Dalam rangka memperingati world turtle day yang jatuh pada tanggal 23 Mei 2017, Kelompok Studi Herpetologi mengadakan pertemuan dan diskusi tentang Konservasi Penyu. Acara ini berlangsung di Pantai Goa Cemara, Sabtu (20/05) kemarin. Dalam acara tersebut KSH mengundang Relawan Banyu yang merupakan komunitas konservasionis penyu di Pantai Goa Cemara dan Pantai Pelangi serta Masyarakat Kelompok Konservasi Penyu Goa Cemara untuk berdiskusi yang dilanjutkan dengan monitoring pendaratan penyu di pantai tersebut.
Dalam diskusi yang dilakukan, Pak Bagyo selaku ketua Kelompok Konservasi Penyu memaparkan awal mula terbentuknya Kelompok konservasi dikarenakan banyaknya perburuan penyu di kawasan tersebut untuk tujuan konsumsi. Pak Bagyo dan kawan-kawan mulai memikirkan dampaknya yaitu meningkatnya populasi ubur-ubur sebagai mangsa utama penyu. Akibatnya bibit ikan di laut menjadi menurun dan masyarakat nelayan akan kesulitan dalam mencari ikan. Dari latar belakang tersebut lahirlah Kelompok konservasi penyu Goa Cemara pada tahun 2011 yang lambat laun menjadi maju seperti sekarang ini. Di Pantai Goa Cemara, penetasan telur menggunakan metode sarang semi alami, artinya telur dipindahkan ke lokasi baru dengan kondisi yang sama dengan sarang alaminya. Penyu yang sering mendarat di pantai itu adalah penyu abu-abu atau penyu lekang (Lepidochelys olivacea), kemudian pernah didapatkan pula penyu sisik (Eretmochelys imbricata) mendarat untuk bertelur, dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) terdampar, lanjut Pak Bagyo menjelaskan. Mas Yhanu (Relawan Banyu) menjelaskan, Relawan Banyu lahir dari orang-orang yang simpati terhadap kelestarian Penyu di Goa Cemara yang akhirnya menjadi besar dan sering membantu masyarakat kelompok konservasi di Bantul khususnya di Pantai Goa Cemara dan Pantai Pelangi. Kampanye pertama mereka adalah untuk menyadarkan masyarakat Yogyakarta bahwasanya Yogyakarta memiliki penyu. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat Jogja yang belum mengetahui adanya penyu di Jogja sendiri. Hasil diskusi malam itu adalah disepakatinya bahwa untuk melestarikan penyu di Bantul perlu keterlibatan semua pihak, dimulai dari Pemerintah, masyarakat, akademisi, komunitas, dan pihak-pihak lainnya.
Setelah diskusi dirasa cukup, tim pengamat dibentuk untuk melakukan pengamatan malam. Monitoring pendaratan dilakukan dengan menyusur area pantai selama kurang lebih 2 jam. Penyusuran dilakukan dengan pencahayaan minim, dikarenakan penyu yang akan mendarat akan menganggap cahaya yang ada di pantai sebagai ancaman bagi mereka. Pada monitoring ini, tidak didapatkan penyu yang mendarat. Monitoring ini dilanjutkan dengan melihat tempat penangkaran semi alami.
Acara pada tahun ini kembali menuai sukses meskipun tidak menjumpai seekor penyupun yang mendarat. Namun demikian, dengan disepakatinya keterlibatan seluruh pihak dalam melaksanakan konservasi penyu semoga di masa yang akan datang anak cucu kita masih dapat berjumpa dengan hewan yang anggun dan berumur panjang ini. Selamat hari kura-kura sedunia dan semoga kegiatan ini memberikan pengertian mendalam tentang pentingnya penyu bagi masyarakat dan anggota KSH pada khususnya.