Kamis, 15 Februari 2018 sebanyak 4 dosen Fakultas Biologi UGM menerima surat keputusan (SK) pengangkatan dosen tetap non PNS. SK tersebut diserahkan langsung oleh Dekan Fakultas Biologi UGM, Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc, Ph.D., di Fakultas Biologi. Meskipun penyerahan SK baru dilaksanakan pada Kamis (15/2/18), para dosen baru telah melaksanakan tugas sejak 1 Februari 2018.
Dalam penyerahan SK dosen baru tersebut, juga dihadiri oleh para Wakil Dekan Fakultas Biologi UGM, Kepala dan Sekretaris Departemen Biologi Tropika Fakultas Biologi UGM serta Kepala Kantor Fakultas Biologi UGM.
Budi Setiadi Daryono menyampaikan ucapan selamat kepada 4 dosen baru atas pengangkatan mereka sebagai dosen tetap non PNS UGM. Dia berharap para dosen baru untuk selalu menjalankan tridharma perguruan tinggi dan memperkuat Fakultas Biologi UGM serta berkontribusi untuk rakyat Indonesia.
“Kami berharap para dosen baru untuk segera memenuhi target-target kinerja yang telah ditetapkan salah satunya segera melanjutkan studinya kembali ke jenjang yang lebih tinggi dan bisa menjadikan Fakultas Biologi lebih besar dan kuat di masa depan,” katanya.
Ditambahkan Budi Setiadi Daryono, para dosen sebagai pendidik juga diharapkan mampu memberikan tauladan dan menjadi panutan bagi para mahasiswa. Selain itu, juga jangan lupa untuk selalu menghormati kepada sesama dosen, tenaga pendidik dan karyawan lainnya.
Ke-4 dosen tersebut terdiri dari Akbar Reza, S.Si., M.Sc. yang mengabdi pada Laboratorium Ekologi dan Konservasi, Nur Indah Septriani S.Si., M.Sc. mengabdi di Laboratorium Struktur Perkembangan Hewan, Annas Rabbani S.Si., M.Sc. mengabdi di Laboratorium Sistematika dan Sidiq Permana Putra, S.Si., M.Sc. mengabdi di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan.
Rilis Berita
Forum Pengelola Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi merupakan sebuah wadah komunikasi dan kerjasama yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penerbitan jurnal dalam bidang Biologi dan Pendidikan Biologi. Salah satu upaya peningkatan tersebut adalah dengan memberikan pembekalan dan penguatan kinerja editor serta pembekalan mengenai tata kelola jurnal. Untuk mencapai tujuan tersebut, diadakan Workshop Editor yang dilaksanakan oleh Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology (JTBB) Fakultas Biologi UGM dengan dibantu oleh Jurnal Bioedukatika prodi Pendidikan Biologi FKIP UAD. Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Maret 2018, di Auditorium Fakultas Biologi UGM, serta dihadiri oleh 47 peserta yang mewakili 34 institusi/jurnal.
Pembukaan kegiatan dilakukan oleh Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Aggr.Sc. Dalam sambutannya, Pak Budi memuji inisiatif para pengelola jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi se-Indonesia untuk membuat sebuah forum Bersama. Beliau yakin bahwa jurnal-jurnal tersebut akan bertambah maju apabila bekerja sama dibandingkan berjalan sendiri-sendiri. Selain itu, Pak Budi juga menjelaskan bahwa salah satu upaya Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) adalah meningkatkan akreditasi prodi Biologi di Indonesia dengan salah satunya meningkatkan publikasi ilmiah dari prodi-prodi tersebut.
Sesi pertama diisi oleh Dr. Berry Juliandi, Editor-in-Chief Jurnal Hayati, yang membicarakan mengenai penguatan kinerja editor. Pak Berry menekankan pentingnya peran Editor-in-Chief dalam keberlangsungan jurnal. Editor-in-Chief, menurutnya, bukan hanya berperan dalam mengawasi aliran naskah, namun juga berperan keluar untuk meminta dukungan dari institusi guna menjamin keberlangsungan jalannya jurnal. Beliau juga menyatakan bahwa untuk mencapai indeksasi internasional, scope dari jurnal haruslah unik dan spesifik, sehingga lebih menarik bagi lembaga-lembaga indeksasi.
Sesi kedua membahas mengenai tata kelola dari jurnal. Sesi ini diisi oleh Yazid Hady (Editor Jurnal Edusains, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) serta Andri Pranolo, M.Cs. (Editor Jurnal IJAIN, UAD Yogyakarta). Kedua pembicara tersebut menyampaikan bahwa perlunya memiliki tujuan jurnal yang jelas serta membangun suasana team work, bukan single fighter.
Pada sesi terakhir, peserta workshop melakukan musyawarah untuk membentuk susunan organisasi dari Forum Pengelola Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi. Sebagai hasilnya, dipilih Dr. Miftahul Ilmi, M.Si. (Editor JTBB Fakultas Biologi UGM) sebagai ketua, Much. Fuad Saifuddin, M.Pd. (Editor Jurnal Bioedukatika FKIP UAD) sebagai sekretaris, serta Isna Rasdianah Aziz, M.Sc. (Editor Jurnal Biogenesis, UIN Alauddin Makassar) sebagai bendahara. Disetujui juga kerja sama dalam bentuk tukar-menukar naskah, seminar nasional, serta pelatihan dan pendampingan editor.
Jum’at, 9 Maret 2018. Forum Silaturahmi Muslimah Universitas Gadjah Mada (Forsilam UGM) mengadakan kajian yang bertajuk “Menjaga dan Mencintai Anggrek Alam sebagai Ciptaan Allah SWT”, bertempat di Ruang Auditorium KPTU Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada pada pukul 11.00-13.00 WIB yang dihadiri oleh yang dihadiri oleh segenap dosen, keluarga mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada dan mahasiswi dari kelompok studi, Biology Orchid Study Club (BiOSC) dengan judul yang diangkat mengenai “Mengenal Anggrek dan Pembuatan Hibrida Anggrek”.Kajian ini diawali dengan pembukaan dan tilawah Al-Qur’an. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Dekan bidang Akademik, Ibu Rina Sri Kasiamdari, S.Si.,Ph.D. Acara inti pada kajian kali ini disampaikan oleh Ibu Dr. Endang Semiarti,M.S.,M.Sc selaku pembicara.
Bu Endang menyampaikan bahwa manusia harus senantiasa berusaha berbuat yang terbaik untuk mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT, sesuai yang tertera dalam surah Al-Baqarah 2:261, ‘perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir seratus biji, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui.’ Surah Al-Baqarah tersebut menjelaskan bahwa barang siapa yang berbuat kebajikan dengan berjuang karena Allah maka pahala orang tersebut akan serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir seratus biji. Barang siapa yang menjaga ciptaan Allah dan memanfaatkan hartanya untuk keberlangsungan makhluk hidup lainnya maka ia telah berbuat kebaikan.
Tumbuhan merupakan makhluk Allah yang patut kita rawat, lindungi dan kita lestarikan. Keberadaan tumbuhan mendukung kehidupan makhluk lainnya dan sebagai tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berimanlagi berakal, seperti firman Allah dalam surah Al-An’am ayat 99 “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah yang memiliki banyak sekali manfaat, senantiasa kita sebagai manusia patut memperhatikan ayat-ayat Allah di alam semesta, membenarkan ciptaan Allah lainnya agar timbul kecintaan dan rasa syukur, sebagaimana dalam surah Ar-Ra’d ayat 3-4. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat memunculkan beberapa zat untuk dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya , misalnya mulai dari beberapa vitamin-vitamin, minyak, dan masih banyak yang lainnya.
Salah satu tumbuhan yang patut diperhatikan dan dijaga adalah anggrek, dalam setangkai anggrek terdapat hal-hal yang dapat kita pelajari sebagai bentuk kecintaan manusia terhadap mahkluk Allah lainnya.Anggrek sudah dikenal dalam sejarah Cina 3000 tahun yang lalu. Sedangkan, bangsa Indian (Amerika) telah mengenal tanaman ini sejak ribuan tahun silam. Anggrek telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan manusia sebagai tanaman hias, aroma makanan seperti vanila, kosmetik, obat, bunga potong, dan kerajinan. Tanaman anggrek memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat bersaing di pasaran sebagai bunga yang menarik perhatian orang-orang yang memandangnya.Pada dasarnya banyak tanaman anggrek yang habitat alaminya berada di hutan hujan tropis. Anggrek menyukai wilayah dengan kelembaban,wilayah yang hangat dan ada naungan/kanopi.
Dewasa ini, anggrek biasanya dikenal sebagai tanaman hias yang ditanam untuk dinikmati keindahan bunganya. Bunga anggrek dalam rangkaian bunga atau sebagai tanaman dalam pot sering digunakan sebagai hiasan interior indoor maupun outdoor.Namun, dalam masa perawatan, permasalahan yang umum dialami setelah membeli tanaman anggrek berbunga terletak pada saatmasa mekar bunga habis. Ternyata, setelah masa mekar bunga habis, anggrek tidak mau berbunga lagi. Untuk itu, diperlukan ilmu dalam rangka pembudidayaan anggrek. Adapun, langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembudidayaan anggrek berbunga ialah, pertama perlu pemahaman dan pengenalan jenis anggrek yang hendak kita tanam atau budidaya, dasarnya dapat diperhatikan dalam tipe pertumbuhan batang dan habitat anggrek itu sendiri. Kedua perlu dilakukan perbanyakan tanaman kawin dan tak kawin. Penanaman anggrek dari botol ke com-pot, dari com-pot ke single pot pun perlu diperhatikan. Perawatan tanaman anggrek berbunga terdiri atas penempatan tanaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama-penyakit
Pada bunga anggrek, seringkali penyilangan bunga dilakukan dan dibantu oleh manusia. Namun penyilangan tidak bisa dilakukan secara sembarangan, terdapat hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyilangkan bunga anggrek adalah sebagai berikut, pertama pemilihan tanaman induk yang sehat harus dilakukan. Induk betina yang sehat memiliki ciri-ciri tanaman kuat dan bentuk bunga bagus, sedangkan induk jantan yang sehat memiliki warna bunga menarik dan dominan. Tipe pertumbuhan batang antara induk jantan dan betina haruslah sama (sympodial dengan sympodial atau monopodial dengan monopodial). Adapun, bunga betinadi haruskan telah mekar 4 hari dan untuk bunga jantan berumur mekar 4 hari sampai bunga tersebut sudah layu. Jumlah bunga yang boleh disilang hanya 1/3 dari jumlah keseluruhan bunga, misalnya 3 bunga dari 9-10 kuntum bunga dalam 1 tandan. Jika terlalu banyak bunga yang disilangkan, biji akan kosong/embrio tidak akan berkembang.
Selain bunga, tanaman anggrek memiliki buah. Buah anggrek berasal dari bakal buah yang terletak pada pangkal bunga. Setelah terjadi penyerbukan, buah anggrek akan berkembang. Buah anggrek memiliki ciri khas yaitu berusuk enam (6), terdiri dari 3 daun buah, jika pecah tidak diujung melainkan dibagian tengah buah dan disebut buah repium.
Sebagai kesimpulan, Bu Endang juga menyampaikan beberapa tips budidaya anggrek secara keseluruhan, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mengenali dengan baik anggrek yang hendak dibudidaya dan mencintai anggrek tersebut sebagai bentuk cinta kita kepada ciptaan Allah SWT, tanaman anggrek tersebut ditempatkan sesuai dengan habitat aslinya, lakukan selfing jika anggrek berbunga dan buat bastar atau persilangan, lakukan perbanyakan vegetatif (tak kawin) saat diperlukan, kemudian petunjuk perawatan seperti penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit harus diikuti dengan baik dan bila perlu membuat jadwal teratur. Kebersihan lingkungan harus dijaga sebagai bentuk pencegahan hama dan penyakit.
Setelah acara inti tersebut disampaikan, kajian ini diakhiri dengan penutup. Melalui kajian ini diharapkan peserta dapat lebih memperhatikan alam sekitar dan semakin banyak lagi anggrek-anggrek alam yang dapat dilestarikan serta dibudidayakan sebagai bentuk rasa syukur dan rasa cinta terhadap ciptaan Allah SWT.
“Pusat Penelitian Oseanografi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) bersama dengan Regional Training and Research Center on Marine Biodiversity and Ecosystem Health (RTRC MarBEST Center) pada tanggal 25 September – 5 Oktober 2017 menyelenggarakan Molecular Taxonomy Training di Jakarta. Peserta kegiatan tersebut berasal dari perwakilan Malaysia, Singapura, Thailand, Filiphina, Vietnam, Pakistan, Bangladesh, China dan Indonesia”, ujar Indra Lesmana dosen Fakultas Biologi UGM yang hadir pada acara tersebut.
Materi training tersebut mengenai aplikasi Enviromental DNA (eDNA) Metabarcoding untuk eksplorasi Biodiversitas. Environmental DNA (eDNA) merupakan teknik terbaru dan mampu melakukan analisis DNA dalam sekala besar (metabarcoding DNA). Prinsip kerja dari teknik ini adalah memanfaatkan jejak DNA yang ditinggalkan hewan akuatik di dalam air. Jejak DNA ini diambil dan disaring menggunakan kertas saring khusus dan diisolasi seperti biasa. Perbedaan teknik ini yakni pada proses pengolahan sampel menggunakan Next-Generation Sequencing(NGS) dan tahapan analisis data. Teknik ini memungkinkan kita untuk mempelajari berbagai jenis hewan pada habitat tersebut dalam satu kali proses sampel sehingga waktu relatif lebih singkat dan perolehan data yang jauh lebih banyak dan beragam.
Selain workshop di P2O-LIPI, Matin Nuhamunada juga mengikuti workshop metagenomik yang diselenggarakan oleh Kelompok Keilmuan Genetika dan Bioteknologi Molekuler, Sekolah Ilmu Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung pada tanggal 12-13 Februari yang lalu. Materi training lebih banyak berisi analisis data metagenom, baik berupa hasil shotgun sequencing maupun amplicon sequencing. Dengan menggunakan perangkat lunak dan beberapa fasilitas database yang dapat diakses melalui internet, peneliti dapat melakukan pembandingan komposisi metagenom dari berbagai lokasi di dunia dengan menggunakan teknik komputasi. Selain menganalisis keanekaragaman hayati dan kemelimpahannya, kita dapat melakukan analisis lebih lanjut mengenai profil jalur metabolisme yang ada di tiap metagenom, sehingga memberikan informasi lebih banyak mengenai fungsi dari masing-masing mikrobioma yang diteliti.
Harapan kedepannya dengan semakin berkembang dan maju teknologi dalam bidang sistematika molekular akan semakin mempermudah langkah kita untuk mengungkap misteri kekayaan hayati yang ada, terutama di Indonesia. Keanekaragaman jenis sebagai salah satu kekayaan bangsa yang memiliki potensi luas dalam pengembangan, salah satunya sebagai sumber genetik dan jenis di alam serta sebagai kajian dalam bidang konservasi dan penataan penggunaan lahan.
Untuk kesekian kalinya, Fakultas Biologi UGM menyelenggarakan kuliah tamu dengan nara sumber dari luar negeri, yaitu Prof. Dr. med. Stephan Immenschuh dari dari Institut für Transfusionsmedizin Medizinische Hochschule Hannover Germany. Kuliah umum ini diadakan pada tanggal 6 Maret 2018 dengan tema peran stem cell dalam riset dan klinik dan dihadiri oleh segenap sivitas akademika Fakultas Biologi yang meliputi staf dosen dan mahasiswa. Dekan Fakultas Biologi UGM Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. memberikan sambutan sebagai pembuka kegiatan ini.
Prof. Immenschuh memaparkan sejumlah aspek biologis stem cell yang harus diketahui oleh para peneliti dan tenaga medis. Stem cell merupakan populasi sel yang belum terdiferensiasi yang dapat memperbarui diri secara tidak terbatas dan menghasilkan generasi sel baru yang sangat terspesialisasi. Teknologi stem cell atau yang dikenal dengan sel punca telah dimulai sejak tahun 1965 dengan suksesnya transplantasi sumsum tulang pada dua orang bersaudara yang mengalami imunodefisiensi. Kemudian di tahun-tahun selanjutnya terjadi peristiwa penting yang menandai kemajuan teknologi stem cell dalam bidang klinik
Salah satu macam stem cell adalah hemapoietic stem cells (HSCs). HSC merupakan prekursor sel yang belum terdiferensiasi pada sumsum tulang. Aplikasi dasar dari stem cell adalah dilakukannya transplantasi HSC pada pasien dengan indikasi kelainan hematologik, seperti leukimia myeloic akut, leukimia limfatik akut, malignan limfoma dan multiple myeloma. Perawatan defisiensi imun pada bayi baru lahir juga dapat menerapkan teknologi Hematopoietic stem cell transplantation (HSCT), yaitu prosedur infusi sel punca hematopoietic untuk membangun kembali fungsi hematopoeietic pada pasien dengan gangguan atau kerusakan sumsum tulang atau sistem imun, yaitu dengan memanen HSC dari sumsum tulang. Contoh lain kemajuan dalam teknologi stem cell yaitu terapi gen stem cell yang dapat digunakan untuk menangani penyakit defisiensi imun herediter seperti Wiskott-Aldrich Syndrome dan pemrograman ulang sel dewasa menjadi stem cell pluripoten yang melibatkan induced ploripotent stem cells (iPSCs).
Mengingat besarnya potensi stem cell dalam bidang klinik, maka riset yang berkelanjutan mengenai stem cell tentu saja sangat dibutuhkan agar semakin mudah diakses oleh pasien yang membutuhkan. Bukan tidak mungkin stem cell dapat menjadi pengobatan yang umum untuk penyakit-penyakit yang berat seperti yang bersifat herediter, defisiensi imun, kelainan jantung, dan sebagainya. Dalam kuliah ini, peserta terlihat antusias dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada Prof. Immenschuh. Kegiatan kuliah tamu ini masih akan dilanjutkan pada Selasa 13 Maret 2018 dengan tema Stem Cell Transplantation bertempat di auditorium Fakultas Biologi UGM.
Tidak bisa dipungkiri, dampak dari perubahan iklim semakin terasa. Dalam skala global, perubahan iklim menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi yang menyebabkan mencairnya es di kutub secara perlahan. Selain itu, perubahan iklim juga mempengaruhi keberlangsungan mahluk hidup yang ada di daratan, salah satunya terhadap tumbuh-tumbuhan. Menanggapi hal ini, pakar Ekologi Tumbuhan, Professor Neal Enright, melakukan berbagai investigasi terkait dampak dari perubahan iklim terhadap tumbuhan berkayu.
Prof. Neal yang juga merupakan dekan dari program pascasarjana Murdoch University ini hadir dalam kegiatan Guest Lecture yang diadakan oleh Fakultas Biologi UGM. Guest Lecture ini dibuka oleh sambutan dari Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. . Kemudian, sebelum Prof. Neal menyampaikan materinya, ada pemaparan terkait studi di Perth dan kehidupan mahasiswa di Murdoch University oleh perwakilan Murdoch University di kantor cabang Indonesia.
Dalam guest lecture yang bertema “Fire-climate change interactions threaten woody species persistence: testing the interval squeeze model”, Prof. Neal menyampaikan hasil investigasinya yang menunjukkan bahwa perubahan iklim menyebabkan suhu permukaan bumi meningkat dan juga udara menjadi lebih kering. Hal ini memicu terjadinya kebakaran, salah satunya terjadi di bagian barat Australia.
“Terjadi pergeseran periode kebakaran yang semakin lama menjadi semakin pendek”, ucap Professor di the School of Veterinary and Life Sciences at Murdoch di hadapan mahasiswa program sarjana, pascasarjana, dan juga dosen di Fakultas Biologi UGM pada kamis lalu (8/3).
Kebakaran yang semakin sering terjadi menyebabkan tumbuhan terbakar sebelum sempat bereproduksi. Jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka vegetasi yang semula berupa hutan, dapat berubah menjadi bentuk lain seperti padang rumput. Penelitian yang telah dilakukannya juga menunjukkan bahwa ukuran serta produksi biji dari beberapa jenis tumbuhan yang hidup di kawasan kering dengan intensitas kebakaran yang lebih tinggi semakin lama semakin mengecil. Untuk itu, perlu adanya upaya seperti restorasi maupun penjagaan semai pohon agar tetap selamat.
Di akhir guest lecture yang diadakan di Ruang Kuliah 1, Gedung B, Fakultas Biologi UGM ini, terdapat pula presentasi terkait peluang untuk melanjutkan pendidikan S3 di Murdoch University oleh Dale Banks selaku Candidature Management Officer Murdoch University.
Lima (5) Maret 2018, dua mahasiswa peneliti Gama Ayam Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada yaitu I Wayan Swarautama Mahardhika (2014) dan Nugroho Nofriarno (2014) mengikuti acara Biology Championship 2018 di Fakultas MIPA Biologi Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali. Kegiatan ini bertemakan “Biologi Cerdas, Lahirkan Ilmuan Berkualitas Menuju Indonesia Emas”. Kegiatan ini meliputi Olimpiade Biologi Udayana XII tingkat SD, SMP dan SMA sederajat dan Lomba Karya Tulis Ilmiah Biologi XVII untuk SMA sederajat tingkat regional (Bali, Nusa Tenggara dan Jawa Timur), serta Lomba Karya Tulis Ilmiah Biologi I dan Presentasi Poster I Mahasiswa tingkat Nasional. Kegiatan Presentasi Poster sendiri dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2018 dari pukul 11.00-13.30 WITA. Jumlah tim yang mengikuti seleksi Lomba Karya Tulis Ilmiah dan Poster sebanyak 35 tim, melalui proses seleksi ketat yang dilakukan oleh Tim Reviewer diperoleh empat tim untuk maju ke babak Presentasi Poster Final di Universitas Udayana. Juri yang hadir dalam lomba Presentasi Poster tersebut adalah Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si., Dr. F.X. Sudaryanto, M.S., dan Drs. Martin Joni, M.Si. dengan moderator dipimpin oleh Dr. Drs. A.A. Ketut Darmadi, M.Si
Dalam Presentasi Poster tersebut kami mempresentasikan penelitian Gama Ayam yang berjudul “Pewarisan Karakter Fenotipe Ayam Hibrida (Gallus gallus gallus, Linn. 1758) Hasil Persilangan Ayam Betina Broiler Cobb 500 dengan Ayam Jantan Pelung Blirik Hitam”. Penelitian ini berfokus dalam bidang pemuliaan ayam lokal (Pelung) dengan ayam Broiler dengan tujuan mendapatkan bibit ayam hibrida lokal dengan produktivitas daging yang tinggi dan karakter unggulan ayam Pelung. Ayam hibrida hasil persilangan tersebut diberi nama ayam Kambro (Kampung-Broiler) dengan karakter fenotip seperti Pelung dan pertambahan bobot mendekati ayam Broiler. Ayam Kambro (F1 Broiler) merupakan ayam hasil pemuliaan dengan tingkat kesulitan tertinggi dibandingkan ayam lain yang dikembangkan oleh Gama Ayam. Hal ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat produktivitas telur ayam Broiler Final Stock yang beredar di Indonesia.
Penelitian mengenai persilangan ayam ini telah dilakukan sejak Mei 2016 dibawah bimbingan Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. Presentasi Poster berdurasi 40 menit bagi setiap tim yang dibagi dalam tiga sesi yaitu sesi presentasi menggunakan power point, sesi tanya jawab dari juri dan moderator serta sesi tanya jawab dari mahasiswa peserta. Beragam pertanyaan diajukan oleh dewan juri berkaitan dengan metode penelitian, pola hilirisasi dan arah penelitian ayam Kambro. Sesi akhir acara ditutup dengan pengumuman pemenang, dengan Juara 1 Poster Mahasiswa Tingkat Nasional di Universitas Udayana didapatkan oleh tim Gama Ayam Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Sementara itu, predikat Juara 2 dan 3 dari perwakilan Universitas Diponegoro dan Universitas Pendidikan Ganesha. Kemenangan yang didapatkan merupakan hasil dari komitmen yang diberikan oleh tim Gama Ayam dalam melakukan pemuliaan secara intensif dalam periode waktu yang lama. Presentasi Poster tersebut menjadi media bagi sosialisasi penelitian ayam Kambro dan kemenangan tersebut menjadi pertanda dukungan dan antusiasme yang tinggi dari peneliti dan masyarakat dalam usaha peningkatan mutu pangan nasional. Dalam nasehatnya Dr. Budi Setiadi Daryono M.Agr.Sc. selalu mendorong untuk mempublikasikan karya penelitian dalan berbagai bentuk baik publikasi dan presentasi dengan tujuan membuka wawasan masyarakat dan kalangan intelektual. Pengetahuan dan penelitian yang bermutu adalah penelitian yang dibagikan kepada masyarakat luas sebab “Penelitian apabila tidak dipublikasikan dan tidak dipresentasikan hanya akan menjadi tumpukan kertas yang tidak bermanfaat”, ujar Dr. Budi Setiadi Daryono M.Agr. Sc.. Diharapkan dengan adanya acara Biology Championship ini dapat menggugah peserta lain untuk dapat berkarya dan mengoptimalkan penelitiannya menjadi lebih komprehensif lagi.
Dalam meningkatkan produktivitas dari dosen dan tenaga kependidikan, Fakultas Biologi berupaya untuk menyeimbangkan pekerjaan yang dipenuhi dengan aktivitas tidak bergerak seperti duduk di depan komputer dalam waktu yang mana dengan kegiatan olah raga yang dapat menjaga kebugaran karyawannya. Guna meningkatkan kinerja dari dosen maupun tenaga kependidikan di lingkungan fakultas biologi, Fakultas Biologi mengadakan kegiatan senam bersama secara rutin yang diadakan setiap hari jum’at pagi. Kegiatan ini dihadiri baik dosen maupun tenaga kependidikan. Harapannya, kegiatan senam bersama ini tidak hanya menjadi wadah untuk menjaga kesehatan karyawan di lingkungan fakultas biologi UGM, namun juga untuk meningkatkan persaudaraan diantaranya.
“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan diantara civitas academica Fakultas Biologi meliputi tenaga kependidikan, dosen dan mahasiswa agar terwujud kesehatan dan kebugaran jasmani serta sosial dan rohani sebagai bekal yang penting dalam meningkatkan kinerja Fakultas” pesan Dr. Budi Setiadi Daryono, Dekan Fakultas Biologi UGM.
Pada kegiatan senam bersama yang diadakan pada jum’at yang lalu (24/2), kegiatan senam bersama dimulai pada pukul 7.30 di ruang seminar Fakultas Biologi UGM dikarenakan hujan. Setelah senam dihadiri oleh sekitar 30 staf, baik dosen maupun tenaga kependidikan, diadakan pula sarapan bubur bersama.
Pada Rabu, 28 Februari 2018 Fakultas Biologi mengadakan Grand Launching Keluarga Mahasiswa Fakultas Biologi (KMFB) di Ruang Seminar Fakultas Biologi. Acara ini terdiri dari 3 sesi yaitu pelantikan seluruh ketua Kelompok Studi (KS) dan lembaga oleh dekan, presentasi program kerja dan launching pengurus harian KS/Lembaga serta penandatangan deklarasi sinergisitas KS/Lembaga oleh 13 ketua yang telah dilantik.
Acara ini diawali dengan pembukaan oleh MC yaitu Nurina Tahta dan Taufik Adhi dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama oleh ketua panitia Grand Launching yaitu Faridatul Hidzroh dari Formasigen dan dilanjutkan oleh ketua BEM Biologi, Lalu Gunawan Fadliansyah. Sambutan terakhir oleh Dekan Fakultas Biologi, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa jumlah KS/lembaga yang ada sekarang merupakan suatu kekuatan dan kekayaan yang dimiliki oleh Fakultas Biologi. Fakultas Biologi dengan jumlah mahasiswanya yang mungkin lebih sedikit dari fakultas lain mampu menghadirkan berbagai jenis kelompok studi dan lembaga. Harapannya dengan dilantiknya ketua KS/lembaga tersebut dapat saling berkolaborasi dan bergerak sinergis untuk kemajuan Fakultas Biologi.
Ada 13 ketua yang dilantik oleh dekan yaitu Lalu Gunawan Fadliansyah (BEM Biologi), Ikhsan Maulana (Senat Mahasiswa Fakultas Biologi), Jundi Faaris Alhazmi Ashshidiq (Kelompok Studi Arsitektur Taman), Sevi Ratna Sari (Kelompok Studi Entomologi), Ainun Ni’matil Fitriyah (Kelompok Studi Herpetologi), Herdin Surya Dwiputra (Kelompok Studi Kelautan), Himawan Masyhuri (Biology Orchid Study Club), Chalvia Zuyyina (Formasigen), Bayu Nowo Adi (Jamaah Mahasiswa Muslim Biologi), Krisogonus Yudha Pratama (Kelompok Mahasiswa Katholik), Viola Fedriana Simatupang (Persekutuan Mahasiswa Kristen), Destiani Fitri R (Matala Biogama), dan Prasetya Anugerah G.Y.P (Kopma Biogamma). Ada sekitar 96 peserta yang menghadiri acara Grand Launching KMFB yang terdiri dari tamu undangan dari Kelompok Studi di lingkup UGM dan di luar UGM termasuk di dalamnya yaitu SCCF (Study Club Communication Forum) yang merupakan wadah komunikasi serta forum Kelompok Studi yang ada di Universitas Gadjah Mada.
Setelah pelantikan oleh dekan Fakultas Biologi, dilakukan presentasi program kerja dan launching pengurus harian oleh 13 kelompok studi dan lembaga. Menurut ketua panitia, acara Grand Launching ini sebenarnya merupakan acara yang pertama diinisiasi oleh BEM Biologi untuk mensinergiskan semua KS/Lembaga yang ada di Biologi. Panitia dari acara ini merupakan seluruh perwakilan dari KS dan lembaga Fakultas Biologi UGM yang tergabung dalam FORKOM (Forum Komunikasi) KS/Lembaga yang ada di Biologi.
Acara presentasi juga diselingi dengan hiburan berupa akustik yang menampilkan 2 buah lagu dilanjutkan dengan penandatangan deklarasi “Biologi Satu” oleh seluruh ketua. Harapannya, dengan penandatangan deklarasi tersebut dapat menjadi sebuah awal, tonggak mulainya kepengurusan baru masing-masing KS/lembaga dengan tetap menjunjung tinggi sinergisitas dan kolaborasi KS/Lembaga Fakultas Biologi.
Saat ini dunia tengah menghadapi tingkatan revolusi industri 4.0 yaitu sebuah era disruptif pada setiap sektor kehidupan. Era disruptif sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk gangguan akibat dari perubahan – perubahan yang terjadi atau dengan kata lain sebuah bentuk inovasi pembaharuan dari produk – produk yang telah ada sebelumnya. Sehingga hal ini secara tidak langsung menjadi acuan bagi para civitas akademika di setiap universitas untuk segera berbenah dan mengubah konsep serta orientasi riset yang dilakukan.
Fakultas Biologi UGM sebagai salah satu kiblat perkembangan ilmu biologi di Indonesia harus mampu segera mengubah pemahaman konvensional dan memadukan setiap penelitian berbasis inovasi sehingga nanti salah satu output-nya dapat diindustrialisasi. Salah satu output riset Fakultas Biologi UGM dari Laboratorium Genetika dan Pemuliaan yaitu produk melon Hikapel yang pada Jum’at, 2 Maret 2018 lalu dilakukan visitasi melalui “Pendanaan Inovasi Tahun 2018: Program Insentif Teknologi Yang Dimanfaatkan Di Industri” dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai salah satu output riset berbasis inovasi yang tengah memasuki tahap industrialisasi.
Pertemuan antara peneliti, industri, dan tim dari Kemenristekdikti yang dilakukan di PT. Raja Pilar Agrotama (RPA) pada pukul 13.45 – 16.30 WIB ini bertujuan untuk meninjau fakta di lapangan terkait kesiapan melon Hikapel yang akan diindustrialisasi. Tim Inovasi dari Kemenristekdikti berharap pengembangan benih melon Hikapel dapat ditingkatkan lebih lanjut untuk menjadi sebuah produk inovasi. Melon Hikapel sendiri merupakan inovasi melon yang mengusung konsep handy melon beraroma wangi, daging oranye, dan memiliki tingkat kemanisan yang tinggi. Dirakit mulai tahun 2012 serta pernah mendapat Grant Research RISPRO-LPDP dari Kementerian Keuangan dan telah berhasil masuk di beberapa supermarket area Yogyakarta.
Secara terpisah Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. selaku peneliti yang menciptakan melon Hikapel sekaligus Dekan Fakultas Biologi UGM menyatakan bahwa untuk era sekarang ini kita harus siap berinovasi, bahkan inovasi harus kita mulai dari konsep untuk dapat bersaing di era disruptif. “Publikasi hasil suatu penelitian adalah baik, tapi alangkah lebih baik lagi jika kita mampu memperoleh output penelitian yang dilakukan lebih dari sekedar publikasi karena saat ini yang kita hadapi adalah era disruptif”, ujarnya. Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc. juga menyatakan bahwa output yang lebih tersebut tidak harus berupa produk, dapat juga masih berupa prototype, paten, rekomendasi, bahkan sebuah metode.
Hal ini dapat menjadi momentum pecutan semangat bagi seluruh civitas akademika untuk menyadari bahwa publikasi tidak lagi menjadi acuan satu-satunya output dari sebuah riset, lebih jauh kita harus berusaha keras untuk tetap eksis dan survive ditengah gempuran disruptif melalui inovasi riset yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat, termasuk masyarakat industri khususnya di Indonesia.