(29/05)
Bertempat di Fakultas Biologi UGM, FGD I ini dihadiri oleh peneliti World Wildlife Fund (WWF) Indonesia , Thomas Barano dan Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI), Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. beserta segenap perwakilan beberapa universitas di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah diantaranya Universitas Semarang dan Universitas Negeri Yogyakarta. FGD I yang diselenggarakan bertujuan dalam menindaklanjuti penggagasan Indeks Keanekaragaman Hayati Indonesia atau Indonesia Biodiversity Index (IBI) oleh Fakultas Biologi UGM. Latar belakang penyusunan IBI sendiri bermula dari pentingnya pemahaman baik pemerintah dan masyarakat terhadap keanekaragaman hayati untuk dapat secara efektif mengelola aset tersebut selaras dengan 17 agenda pembangunan berkelanjutan yang disusun oleh PBB. Beberapa agenda khususnya agenda 14 dan 15 ditujukan untuk menjawab tujuan pelestarian dan pemanfaatan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan keanekaragaman hayati darat, air tawar, dan laut. Indonesia sendiri dikenal sebagai megabiodiversity country dengan keunikan alam dan beragam budaya, yang tentunya memiliki tantangan tersendiri dalam pengelolaan aset keanekaragaman hayati tersebut. “Terkait MoU yang dicapai berfokus kepada kerjasama dalam bidang pendidikan, pengabdian masyarakat dan penelitian terkait lingkungan hidup. Penyusunan indeks ini nantinya akan melengkapi data keanekaragaman hayati yang vital dalam upaya konservasi lingkungan hidup”, tutur Arief Muammar , S.Si, M.Sc.
Secara implementatif IBI sebagai alat ukur akan menggambarkan status keanekaragaman hayati sesuai dengan target pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia. “Hal ini juga sebagai kontribusi terhadap pencapaian Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan-IBSAP dan target 14 dan 15 UN-SDGs”, tutur Dr.rer.nat. Andhika Puspito Nugroho, S.Si., M.Si. Berbasiskan metode acuan Living Planet Index terdapat 3 poin tujuan yang hendak dicapai yaitu:
- Mengukur dampak pembangunan berkelanjutan Indonesia khususnya pencapaian target 14 dan 15 dan pencapaian Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP)
- Media ilmiah bagi pemerhati keanekaragaman hayati untuk sharing pengetahuan, data adan analisis terkini status keanekaragaman hayati
- Menjadi dasar rekomendasi bagi pengambilan keputusan terhadap arah pembangunan keanekaragaman hayati Indonesia dan penyusunan sub-bab konservasi dalam RPJMN 2024-2028. Serta masukan dalam revisi RTRWN dan RTR Pulau
Berdasarkan rancangan roadmap Pengembangan IBI nantinya kegiatan ini diharapkan akan dapat dirampungkan di tahun 2023 berupa publikasi laporan pertama berskala nasional. Dalam proses penyusunannya IBI akan dibentuk Komite-IBI bersinergi dengan KSDAE-KLHK, LIPPI dan dukungan Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) serta NGO lingkungan. “Kita mulai dari membentuk jejaring untuk mendata Biodiversitas Indonesia dan KOBI memiliki anggota yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. KOBI akan bekerjasama dengan lembaga dan organisasi profesi lainnnya seperti PBI, MIKOINA, APSPBI, HPPBI dan NGO dalam mendata Biodiversitas Indonesia. Sejalan dengan itu juga membuat kelembagaan semacam Komisi Biodiversitas Indonesia untuk menganalisis dan merumuskan kebijakan dan langkah aksi dalam Pelestarian Biodiversitas di Indonesia”, tutur Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.
Peran serta dari berbagai pihak terutama mahasiswa sangat dinantikan untuk dapat mempercepat proses pendataan yang direncanakan dimulai pada awal tahun 2020. “Diharapkan mahasiswa turut terlibat melalui riset pengambilan data Biodiversitas Indonesia bekerjasama dengan NGO dan lembaga-lembaga terkait”, tutur Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.
Dengan tujuan dan skala kegiatan yang bersifat nasional diharapkan IBI dapat menjadi pendorong upaya konservasi biodiversitas dan perumusannya membutuhkan sinergi dan peran serta dari berbagai pihak terutama unsur mahasiswa.