Peranan tikus dan mencit sebagai hewan coba tidak dapat digantikan dalam riset in vivo di bidang biologi dan biomedis. Kedua spesies ini menunjukkan respons yang dapat mewakili kondisi fisiologis manusia sehingga cocok digunakan sebagai model dalam penelitian praklinis. Penggunaan hewan coba dari masa ke masa terus menuai kontroversi, di mana kelompok pengusung Animal Rights menganggap penggunaan hewan coba dalam penelitian melanggar hak-hak asasi hewan dan merupakan bentuk kekejaman terhadap hewan. Menanggapi hal tersebut, Ilmu Hewan Coba atau Laboratory Animal Science (LAS) mengatur tatacara penggunaan dan perlakuan hewan coba dengan mengedepankan etika (animal ethics) dan kesejahteraan hewan (animal welfare). Kedua poin tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup hewan coba, baik secara fisiologis maupun psikologis. Selain itu dapat meningkatkan kesadaran manusia untuk lebih menghargai sesama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Metode penanganan dan perlakuan hewan coba yang mengacu pada animal welfare terus dikembangkan melalui artikel publikasi dan pelatihan. Namun demikian, tidak semua peneliti memahami hal tersebut, terutama para peneliti pemula, sehingga metode yang seharusnya telah ditinggalkan masih dilakukan. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan pelatihan ini, yaitu untuk berbagi informasi terbaru terkait penggunaan hewan coba dalam penelitian Skripsi. Pelatihan ini adalah yang pertama kali digelar di Fakultas Bioteknologi UKDW, merupakan gagasan dari Kukuh Madyaningrana, S.Si., M.Biotech., dosen muda di UKDW yang merupakan alumnus Fakultas Biologi UGM tahun 1998. Kegiatan pelatihan ini berlangsung selama tiga hari, yaitu pada tanggal 15-17 Februari 2022. Laksmindra Fitria, S.Si., M.Si., salah satu staf Dosen di Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Biologi UGM hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut, didampingi oleh Isma Cahya Putri Gunawan, mahasiswi Program Sarjana Fakultas Biologi UGM sebagai asisten.
Hari pertama diisi dengan pemaparan materi dan diskusi mengenai dasar-dasar Ilmu Hewan Coba secara daring melalui aplikasi Zoom. Materi yang diangkat dimulai dari: Pemilihan dan penggunaan hewan coba dalam penelitian biologi dan biomedis, pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dalam penelitian translasional, prinsip animal welfare (3Rs, The Five Freedom, humane endpoint), Ethical Clearance, prosedur anestesia, eutanasia, rute administrasi, metode koleksi darah, hingga penanganan hewan coba pasca operasi dan pembuangan limbah.
Pada hari kedua dilaksanakan kegiatan luring di Laboratorium Bioteknologi Kesehatan, Fakultas Bioteknologi UKDW yang merupakan praktik langsung (hands-on) berdasarkan ilmu yang telah disampaikan pada hari sebelumnya. Materi yang dipelajari adalah: housing, husbandry, sexing, familiarisasi, handling and restraining, pengamatan kondisi fisik tikus dan mencit untuk pemantauan status kesehatan, prosedur anestesi, dan administrasi oral (gavage feeding).
Praktik diulangi kembali pada hari ketiga untuk melatih keterampilan para peserta, dilanjutkan dengan latihan beberapa metode sampling darah, rute administrasi parenteral, prosedur eutanasi, nekropsi (pembedahan untuk pengamatan dan pengambilan organ), serta penanganan limbah hewan coba. Di akhir kegiatan, Bu Laks memberikan saran perbaikan mengenai cara pengandangan, pemeliharaan, pemilihan pakan, dan penyediaan air minum untuk meningkatkan kesejahteraan hewan dan validitas hasil penelitian. Selain itu dilakukan tanya jawab dan diskusi yang berhubungan dengan penelitian Skripsi para mahasiswa.
Kegiatan ini mendapat sambutan yang baik dan diikuti dengan penuh antusiasme dari para peserta yang terdiri dari 7 mahasiswa yang akan melakukan penelitian Skripsi, 1 alumnus (fresh graduate), 2 dosen, dan 1 laboran. “Saya sangat senang dan bersyukur karena mendapat ilmu baru yang sangat luar biasa. Semua kegiatan dari hari pertama hingga hari terakhir semuanya menarik karena bisa dibilang itu merupakan pengalaman yang baru bagi saya. Saran saya semoga bisa banyak membuat kegiatan seperti ini lagi dan bisa bertemu lagi untuk belajar”, ungkap Rani Anastasya, salah satu peserta pelatihan.
Berdasarkan hasil evaluasi menggunakan Google Form mengenai materi pelatihan yang diberikan dan cara penyampaiannya, semua peserta menyatakan puas. “Pelatihan ini menyenangkan karena instruktur sabar dan mau mengulangi saat peserta masih kurang paham. Informasi yang diberikan cukup lengkap sampai ke info tempat penanganan hewan yang sudah selesai dijadikan objek penelitian,” kata Dr. Laurentia Henrieta Permita, salah satu dosen yang mengikuti kegiatan ini. Beberapa peserta bahkan menyampaikan keinginannya untuk mempelajari lebih lanjut metode-metode yang belum sempat diberikan dalam pelatihan ini (ICPG/BLX).