Fakultas Biologi UGM kembali menguatkan jejaring internasionalnya, tidak hanya dengan meningkatkan jumlah kuliah tamu dari partner universitas di luar negeri, namun juga dengan menguatkan kolaborasi pendidikan. Guna mempererat kolaborasi antar institusi, Dr. Richard Luke Daniels dari The College of Idaho, Amerika Serikat, datang ke Fakultas Biologi UGM sebagai tenaga pengajar sukarela asing American – Indonesian Exchange Foundation (AMINEF). Pakar Neurobiologi dan Biologi Molekular/Selular ini telah tinggal di Indonesia selama 6 bulan, dari 10 Januari – 10 Juli, 2017, dalam program Fulbright Scholar Teaching. Pengalamannya selama beliau tergabung dalam beberapa kegiatan akademik dan hal-hal yang berkesan dalam kehidupannya selama di Indonesia dipaparkan dalam diseminasi yang dilaksanakan pada Rabu lalu (5/7) di Auditorium Fakultas Biologi UGM di hadapan staf dan dosen Fakultas Biologi UGM.
Seminar
Mahasiswa Biologi UGM kembali menunjukkan partisipasinya di tingkat internasiional, Sahal Sabilil Muttaqin (Biologi, 2013) mempresentasikan poster risetnya yang berjudul “Utilization of Synthetic Biology as Indonesia industrial revival effort : Metabolic Engineering of Carotenoids pathways in Arhrospira maxima” di SB7.0 The Seventh International Meeting on Synthetic Biology, yang merupakan pertemuan ke 7 para peneliti di bidang biologi sintetis dari seluruh dunia.
Event yang biasanya diselenggarakan 3 tahunan ini pada tahun 2017 mengambil tempat di National University of Singapore (NUS) Singapura pada tanggal 13-16 Juni 2017, beberapa tahun sebelumnya berada di Hongkong, London, dan Zurich.
Para peneliti di bidang biomedis berpacu dengan waktu untuk menemukan solusi dari permasalahan klinis. Berbeda dengan penelitian di ilmu kedokteran yang merupakan ilmu terapan, ilmu dasar biologi memegang peranan penting untuk menguatkan pondasi penelitian biomedis. Penelitian dengan pendekatan yang tradisional memakan waktu bahkan lebih dari 17 tahun untuk bisa dimanfaatkan langsung oleh penderita penyakit tertentu. Namun dengan pengembangan metode baru, bukan tidak mungkin, penemuan obat maupun metode pengobatan bisa menjadi lebih singkat sehingga bisa lebih segera dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Ketika berbicara mengenai kekayaan laut Indonesia, pada umumnya orang akan berfikir akan melimpahnya jumlah dan jenis ikan. Namun, terlepas dari hal itu, laut Indonesia juga kaya akan terumbu karang dan bunga karangnya. Sebagian dari Indonesia, terutama Indonesia bagian timur, termasuk kedalam segitiga terumbu karang atau yang disebut juga dengan Coral Triangle (CT).
Mengetahui akan potensi keanekaragaman sumberdaya laut Indonesia, tiga peneliti dari Naturalis Biodiversity Center, sebuah lembaga penelitian Belanda, datang dan memberi pemaparan pada hari Rabu (17/5) di Ruang Sidang Atas, Fakultas Biologi UGM dihadapan dosen, mahasiswa S1 dan S2. Meski peneliti dari Naturalis telah melakukan ekspedisi sejak lebih dari 100 tahun yang lalu, masih banyak sekali jenis terumbu karang yang belum terungkap.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
“Salah satunya dikarenakan belum adanya pangkalan data keanekaragaman hayati Indonesia,” kata pakar sistematika tumbuhan Fakultas Biologi UGM, Abdul Razaq Chasani,S.Si., M.Sc., dalam Pelatihan Bioinformatika di kampus setempat, Senin (22/5).
Pelatihan Bioinformatika ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bioinformatika dalam mendukung penelitian-penelitian keanekaragaman hayati Indonesia. Tidak hanya itu, diharapkan dapat terbentuk jejaring kerja sama untuk berbagai program dalam mengungkap dan melindungi keanekaragaman hayati Indonesia.
Di Indonesia, ikan sidat mungkin masih terdengar asing dibandingkan sumberdaya perikanan lainnya. Namun, di negeri matahari terbit, Jepang, sidat merupakan salah satu ikan yang mewah karena harga belinya yang tinggi. Hal ini bukan karena tanpa alasan, kandungan nutrisi, seperti vitamin dan protein, dari ikan sidat yang relatif lebih tinggi dibandingkan ikan dan daging lainnya menjadikan ikan ini sebagai komoditas yang di incar.
Permintaan pasar yang tinggi akan sidat menyebabkan jumlah tangkapan ikan sidat di jepang dan di eropa menurun seiring berjalannya waktu. “Penyebab berkurangnya ikan sidat di alam antara lain adalah penangkapan ikan berlebih, polusi, perubahan kondisi laut, penyakit, kerusakan habitat dan konstruksi bendungan yang menghampat proses migrasi ikan ini”, papar Dr. Noritaka Michioka di Ruang Sidang Bawah Fakultas Biologi UGM pada hari jumat (19/5).
Pada tanggal 25 April 2017, dua staf dosen Fakultas Biologi UGM, yaitu: Bapak Rury Eprilurahman, M.Sc., dan Bapak Donan Satria Yudha, M.Sc., menerima undangan mengikuti lokakarya “Indonesian Amphibian IUCN Red List Assessment 2017” oleh panitia lokakarya dan dari Perhimpunan Herpetologi Indonesia. Acara lokakarya ini dilaksanakan di Ruang Sidang Sylva, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, 16680, pada tanggal 16 s/d 18 Mei 2017. Alasan dilaksanakan lokakarya ini adalah untuk melakukan pembaruan data mengenai status konservasi amfibi di Indonesia, dan tujuan utamanya adalah menelaah 255 jenis amfibi dari Indonesia (yang meliputi jenis-jenis yang menyebar di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara) yang nantinya akan dimasukkan untuk publikasi pada bulan Agustus 2017 dan akan keluar dalam pembaruan IUCN Red List pada bulan November 2017. Lokakarya ini dilaksanakan oleh “Amphibian Red List Authority (ARLA)” bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan IPB dan Perhimpunan Herpetologi Indonesia (PHI) serta didukung oleh Yayasan Belantara dan APP.
International Conference on Applied Science and Health (ICASH) 2017 merupakan kegiatan konferensi internasional yang diselenggarakan atas kerjasama antara Mahidol University dengan Indonesian Scholar Colloquium (InSchool), DL-Enterprise, Universitas Aisyiyah Yogyakarta dan Universitas Dipenogoro yang dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2017 di Mahidol University, Salaya Campus, Phutthamonthon, Nakhon Pathom, Thailand. Pada pertemuan ini, semua partisipan yang merupakan peneliti muda dari berbagai bidang akan mewujudkan solusi untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik baik dari bidang kesehatan, dan lain-lain. Pada kegiatan ini terpilih 67 paper terbaik untuk sesi oral presentation dan 68 paper untuk sesi poster presentation. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Undergraduate, Magister, Doctoral, dan Lecturer dari Indonesia, Thailand, dan beberapa negara internasional.
Guest Lecturer “Publishing Scientific Paper in International Jurnal”
Prof. Masashi Kawaichi, MD. Ph.D (NAIST, Japan)
29 November 2016 di Fakultas Biologi UGM
Penulisan karya ilmiah menjadi kunci utama keberhasilan seseorang dalam memaparkan hasil penelitian dan pengkajian yang telah dilakukan oleh sesorang atau tim dengan kaidah dan etika keilmuan yang ditaati. Keberhasilan mahasiswa dalam menulis berangkat dari kecil seperti penulisan laporan pengamatan atau penelitian, penulisan skripsi, thesis hingga disertasi. Menulis menjadi salah satu tantanggan dan keunikan dari setiap mahasiswa untuk mengungkapkan hasil dibidangnya. Sebagaimana pengalaman, kemampuan dan keahlian dapat berkembang dan fokus ketika tertuang dalam tulisan. Tantangan yang dihadapipun tidaklah sedikit dalam menulis, seperti dalam penguasaan bahasa, kemampuan kosa kata hingga penyusunan struktur kalimat menjadi sebuah palagraf yang sempurna dalam tulisan.
The 1st International Conference on Marine Biodiversity (CoMBI 2016) adalah konferensi Internasional pertama yang diadakan oleh Indonesian Biodiversity Research Center (IBRC), Universitas Udayana yang bekerja sama dengan United State Agency International Development (USAID). Konferensi Internasional ini diselenggarakan pada tanggal 31 Oktober – 1 November 2016 di Sanur Paradise Plaza Hotel, Sanur, Denpasar, Bali. Tema yang diangkat oleh CoMBI 2016 adalah “Advancing Scientific Tools and Capacity Building for Conservation and Sustainable Use of Marine Biodiversity”.