• UGM
  • Portal Simaster
  • IT Center
  • Webmail
  • KOBI
  • Bahasa Indonesia
    • English
  • Informasi Publik
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Biologi
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi, Misi & Tujuan
    • Organisasi
    • Staff
      • Tenaga Pendidik
      • Tenaga Kependidikan
      • Kepakaran dan Topik Riset Dosen
    • Fasilitas
      • Laboratorium
      • Kebun Biologi
      • Perpustakaan
      • Museum Biologi
      • Konsultasi Kesehatan Mental
    • Galeri
      • Gedung Fakultas
      • Museum Biologi
      • Penelitian
      • Gama Melon
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Visi, Misi, dan Tujuan
      • Matakuliah S1
      • Pendaftaran Skripsi
      • Pendaftaran Ujian Skripsi
      • Pendaftaran Yudisium
      • Pendaftaran Wisuda
      • Klaim MK Ekstrakurikuler
    • IUP
    • Program Profesi
      • Apa itu PKKH ?
      • Sejarah Pendirian Program Studi PKKH
      • Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Program Studi PKKH
      • Kompetensi Lulusan Program Studi PKKH
      • Bahan Kajian dan Profil Lulusan Program Studi PKKH
      • Kurikulum Program Studi PKKH
      • Pendaftaran Mahasiswa Baru PKKH
      • Informasi dan FAQ Program Studi PKKH
    • Program Magister
      • Deskripsi Program Magister Biologi
      • Mata Kuliah S2
      • Struktur Kurikulum Program Magister
      • Info Pendaftaran
      • PENDAFTARAN UJIAN KOMPREHENSIF
      • Pendaftaran Ujian Tesis
      • pendaftaran yudisium
      • Pendaftaran Wisuda
      • Tracer Study
    • Program Doktor
      • Visi, Misi, Tujuan, & Sasaran Program Doktor Biologi
      • Kurikulum Program Doktor
      • Info Pendaftaran
      • Pendaftaran Ujian Komprehensif
    • Akreditasi dan Jaminan Mutu
  • PENELITIAN & PENGGABDIAN
    • Pengelolaan Sampah
  • Kerja Sama
  • Alumni
    • Berita Alumni
    • BCADC (Web Alumni)
    • Data Kabiogama Pascasarjana
    • Data Kabiogama Sarjana
  • Beranda
  • 2017
  • hal. 18
Arsip:

2017

Peran Biolog dan Sejarah Kehidupan di Bumi

Rilis Berita Selasa, 25 April 2017

Oleh: Budi Setiadi Daryono, Ph.D.*

Budi Setiadi Daryono (Jawa Pos Photo) Berbicara tentang Bumi kita, tidak akan terlepas dari sejarah tentang asal usul kehidupan. Saat Bumi baru saja terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu, maka belum ada satupun bentuk kehidupan yang muncul, bahkan saat itu Bumi bukan tempat yang nyaman bagi kehidupan. Setelah melalui evolusi yang panjang, maka kehidupan di Bumi mulai terbentuk sekitar 3,5 miliar tahun lalu. Hal ini dapat diketahui dari struktur batuan kuno yang dikenal sebagai stromatolit. Stromatolit dihasilkan oleh mikroba yang membentuk selaput mikroba yang dapat memerangkap lumpur. Sampai saat ini stromatolit masih terus dihasilkan oleh mikroba dan memiliki kemiripan dengan stromatolit kuno.

Hingga saat ini Bumi menjadi satu-satunya planet layak huni di alam semesta ini. Berbagai teori diungkapkan oleh ilmuwan tentang awal terbentuknya kehidupan di Bumi. Salah satunya adalah teori Abiogenesis modern yang dicetuskan oleh Oparin, J.B.S Haldane, Harold Urey, dan Stanley Miller. Teori tersebut menyatakan bahwa  gas penyusun atmosfer purba dapat membentuk asam amino dan basa nitrogen yang identik dengan penyusun asam nukleat pada makhluk hidup. Adanya tegangan listrik tinggi, radiasi UV, dan kondisi alam semesta saat itu menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang membentuk bentuk awal kehidupan. Molekul yang dihasilkan secara Abiotik disebut protobion yang tidak dapat melakukan reproduksi namun dapat mempertahankan lingkungan kimia internalnya dari pengaruh lingkungan luar.

Milyaran tahun setelah kehidupan pertama terbentuk, maka  makhlu hidup di Bumi telah bekembang dengan pesatnya, baik jumlah maupun jenisnya. Makhluk hidup di Bumi berevolusi mengikuti perubahan kondisi geologis Bumi. Hingga saat ini terdapat 17 negara yang dinyatakan sebagai Megadiversitas yaitu Australia, Kongo, Madagaskar, Afrika Selatan, Indoneia, India, China, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Brazil, Kolombia, Ekuador, Meksiko, Peru, Amerika dan Venezuela. Suatu Negara dianggap sebagai negara Megadiversitas jika memiliki luas area kurang dari 10% luas bumi namun menopang kehidupan 70% spesies bumi.

Para ilmuwan juga belum mampu memastikan seberapa besar keragaman makhluk hidup di bumi ini. Pada tahun 2016, diperkirakan terdapat 2 milyar hingga 10 milyar spesies makhluk hidup yang ada di bumi. Namun, hanya 1,6 milyar saja yang sudah dideskripsikan dan 80% lebih sisanya belum dideskripsikan. Hal ini menjadi peluang yang besar bagi para Biolog dalam mengungkap kekayaan Sumber Daya Hayati dunia.

Semakin tuanya umur bumi dan ledakan populasi manusia yang sangat besar  menyebabkan beberapa spesies terancam kelangsungan hidupnya. Hotspot biodiversitas adalah suatu area yang memiliki keragaman biodivesitas tinggi namun memiliki potensi terancam kepunahan yang tinggi. Hingga saat ini terdapat 36 hotspot biodiversitas di bumi yang memegang peranan penting dalam mempertahankan keberlansungan kehidupan beberapa spesies bumi dan bahkan kehidupan bumi pada umumnya.

Indonesia merupakan negara yang masuk dalam salah satu hotspot biodiversitas dunia. Tak mengherankan lagi, pembangunan tak berkelanjutan dan industrialisasi lahan hijau yang sedang gencar terjadi di Indonesia menjadi acaman besar bagi kelangsungan hidup flora fauna. Sebut saja kasus kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera tahun 2015 yang menyebabkan kerusakaan jutaan hektar hutan di Indonesia dan menimbulkan kerugian ekonomi hingga 196 Triliun rupiah. Hilangnya lahan hutan tersebut jelas menyebabkan hilangnya habitat ratusan flora dan fauna yang mungkin saja hanya dijumpai di Indonesia. Kemudian kasus alih fungsi hutan menjadi lahan sawit yang mengambil paksa habitat orang utan, ular, dan satwa hutan lainnya. Tidak hanya itu alih fungsi hutan menjadi lahan sawit juga menyebabkan hilangnya cadangan air tanah dan penurunan produksi oksigen oleh flora hutan sehingga akan mengubah iklim dalam jangka panjang.

Lebih jauh, biodiversitas ekosistem laut Indonesia juga terancam oleh beberapa kasus seperti kasus tumpahan minyak Montara di Laut Timor pasca ledakan saat pengeoran minyak 2009 silam dan yang terbaru adalah kasus karamnya kapal pesiar Caledonian Sky yang merusak lebih dari 20 Ha terumbu karang di Kepulauan Raja Ampat yang setara dengan kerugian ekonomi sebesar 800 – 1200 milyar $ USA.

Pada peringatan hari Bumi ini sudah sepantasnya kita untuk lebih perhatian dengan kondisi bumi dan spesies makhluk hidup lainnya. Banyak peran yang dapat ‘dimainkan’ oleh para ilmuan Biologi dan kita semua sebagai upaya untuk mencari jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi dunia seperti ancaman kerusakan lingkungan, menurunnya kualitas kehidupan, ancaman terhadap kelangsungan hidup ekosistem global dan kepunahan keanekaragaman hayati dalam jangka panjang. Sehingga harapan kita bersama bahwa Bumi yang kita tinggali akan tetap lestari.

*) Penulis adalah Dekan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada serta Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI)

HUT KOPMA BIOGAMMA Ke-12

Kegiatan Mahasiswa Kamis, 20 April 2017

Minggu, 16 April 2017 KOPMA BIOGAMMA mengadakan peringatan acara Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-12 dengan diadakannya Business Plan Competition dan seminar kewirausahaan bertema “Bioentrepreneurship”.. Peringatan HUT ini berlangsung di Ruang Auditorium Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dimulai pukul 08.00 WIB, dan dibuka oleh pembawa acara yaitu, Taufik Suryahadikusuma. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Gadjah Mada dan Mars Fakultas Biologi UGM yang diikuti oleh seluruh tamu undangan, dipimpin oleh Ria Oktafianti sebagai dirigen. Tidak luput sambutan HUT KOPMA BIOGAMMA diberikan oleh bapak Rury Eprilurahman, M.Sc. selaku perwakilan dosen pembimbing, yang diawali sambutan dari Mutiara Fauziana sebagai ketua pelaksana serta Achmad Baihaqi selaku CEO KOPMA BIOGAMMA.

Adapun rangkaian acara HUT KOPMA BIOGAMMA ini yaitu, pemotongan tumpeng sebagai tanda syukur atas pencapaian KOPMA BIOGAMMA hingga tahun ke 12-nya. Pemotongan tumpeng ini diharapkan dapat menjadi momentum pencapaian serta kesuksesan KOPMA BIOGAMMA di tahun-tahun yang akan datang. Pemotongan dilakukan oleh bapak Rury Eprilurahman, M.Sc. dan diserahkan ke CEO KOPMA BIOGAMMA.. Acara juga disertai dengan pemutaran film dokumentar singkat mengenai perjalanan KOPMA BIOGAMMA dan dilanjutkan dengan ucapan-ucapan perwakilan dari kelompok studi dan lembaga serta ucapan dari perwakilan KOPMA se-DIY.

Setelah pemotongan tumpeng, dilakukan presentasi oleh Best Business Plan yang bertemakan Insect-LAND, yaitu pemanfaatan protein pada serangga sebagai jawaban tantangan krisis pangan dunia Acara dilanjutkan dengan seminar oleh Bapak Arif Gunawan selaku pemilik CV. Blue Green Algae serta founder dari KOPMA BIOGAMMA dan dilanjutkan seminar oleh Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU.Apt dari Universitas Negeri Yogyakarta selaku pemilik An-Nuur Herbal.  Seminar kewirausahaan yang kedua pembicara memiliki sisi menarik yaitu dalam mengembangkan sifat serta sikap yang baik dalam menuju kesuksesan. Dengan sedikit jentikan motivasi,  seminar ini dapat memberikan sudut pandang yang luas dan terbuka untuk para peserta. Ditambah lagi dengan antusiasme peserta dalam acara diskusi dapat menumbuhkan semangat baru dalam mengembangkan jiwa entrepreneurship serta berwirausaha  para mahasiswa. Diharapkan dengan bertambahnya usia KOPMA BIOGAMMA dapat menjadi momentum bagi seluruh civitas akademika serta KOPMA BIOGAMMA itu sendiri dalam mengasah keterampilan enterpreneurship.

Lowongan Kerja Karyawan Part Timer Fisipmart Fisipol UGM

Beasiswa dan Lowongan Senin, 17 April 2017

Berikut disampaikan informasi tentang Lowongan Kerja Karyawan Part Timer Fisipmart Fisipol UGM. Informasi lebih lengkap dapat diakses pada tautan berikut ini..

Percantik Kampus dengan Anggrekisasi Fakultas Biologi

Kegiatan Mahasiswa Senin, 17 April 2017

Anggrekisasi_Fakultas_Biologi
Penempelan anggrek Arachnis flos-aeris oleh beberapa anggota BiOSC

Sabtu, 9 April 2017, sebagai salah satu rangkaian acara Eksplorasi dan Inventarisasi Anggrek di Goa Kidang Kencana, BiOSC melakukan anggrekisasi di wilayah kampus Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.

Acara dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB. Angkatan muda AD XI BiOSC melakukan penempelan anggrek di pohon sekitar Fakultas Biologi. Acara dibuka dengan senam bersama yang dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia Eksplorasi dan Inventarisasi Anggrek di Goa Kidang Kencana, Siti Rokhanah (2015).

Acara dilanjutkan dengan pelatihan singkat cara penempelan anggrek oleh Koordinator Divisi Budidaya, Eka Fitriana Candra (2014) dan Ketua Acara. Anggrek yang digunakan adalah Arachnis flos-aeris dan Dendobium hybrid, masing-masing 20 anggrek Arachnis flos-aeris dan 20 anggrek Dendrobium hybrid. Penempelan dilakukan di sekitar Gedung B (Sinar Mas), Gedung Biologi Dasar, dan Gedung Auditorium Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.

Tiga puluh dua anggota muda AD XI, dibagi menjadi beberapa kelompok yang dipandu dengan beberapa anggota divisi BiOSC. Acara berjalan dengan lancar dan tertib. Kegiatan anggrekisasi ini selain mempercantik lingkungan Fakultas Biologi juga bertujuan untuk melatih angkatan muda dalam perawatan anggrek.

Diharapkan anggrekisasi ini tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan Fakultas Biologi namun dapat meluas ke wilayah Universitas Gadjah Mada.

Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) 2017

Beasiswa dan Lowongan Jumat, 7 April 2017

Kami beritahukan bahwa Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti akan memberikan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) kepada 2010 mahasiswa UGM sebesar Rp. 400.000,00 per mahasiswa per bulan selama 1 tahun anggaran (bulan Januari – Desember 2017), dengan kriteria dan syarat-syarat sebagaimana terlampir.

Mahasiswa dapat melakukan pendaftaran secara online melalui menu beasiswa pada alamat http://ditmawa.simaster.ugm.ac.id paling lambat tanggal 21 April 2017.

Kelompok Studi Kelautan Fakultas Biologi Tingkatkan Minat Meneliti Mahasiswa Melalui Inovasi Menarik Pasca Ekspedisi 2017

Kegiatan Mahasiswa Selasa, 4 April 2017

Setelah sukses melaksanakan Ekspedisi di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, pada awal tahun 2017, kini KSK Biogama kembali berinovasi dengan mengadakan satu acara menarik bertajuk Diseminasi Eksepedisi Sulawesi Tenggara, Wakatobi 2017. Diseminasi ini merupakan acara khusus yang dipersembahkan oleh KSK Biogama untuk membagi hasil kegiatan Ekspedisi Sulawesi Tenggara KSK Biogama 2017 kepada masyarakat luas khususnya elemen mahasiswa.

Diseminasi yang mengangkat tema umum Biodiversity of South-East Sulawesi for Sustainable Conservation and Utilization of Marine Resources dan tema khusus  Explore, Learn and Discover ini dilaksanakan pada Sabtu, 01 April 2017, di Auditorium Fakultas Biologi UGM. Acara dihadiri oleh peserta yang merupakan anggota dan alumni KSK Biogama, mahasiswa internal UGM, mahasiswa umum, Dinas Kelautan dan Perikanan DIY serta Balai Lingkungan Hidup DIY.

Diseminasi dibuka dengan sambutan dari Dekan Fakultas Biologi UGM dan dilanjutkan dengan 3 acara inti yaitu presentasi ilmiah hasil Ekspedisi Sulawesi Tenggara KSK Biogama 2017 dari 5 kelas keilmuan, Talkshow kepanitiaan Ekspedisi, dan Grand Launching buku hasil ekspedisi. Presentasi ilmiah dari kelas keilmuan Algae mengenai “Komposisi dan tutupan lamun di zona intertidal Pantai Soumbu Pulau Wangi-Wangi Taman Nasional Wakatobi”,  Kelas Keilmuan Crustacea mengenai “Keragaman Crustasea pada zona intertidal di Pantai Soumbu Pulau Wangi-Wangi Wakatobi Sulawesi tenggara”, Kelas Keilmuan Echinodermata mengenai “Keanekaragaman Echinodermata Pulau Wangi-Wangi Wakatobi Indonesia”, Kelas keilmuan Molusca mengenai “Keanekaragaman Gastropoda Di Pantai Soumbu Pulau Wangi-Wangi Wakatobi Indonesia,  dan Kelas Keilmuan Pisces dan Coral mengenai “Keanekaragaman ikan karang dan tutupan karang di Pantai Waha dan Waelumu Pulau Wangi-Wangi Wakatobi”. Talkshow Kepanitiaan Ekspedisi Sulawesi Tenggara KSK Biogama 2017 oleh Citra Septiani (koordinator panitia), Ferinta Rahmayanti (koordinator penelitian), dan Elisabeth Astari (tim pendahulu & koordinator kelas keilmuan pisces coral). Kemudian dilanjutkan dengan Grand Launching Buku Hasil Ekspedisi Sulawesi Tenggara KSK Biogama, Wakatobi 2017.

Sangat disayangkan jika Indonesia yang memiliki potensi biodiversitas kelautan tinggi justru menjadi sasaran penelitian peneliti asing. Adanya diseminasi ini diharapkan dapat menjadi pemantik para mahasiswa untuk lebih peduli terhadap potensi biodiversitas kelautan Indonesia melalui penelitian dan konservasi berkelanjutan untuk kelautan Indonesia yang lebih baik.

Program Indofood Riset Nugraha 2017-2018

Beasiswa dan Lowongan Senin, 3 April 2017

Kami beritahukan bahwa dalam rangka mewujudkan kepedulian dan partisipasi di bidang pengembangan dan ketahanan pangan nasional, maka PT Indofood Sukses Makmur Tbk. akan memberikan Bantuan Dana Penelitian bagi mahasiswa S1 yang sedang menyelesaikan tugas akhir, dalam Program Indofood Riset Nugraha 2017-2018.

Syarat dan ketentuan menjadi peserta Program Indofood Riset Nugraha 2017-2018 adalah sebagaimana yang tertera dalam Poster Program Indofood Riset Nugraha 2017-2018 dan dalam Buku Panduan IRN di laman: www.indofoodrisetnugraha.com.

Sehubungan hal tersebut, bagi yang memenuhi syarat dapat mengajukan proposal tugas akhir langsung ke Panitia IRN 2017-2018 Jakarta paling lambat tanggal 20 Juli 2017 (cap pos).

Wisuda Program Sarjana dan Diploma Periode III Tahun Akademik 2016/2017

Pengumuman Kamis, 30 Maret 2017

Diberitahukan dengan hormat, bahwa Upacara Wisuda Program Sarjana dan Diploma Periode III Tahun Akademik 2016/2017 akan diselenggarakan di Ghra Sabha Pramana UGM pada hari Rabu dan Kamis, 17-18 Mei 2017.  Informasi lebih lengkap dapat diakses pada tautan berikut ini..

Penawaran Beasiswa dari Nishimura Foundation

Beasiswa dan Lowongan Kamis, 30 Maret 2017

Berikut disampaikan informasi tentang Penawaran Beasiswa dari Nishimura Foundation. Informasi lebih lengkap dapat diakses pada tautan berikut ini..

Quo Vadis Biologi di Indonesia : Peran dan Status Biolog di Negara Mega Biodiversitas

Rilis Berita Kamis, 30 Maret 2017

Ditulis oleh : Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr Sc.*

Budi Setiadi Daryono (Jawa Pos Photo)Tulisan ini disusun bersamaan dengan pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) Konsorsium Biologi Nasional (KOBI) pada tanggal 20-21 Maret di Purwokerto. Semoga tulisan ini juga diterbitkan bersamaan dengan masa menunggu siswa dan siswi kelas 12 SMA di seluruh Indonesia yang telah mendaftarkan diri pada SNMPTN 2017. Seluruh siswa-siswi tersebut kini sedang melalui tahapan seleksi SNMPTN yang hasilnya akan diumumkan pada tanggal 26 April mendatang. Diantara sekian banyak jurusan yang dipilih, akan ada berbagai pertimbangan dan pertanyaan berkaitan dengan prospek kerja, kesesuaian minat, serta pengemabangan karir masa depannya.

Jika melihat data peminat Biologi pada Program Sarjana khususnya, terlihat kecenderunganya stagnan kalau tidak  malah cenderung menurun pada beberapa PTN dan PTS tertentu di Indonesia. Biologi yang mendalami keilmuan di bidang hayati menjadi jurusan yang kurang familiar dan rentan dengan berbagai pertanyaan pragmatis. Dari sekian pertanyaan yang disampaikan terhadap pemilihan minat Biologi, maka pertanyaan yang paling umum dan klasik baik sebelum maupun pada saat orientasi kampus mahasiswa adalah “Kuliah di jurusan Biologi memang bisa apa dan akan menjadi apa?”. Beruntung bagi mahasiswa yang memang menyenangi dan mendalami Biologi sebagai sebuah keilmuan, jawabannya kurang lebih pastilah sama dan sederhana : “Karena saya suka dan cinta Biologi, atau jawabanya yang umum karena saya nanti ingin jadi guru atau dosen, atau peneliti di lembaga penelitian.”

Kemudian bagaimana dengan mereka yang mungkin, merasa terjerembab dan tidak cocok  dengan jurusan atau minat ini? Bagaimana pula dengan yang memang tertarik ingin menempuh minat Biologi murni, namun masih ragu-ragu karena tidak terlihat menjanjikan? Bagaimana peran penting serta keunggulan sebagai Biolog di Indonesia? Hal ini dapat menjadi sebuah pembahasan menarik mengingat keilmuan Biologi masih dipandang kurang ‘bergengsi’ dan prospektif oleh umumnya masyarakat di Indonesia jika dibandingkan jurusan lain semisal kedokteran, ekonomi, hukum, fisipol, psikologi, atau teknik. Padahal, menjadi seorang Biolog bukan sekadar menjadi guru, peneliti atau dosen saja. Menjadi seorang Biolog berarti mempelajari serta menerapkan kaidah penelitian ilmiah untuk memberikan solusi terbaik bagi alam, makhluk hidup, dan kehidupan. Sebagai contoh dari data jenis pekerjaan yang dimiliki oleh alumni Fakultas Biologi UGM tercatat kurang lebih 56 jenis pekerjaan yang ditekuni oleh para alumni Biologi, sebut saja Embriologis pada Human In Vitro Fertilization, Bioteknologis, Mikrobiologis, Konsultan dan Analis Linkungan, Konservasionis, Kurator Museum, Perekayasa Genetik, Analis Bioinformatik, Quality Control proses dan produk industri, Pemulia Hewan dan Tumbuhan serta masih banyak jenis pekerjaan yang dilakukan para Biolog dalam dunia kerjanya.

Meskipun demikin, harus diakui perkembangan keilmuan Biologi sebagai fundamental Science atau ilmu dasar di Indonesia kenyataanya kurang bersinar, jikalau tidak memprihatinkan. Hal ini dapat terjadi karena Biologi sebagai Rumpun  Keilmuan yang cukup luas cakupannya berupa Bonggol/Cabang Keilmuwannya dianggap belum mampu memberikan prospek profesi selain guru, dosen dan peneliti di lembaga penelitian. Kondisi ini juga diperparah dengan minimnya perhatian pemerintah terhadap profesi dosen dan ilmuwan di bidang Biologi di Indonesia, sehingga mereka yang memang ingin mendalami Biologi dan cabang-cabang keilmuannya, tentu saja akan merasa lebih menguntungkan jika bekerja di bidang atau sektor lainnya. Belum adanya Departemen atau setingkat Kementrian yang secara langsung mengembangkan potensi profesi Biolog juga berimplikasi pada ketidakjelasan jenis pekerjaan yang umumnya bermuara pada Kementrian atau Departemen terkait.

Di tingkat dunia juga terlihat ketidakberfihakannya terhadap Biologi dan Para Biolog. Sebagai contoh meski jumlah peraih Nobel Bidang Kedokteran dan Fisiologi lebih banyak disandang oleh Para Biolog dibandingkan Para Dokter kesehatan, namun ironisnya tidak ada kategori Nobel bidang Biologi untuk penelitian dan para peneliti di bidang Biologi, lain halnya dengan Nobel di bidang Kimia dan Fisika.

Keprihatinan tersebut semakin terbukti, sebagaimana yang dilaporkan oleh Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain, bahwa jumlah ahli pengelompokan jenis flora dan fauna (Taksonom) yang merupakan cabang ilmu krusial dalam Biologi di Indonesia ‘sangat memprihatinkan dan tidak seimbang dengan jumlah keanekaragaman hayati tanah air yang begitu melimpah. Menurutnya, dari sekitar 9000 peneliti di Indonesia, ahli taksonomi hanya berjumlah 174 orang. Padahal berdasarkan data World Conservation Monitoring Centre of the United Nations Environment Programme (UNEP-WCMC) yang dirilis pada tahun 2004, Indonesia menempati peringkat ketiga keanekaragaman hayati terbesar dengan kategori sebagai negara dengan jumlah spesies mammalia terbanyak pertama dan spesies ikan terbanyak kedua di dunia.

Fakta ini menunjukan bahwa Indonesia sebagai biodiversity hotspot membuka banyak sekali kesempatan untuk diteliti dan dikembangkan oleh orang-orang yang mendalami Biologi. Sehingga seharusnya Biologi bagi Indonesia adalah prioritas utama dalam menjaga, mengelola, memanfaatkan dan melestarikan keanekaragaman hayati bangsa dan dunia.

Biologi sebagai ilmu pengetahuan dibidang kehayatan (life sciences), dalam implementasi yang optimal telah terbukti meningkatkan nilai tambah yang bermanfaat bagi pembangunan pada berbagai sektor kehidupan umat manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Temuan-temuan dibidang biologi telah dapat melestarikan  keanekaragaman hayati dan memberikan nilai tambah khususnya dalam sektor kesehatan, pertanian, industri dan lingkungan.

Sebagai contoh, kekayaan sumber daya mikrobia asli Indonesia dapat dikembangkan menjadi sumber antibiotik baru yang bernilai lebih seperti Streptomyces indonesiensis dan Streptomyces cangkringensis yang ditemukan dari daerah sekitaran kaki Gunung Merapi, Yogyakarta. Tanaman indigenous yang dimiliki Indonesia pun memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber fitofarmaka yang unggul, sebut saja buah merah (Pandanus conideus Lam.) yang berasal dari pedalaman Papua. Banyaknya kekayaan yang dapat digali dan dikembangkan kemanfaatannya untuk masyarakat sesungguhnya merupakan sebuah ‘panggilan’ terhadap profesi dosen dan peneliti di bidang Biologi untuk sekiranya lebih proaktif dalam menggali potensi-potensi tersebut dan mengembangkannya dengan bijaksana.

Sesungguhnya terdapat beberapa profesi sebagai Biolog yang mungkin belum banyak dilirik dan dipertimbangkan masyarakat Indonesia namun memiliki prospek profesi yang cukup menjanjikan. Beberapa diantaranya adalah tenaga konservasi sumber daya alam di taman nasional, pelaku industri di bidang penyelia bahan dan alat penunjang penelitian, illustrator buku-buku pendidikan terutama pada ranah ilmu hayati, Kurator Museum, Bioteknologis seperti ahli kultur jaringan dan stem cell, pemulia hewan/tanaman (breeder), Biologi Forensik, Embriologis, Mikrobiologis dan teknisi quality control (terutama di bidang pengolahan limbah dan baku kualitas air). Kesemua profesi di atas sesungguhnya masih membutuhkan banyak ahli dari bidang keilmuan Biologi, sehingga masih membuka jalan bagi mereka yang memang ingin mengembangkan dirinya dengan segenap jiwa raga sesuai minat dan bakat yang dimiliki anak bangsa.

Akhir kata, dibutuhkan perhatian dan penanganan yang serius dari segenap elemen yang bersinggungan dengan pengembangan bidang dan minat keilmuan Biologi; baik itu guru sekolah menengah dan atas, dosen di perguruan tinggi, mau pun pemerintah (dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan khusunya Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi bersama Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dalam pengembangan profesi Biolog) dalam menunjang serta mempersiapkan Biolog yang unggul. Karena saya percaya, membentuk generasi Biolog yang unggul dapat memberikan kontribusi dan solusi luar biasa dalam bidang pendidikan, maritim, pertanian, lingkungan hidup dan kesehatan di Indonesia yang mampu mempercepat pemenuhan cita- cita bangsa Indonesia sendiri dalam memajukan kesejahteraan umum untuk menjadi bangsa yang adil dan makmur.

*) Penulis merupakan Dekan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada dan Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI)

1…161718192021

Akreditasi

Berita Terakhir

  • Pengumuman Pendaftaran Ulang Mahasiswa Program Sarjana Terapan, Sarjana, Profesi, dan Pascasarjana Semester Gasal TA. 2025/2026
  • Pembekalan bagi Volunteer: “Referensi Manajer Mendeley dan Scopus AI untuk Mendukung Penulisan Karya Ilmiah”
  • Program Visiting Village 1 oleh BEM di Desa Padukuhan Geger
  • Temu Alumni BEM Biologi 2025
  • Temu Alumni Departemen Sosial Masyarakat BEM Biologi 2025
Universitas Gadjah Mada

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS BIOLOGI
Jalan Teknika Selatan, Sekip Utara,
Yogyakarta 55281
biologi-ugm@ugm.ac.id
Telepon/Fax: +62 (274) 580839

Tentang Kami

  • Sejarah
  • Organisasi
  • Staff
  • VISI, MISI & TUJUAN
  • Biodiversitas
  • Informasi Publik

KEMAHASISWAAN

  • Pelayanan Mahasiswa
  • Organisasi Mahasiswa
  • Pengajuan Kerja Praktik Lapangan
  • Izin Penelitian Lapangan

Akademik

  • Peraturan Akademik
  • Pengumuman Akademik

Survei Kepuasan Layanan

  • Survei Layanan Akademik
  • Survei Layanan KASDM
  • Survei Layanan P2MKSA
  • Survei Layanan Laboratiorum
  • Survei Layanan K5L dan Driver

Akreditasi

  • Image 1
  • Image 2
  • Image 3

© 2024 FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY