduksinya yang hanya setahun sekali. Dengan upaya budidaya dengan pengembangan dan implementasi strategi dengan sentuhan teknologi yang dilakukan oleh Dr. Bambang Retnoaji M.Sc. dan tim, maka wader pari dapat melakukan reproduksi di luar musim, bahkan dapat berlangsung dengan durasi 2 minggu sekali, sehingga pasokan ikan wader pari dapat terjamin kualitas dan kuantitasnya.
Dr. Bambang Retnoaji M.Sc. menjelaskan bahwa strategi budidaya ini telah dicobakan sejak tahun 2014 yang lalu bersama tim research yang tergabung dalam Aquatic Research Group. Sejak tahun 2014, kegiatan pemijahan, pembibitan dan pembiakan dilakukan di laboratorium, selanjutnya kegiatan budidaya masal dilakukan di kolam di luar laboratorium. Kegiatan budidaya masal ini dikerjasamakan dengan petani ikan ataupun dengan kelompok pembudidaya ikan yang berada di beberapa wilayah di kawasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti di Kulon Progo, Sleman, dan di Gunung Kidul.
Teknologi yang dikembangkan oleh Dr. Bambang Retnoaji M.Sc. sudah didaftarkan hak patennya. Harapannya kedepannya dapat ditargetkan teknologi ini dapat segera diproduksi massal sehingga dapat mendukung usaha budi daya ikan wader di Indonesia, “untuk produksi alat, 1 unitnya bernilai sekitar Rp6.000.000,00. Semoga dengan kehadiran teknologi ini bisa mendukung upaya konservasi dan budidaya ikan wader pari di tanah air,” pungkasnya. (Arpira)