Berikut disampaikan jadwal ujian susulan UAS semester gasal TA 2018/2019 selengkapnya dapat dilihat disini
Fakultas Biologi UGM beberapa tahun terakhir telah menjalin kerjasama dengan Selandia Baru, khususnya di bidang pertanian dan peternakan. Pada kesempatan kali ini, Fakultas Biologi mendapatkan kunjungan dari perwakilan Shafers Ltd. yaitu Brin Thorington. Shafers Ltd. merupakan perusahaan perdagangan internasional untuk produk-produk pertanian seperti melon, nanas, kiwi dan blackberry.
Pada kesempatan kali ini, Fakultas Biologi diwakili Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. sebagai pakar budidaya melon untuk pengembangan riset, khususnya di bidang budidaya dan pengolahan melon yang telah dilakukan di Desa mitra (Yogyakarta). Kegiatan ini berlangsung pada hari Jum’at, 28 Desember 2018.
“Kunjungan dari Pengusaha Selandia Baru ini sebagai tindak lanjut dalam memperkuat kerjasama yang telah dilakukan sebelumnya”, ujar Dr. Budi.
Dr. Budi Setiadi Daryono menuturkan hasil pengembangan riset khususnya bidang budidaya Melon. Hasil riset yang dipaparkan berupa ketahanan penyakit seperti begomovirus dan powdery mildew yang sering terjadi dalam budidaya melon. Beberapa tahun terakhir, cuaca yang tidak bisa diprediksi membuat para petani melon kesulitan dalam budidaya melon terutama menanggulangi penyakit. Namun, varietas melon yang dimiliki Fakultas Biologi memiliki keunggulan dalam ketahanan penyakit sehingga apapun kondisi cuaca, melon tetap bisa dilakukan panen.
Brin Thorington juga menuturkan pengembangan budidaya di Selandia Baru khususnya menangani masalah cuaca yang tidak bisa diprediksi. Selandia Baru memanfaatkan dan memaksimalkan saluran irigasi dalam mengoptimalkan hasil Pertanian terutama holtikultura. Selain itu, Brin Thorington menyampaikan cara budidaya pertanian yang efektif dan efisien di kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi.
“Dengan adanya tukar pikiran dalam budidaya pertanian, diharapkan mendapatkan hasil yang optimal dengan kondisi cuaca yang tidak menentu”, kata Dr. Budi.
Diakhir kegiatan, Dr. Budi Setiadi Daryono dan Brin Thorington mengunjungi Biomart. Produk Biomart merupakan hasil inovasi dan penelitian dosen, mahasiswa dan mitra Fakultas Biologi UGM.
Berikut disampaikan pengumuman pengadaan jasa perseorangan: sekretaris pimpinan selengkapnya dapat dilihat pada tautan berikut
Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas flora dan fauna terbesar kedua setelah Brazil. Oleh karenanya, Indonesia juga disebut sebagai negara megabiodiversity. Namun sayangnya, kekayaan biodiversitas tersebut belum dikelola secara optimal karena beberapa dekade sebelumnya masih dipandang sebelah mata. Kekayaan biodiversitas saat ini terus tergerus oleh kerusakan ekosistem flora dan fauna, yang beberapa diantaranya disebabkan oleh illegal logging, pembakaran hutan, penambangan mineral dan bahan bakar berbasis fosil. Kehilangan biodiversitas dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar untuk kepentingan masa depan, karena biodiversitas merupakan cadangan sumber daya yang signifikan untuk keberlangsungan generasi mendatang. Laju kerusakan ekosistem dan kehilangan biodiversitas bisa dikatakan cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari penambahan daftar flora dan fauna yang masuk dalam kategori endangered. Hingga tulisan ini disusun, telah ada paling tidak sejumlah 1567 spesies flora dan fauna di Indonesia yang masuk dalam endangered species (http://earthsendangered.com).
Untuk mencegah dan mengurangi laju kehilangan biodiversitas, pemerintah Indonesia bersama dengan UNDP (United Nation for Development Program) menyelenggarakan program pembiayaan untuk konservasi dan reservasi biodiversitas. Namun sayangnya, hingga saat ini alokasi yang dianggarkan masih jauh dari mencukupi yaitu baru sekitar 6% dari kebutuhan dan Indonesia baru berperan sebesar 0,5% setiap tahunnya. BIOFIN Indonesia merupakan bentuk kerjasama pemerintah Indonesia dan UNDP untuk menstimulasi pembiayaan konservasi biodiversitas di Indonesia. “Indonesia memiliki 552 unit Kawasan konservasi dengan total luas mencapai 27,12 juta Ha atau 21% dari luas Kawasan hutan Indonesia, dengan ketersediaan sumber daya genetik yang sangat tinggi” ucap Dida Gardera dalam paparannya di seminar tersebut. Biodiversitas tidak hanya bernilai ekonomi karena wujud atau produk yang dihasilkan saja, namun biodiversitas memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi karena perannya sebagai penyerap karbon, reservasi energi terbarukan, dan lainnya.
Robert Manurung, salahsatu narasumber dalam seminar dalam paparannya menyatakan bahwa bioekonomi tidak hanya berwujud nilai hasil produksi saja, namun produk-produk sampingan yang sering disebut sebagai limbah bahkan dapat memiliki nilai ekonomi yang berpuluh kali lipat dari nilai produk utamanya, jika kita mau dan mampu mengolahnya. Misalnya padi, hingga saat ini mayoritas beranggapan bahwa produk yang paling mahal yang dihasilkan padi adalah beras. Namun, jika kita mau mengolah limbah padi seperti jerami untuk produksi silica, dan kulit padi untuk biodiesel maka nilai intrinsik beras hanya menjadi sepersepuluh dari dua produk sampingan tadi. Selain itu, apabila pertanian dan perkebunan dikelola berdasarkan atas konservasi siklus materi dan energi, maka penggunaan pupuk sintetis dapat ditekan dan hasil produknya berlipat dibanding dengan yang mengandalkan pupuk.
Untuk menggalang pembiayaan biodiversitas, pemerintah Indonesia dalam hal ini BIOFIN Indonesia berusaha untuk menggandeng berbagai elemen untuk berperan serta seperti BUMN dan perusahaan-perusahaan privat melalui penggalangan dana CSR. Sebagai salahsatu contoh, Bank Rakyat Indonesia (BRI) hingga saat ini telah memiliki 46 desa binaan di berbagai pulau di Indonesia. “Hingga 2018, BRI juga telah menyalurkan dana sebesar Rp 104 milyar untuk konservasi dan pemberdayaan biodiversitas” papar Agus Rachmadi.
Menyongsong era industri 4.0, biodiversitas merupakan potensi yang sangat besar. Namun pertumbuhan ekonomi dari sektor berbasis biodiversitas (pertanian, perkebunan, dan perikanan) masih relative rendah, yaitu sebesar 4%. Pertumbuhan ekonomi 2018, menunjukkan bahwa saat ini sektor yang menjadi andalan adalah transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, serta konstruksi dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 8 %, 7%, dan 6%. Hal ini disampaikan Berly Martawardaya dalam paparannya. Beliau juga menyampaikan bahwa tahun 2018 nilai investasi untuk basis ekonomi biodiversitas juga masih sangat rendah, menduduki ranking ke-6 setelah investasi dalam bidang konstruksi. Transportasi dan telekomunikasi menduduki rangking pertama dengan total nilai investasi Rp 44 trilyun.
Seminar BIOFIN, Indonesia Bioeconomy Outlook 2019, ini di selenggarakan di Hotel Borobudur Jakarta pada 20 Desember 2018. Pada kesempatan ini, dua staff Universitas Gadjah Mada yaitu Dr. biol.hom. Nastiti Wijayanti, S.Si., M.Si. (mewakili LPPM UGM), dan Sukirno, S.Si., M.Sc., Ph.D. (mewakili Fakultas Biologi UGM) berkesempatan untuk berperan dalam seminar tersebut. Seminar ini juga dihadiri oleh perwakilan beberapa NGO, BUMN, dan Bank. (Sukirno)
Biology Career and Alumni Development Center (BCADC) kembali menyelenggarakan Alumni Talks pada Kamis 27 Desember 2018, sebuah agenda rutin tiap dua bulan dengan menghadirkan alumni Fakultas Biologi UGM untuk hadir berbagi inspirasi. Pada kesempatan ini, Dr. Ajeng Kusumaningtyas Pramono, Biologi 2005, membagikan pengalamannya selama melanjutkan studi master dan PhD di King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) serta Tokyo Institute of Technology. Pembicaraan menjadi semakin menarik karena beliau melanjutkan studi PhD di Jepang berdua bersama anak. Hal tersebut dikupas secara mendalam oleh Dr. Ajeng terutama dalam memilih negara yang cocok untuk membawa keluarga, memilih supervisor yang tidak hanya ahli di bidangnya tapi juga memiliki perspektif yang baik untuk yang sudah berkeluarga, hingga memilih universitas, kota atau lokasi tempat tinggal yang sangat berkaitan erat dengan biaya hidup.
“Bijaklah dalam memilih supervisor, karena supervisor itu ibarat “suami atau orang tua” kita selama menemuh studi. Supervisor jauh lebih penting dari ranking Universitas” Pungkas Dr. Ajeng menekankan pemilihan supervisor adalah titik krusial saat ingin melanjutkan studi khususnya PhD.
Dalam kesempatan yang sama, beliau juga menekankan pentingnya komunikasi dan terbuka dengan pembimbing agar dapat menyelesaikan studi dengan lebih lancar. Hal ini dicontohkan beliau saat mencoba mengkomunikasikan kehamilannya sesaat sebelum memulai studi dan akhirnya kehamilan tersebut tidak menjadi hambatan setelah dikomunikasikan dengan supervisor. Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya berpikiran terbuka dan memiliki teman diskusi, mengingat rate of failure untuk menempuh PhD itu relative tinggi bahkan hingga 50% dan banyak rekan-rekan beliau yang mengalami depresi hingga tidak mampu melanjutkan studinya
“Kita harus memiliki rekan seperjuangan, karena selama menempuh studi khususnya PhD itu penuh tantangan dan banyak yang mengalami depresi, termasuk saya” Ujar Dr. Ajeng yang disambut gelak tawa para peserta
Saat ini Dr. Ajeng bekerja di Bio-energy.co.jp sebuah perusahan daur ulang limbah makanan di Jepang dan jika ditanya apa impian beliau selanjutnya “Saya masih mencari kesempatan menjadi pengajar di Indonesia, after all, in Latin doctor is ‘teacher’ “Tegas Dr. Ajeng
Keluarga Mahasiswa Pasca sarjana telah melaksanakan kegiatan Mubes atau Musyawawah Besar ke VII pada hari sabtu (22/12/ 2018) di ruang biologi dasar barat atas yang dihadiri oleh Bapak Rury Eorilurahman, S.Si, M.Si dan Dr. R.C Hidayat Soesilohadi, M.S. Kegiatan yang mengusung tema “Membangun Solidaritas Keluarga Muda Penuh Pesona” ini dibuka oleh Kaprodi S3 Fakultas Biologi Dr. R.C Hidayat Soesilohadi, M.S. Dalam sambutan pembukaan beliau menyampikan terimakasih kepada panitia yang telah berupaya mensukseskan kegiatan Mubes KMP ke-VII dan berpesan agar mahasiswa pasca sarjana dapat memanfaatkan waktu selama studi dengan sebaik-baiknya, semoga melalui perbaikan di Mubes ke-VII KMP menjadi lebih baik lagi dan menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan berikutnya . Musyawarah besar ke VII KMP Fabiogama membahas beberapa hal terkait perbaikan-perbaikan untuk KMP di masa mendatang yang dibagi menjadi beberpa tahapan sidang pleno.
Sidang Pleno I membahas pembacaan tata tertib sidang dan pemilihan presidium sidang tetap yang di pimpin oleh saudara Muhammad Saputra Wibowo sebagai presidium sidang satu dan didamping oleh Saudari Yuli Setiawati dan Nurlian Agustin sebagai presidium sidang dua dan tiga. Pemahasan tata tertib sidang bertujuan agar sidang dapat berjalan dengan kondusif. Pemilihan presidium sidang tetap dilakukan secara musyawarah mufakat dan diputuskan Saudara Ariel Hananya, Mustang, dan saudari Afidati sebagai presidium sidang untuk memimpin jalannya sidang berikutnya. Kegiatan dilanjutkan pada sidang pleno II dengan pembahasan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepengurusan KMP fabiogama periode 2017. Pemaparan LPJ disampaikan langsung oleh saudara Zulfikar selaku Ketua Umum KMP Fabiogama 2017 dan dilanjutkan dengan pemaparan setiap kepala divisi. Pemaparan LPJ meliput program kerja yang telah terlaksana, program kerja yang belum terlaksana, kendala selama satu periode dan beberapa saran yang disampaikan untuk kepengurusan periode berikutnya. Beberapa kegiatan yang belum terealisasikan karena terkendala waktu dan kesibukan anggota. Setelah pemaparan dan beberapa pertanyaan, laporan pertanggungjawaban KMP periode diterima oleh seluruh peserta sidang. Kegiatan pleno III dan VI dilanjutkan setelah Ishoma.
Sidang pleno III merupakan pembahasan mengenai Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (Ad dan Art) KMP Fabiogama. Pembahasan pada pleno III menekankan pada perbaikan-perbaiakan untuk KMP dimasa mendatang. Dalam Pembahsan GBHO dan AdArt peserta sidang mengutarakan pendapat-pendapat yang dapat membangun serta memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang tepat. Hasil pembahsan yang telah disetujui dari sidang pleno III diharapkan dapat diterima oleh peserta sidang dan menjadi landasan pergerakan KMP Fabiogama pada periode berikutnya. Pembahasan sidang pleno III memakan waktu yang cukup lama, pembahasan Pleno IV dilaksanakan setelah istirhat solat ashar.
Sidang pleno IV merupakan pembahasan mengenai pemilihan ketua KMP Fabiogama untuk meneruskan estafet kepemimpinan KMP Fabiogama kedepan. Pemilihan ketua KMP dilakukan secara musyawarah mufakat, peserta sidang diperbolehkan mengajukan diri sebagai ketua umum KMP atau menunjuk orang yang tepat sebagai Ketua umum KMP dengan menyertakan alasan yang mendukung. Sepuluh nama yang diusulkan sebagai ketua KMP yaitu Saudara Wiko Arif Wibowo, Muhammad Arif Wibowo, Aldian Ubaidi, Manap Trianto, Bahana Aditya, Mustang, Lalu Zulkan Jayadi, Ariel Hananya, Moh. Andi, dan saudari Ni Luh Putu Kayika F. Masing-masing nama yang diusulkan sebagai Ketua Umum KMP ditanyakan mengenai kesiapannya untuk menjadi Ketua Umum KMP. Beberapa orang keberatan untuk menjadi Ketua KMP karena berbagai kesibukan, telah memegang amanah lain serta beberapa orang telah memasuki semester atas yang dikhawatirkan tidak maksimal dalam memimpin KMP.
Dari sepuluh nama yang diusulkan disepakati tiga nama yang diseleksi lebih lanjut yaitu saudara Mustang, Lalu Zulkan Jayadi, dan saudari Ni Luh Putu Kayika F. Tiga nama tersebut dipersilahkan meninggalkan ruangan sidang terlebih dahulu untuk memutuskan Ketua Umum terpilih. Peserta sidang Mubes berdiskusi beberapa hal yang menjadi pertimbangan dan pertanyaan yang akan diberikan kepada ketiga calon Ketua Umum KMP. Setelah berdiskusi, masing-masing calon Ketua Umum KPM di persilahkan untuk masuk ke ruang sidang secara bergantian. Masing-masing calon Ketua umum di persiahkan untuk memperkenalkan diri dan mendapat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kepemimpinan. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada calon Ketua Umum KMP bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan kelayakan sebgai ketua yang akan membawa KMP satu periode mendatang. Jawaban dari masing-masing calon ketua menjadi pertimbangan peserta sidang untuk memilih calon ketua yang sesuai. Hasil Pleno IV disetujui bahwa Lalu Zulkan Jayadi menjadi Ketua Umum KMP periode 2018. Terilihnya saudara Zulkan diharapkan dapat memimpin KMP Fabiogama satu periode kedepan. Serah terima jabatan dilakukan secara simbolis obor perjuangan KMP Fabiogama dari Saudara Zulfikar kepada Zulkan. Kegiatan Musyawarah Besar KMP Fabiogama ke VII diakhiri dengan foto bersama ketua terpilih dengan seluruh peserta sidang.
Berikut disampaikan mengenai pengumuman pengadaan perseorangan selengkapmya dapat dilihat pada tautan ini
Pada tanggal 11 Desember 2018 pagi sekitar pukul 04.30 WIB, Donan Satria Yudha, M.Sc., dosen Fakultas Biologi UGM, yang juga Kepala Museum Biologi UGM menerima informasi dari teman-teman pemancing yang tergabung dalam WWI (Wild Water Indonesia), mengenai ditemukannya penyu mati di wilayah Pantai Siliran, Kulon Progo. Menindaklanjuti informasi tersebut, Donan segera berkoordinasi dengan menghubungi pihak BKSDA Yogyakarta guna meneruskan informasi tersebut. Pada hari yang sama, tim gabungan dari Fakultas Biologi UGM, WWI, AKJ dan BKSDA Yogyakarta segera menuju lokasi ditemukannya bangkai penyu tersebut. Tim Biologi diketuai oleh Donan selaku kepala Museum Biologi UGM membawa tim yang terdiri dari FX Sugiyo Pranoto, S.Si. (Frans) selaku teknisi Museum Biologi UGM; Rury Eprilurahman, M.Sc. sebagai salah satu dosen Biologi UGM ahli herpetologi; serta drh. Slamet Raharjo, MP. dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM untuk melaksanakan nekropsi penyu bersama tim BKSDA Yogyakarta.
Donan dan tim tiba di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB, di lokasi sudah menunggu Mas Bambang dan Mas Rohmad dari WWI Kulon Progo, yang membantu proses penguburan penyu malam sebelumnya dan Mas Nur Rohmat relawan dari AKJ (Animal Keeper Jogja). Tidak lama kemudian, drh. Yuni Tita Sari dan beberapa anggota dari BKSDA Yogyakarta datang ke lokasi.
Proses nekropsi berlangsung lebih kurang 3 jam. Menurut Donan, jenis penyu yang ditemukan adalah penyu hijau (Chelonia mydas). Identifikasi tersebut berdasarkan penghitungan jumlah sisik karapas dan pola sisik kepala. Penyu yang ditemukan dalam keadaan mati tersebut memiliki ukuran panjang karapas sekitar 75 cm dan lebar karapas sekitar 45 cm.
Setelah diidentifikasi dan diukur karapasnya, Frans bersama Donan kemudian mulai membedah penyu tersebut dengan berkoordinasi dengan drh. Tita. Sampel paru-paru dan usus kemudian diambil untuk dianalisa patologinya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, drh. Slamet Raharjo dan Donan memperkirakan usia penyu tersebut adalah dewasa tua, ditinjau dari beberapa hal, yaitu: ukuran karapas dan adanya teritip (Cirripedia, subfilum Crustacea) yang menempel pada tubuh luar penyu. Pada penyu yang mati ini, banyak sekali dijumpai teritip di bagian karapas dan tungkai belakang. ’Hal ini sangat umum dijumpai pada penyu dikarenakan larva teritip berenang bebas dan dapat menempel di setiap bagian tubuh hewan laut maupun benda mati di dalam laut” sambung Rury. “Pada individu penyu yang masih muda dan kuat (sehingga mampu berenang dengan cepat dan sigap), kemugkinannya sangat kecil bagi larva teritip untuk menempel dan membangun cangkang atau “rumah” di permukaan luar tubuh penyu” tambah drh. Slamet. Setelah semuanya beres, bagian tubuh penyu yang telah di nekropsi kemudian dikubur kembali di tempat semula. Kegiatan analisa kematian penyu pada hari itu akhirnya berjalan dengan lancar dengan kerjasama antara dosen-dosen Fakultas Biologi UGM, Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan BKSDA Yogyakarta. Peran tim Biologi lebih dalam hal identifikasi jenis penyu, pembedahan dan prakiraan usia penyu.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta bekerja sama dengan laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada meneliti bangkai penyu yang dikabarkan mati dengan kondisi plastik keluar dari perutnya. Mereka bukan melaksanakan otopsi melainkan memeriksa apakah benar terdapat sampah plastik pada penyu dan mengidentifikasi jenis plastik. Apakah pula kondisi Congot bisa mempengaruhi kehidupan satwa, utamanya di laut. Para peneliti dari Biologi UGM mendatangi kubur penyu di Congot. Mereka membongkar kubur, mengangkat bangkainya, memeriksa secara detil bagian yang masih tersisa, dan memastikan apakah ada plastik dalam bangkai itu. Setelah tahap pemeriksaan berlangsung hampir 2,5 jam, para peneliti tidak menemukan plastik pada tubuh penyu.
Para peneliti dari Biologi UGM mendatangi kubur penyu di Congot. Mereka membongkar kubur, mengangkat bangkainya, memeriksa secara detil bagian yang masih tersisa, dan memastikan apakah ada plastik dalam bangkai itu. Setelah tahap pemeriksaan berlangsung hampir 2,5 jam, para peneliti tidak menemukan plastik pada tubuh penyu.
“Setelah dibongkar tidak ketemu plastiknya,” kata Donan Satria Yudha, dosen laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi, UGM, Senin (17/12/2018).
Dalam pemeriksaan itu, Donan memastikan tidak ada plastik di sana. Namun, mereka mendapati kulit transparan berduri dari ikan buntal. Donan pun menduga, kematian penyu ini bisa saja terkait apa yang dimakannya. “Kita waktu bongkar tadi ketemu kulit ikan buntal. Suspect, tersangka utamanya, (mati) makan ikan buntal,” kata Donan. Karena tak ditemukan plastik, Donan menduga, ada kemungkinan orang salah persepsi tentang plastik dari tubuh penyu. Bisa jadi itu sejenis jaringan tipis yang mirip plastik. “Saya tinggal identifikasi lewat foto,” katanya. Semua memang masih sulit dipastikan. Kondisi bangkai yang sudah sangat rusak, dan hanya foto maupun video yang bisa menjadi alat bukti untuk mengidentifikasi kebenaran akan plastik keluar dari tubuh penyu.
Tidak hanya soal plastik, jenis penyu itu pun tidak bisa segera dipastikan. “Jenis kemungkinan penyu Lekang. Tapi ada teman (sesama peneliti di Trisik) yang mengatakan itu penyu Hijau. Karenanya kami cari kepalanya untuk identifikasi, tapi tidak ketemu. Baru bisa (identifikasi) lewat foto, besok,” kata Donan. Misteri Ikan Buntal Kulit ikan berduri diyakini dari ikan buntal. Kulit itu ditemukan dalam tubuh bangkai penyu yang sudah hancur. Donan menduga, kematian penyu terkait pula dengan ikan buntal ini. Namun yang mengherankan, bagaimana ikan jenis ini dimakan karena sejatinya bukan pakan penyu. Penyu biasanya hanya memakan alga, ganggang, dan bisa juga ubur-ubur. “Jarang sekali tahu, mereka makan ikan buntal. Tersangka utamanya, (mati) makan ikan buntal” kata Donan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Peneliti UGM Tak Temukan Plastik di Bangkai Penyu, hanya Kulit Ikan Buntal”, https://regional.kompas.com/read/2018/12/17/17433131/peneliti-ugm-tak-temukan-plastik-di-bangkai-penyu-hanya-kulit-ikan-buntal.
Penulis : Kontributor Yogyakarta, Dani Julius Zebua
Editor : Aprillia Ika
Biology Orchid Study Club (BiOSC) telah melaksanakan Musyawarah Anggota (Musyang) BiOSC selama dua hari, yakni pada hari Rabu dan Kamis, 5 – 6 Desember 2018 di ruang Biodas Atas Timur (BAT). Kegiatan ini merupakan salah satu agenda tahunan BiOSC yang ditujukan dan diikuti oleh seluruh anggota aktif maupun non-aktif (demisioner) BiOSC. Musyang BiOSC 2018 sendiri dihadiri oleh berbagai Angkatan Diksar, diantaranya AD VIII, AD IX, AD X, AD XI, AD XII, dan Calon Angkatan Diksar (CAD) XIII. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dan kontribusi KOPMA BIOGAMMA Fakultas Biologi UGM yang sudah menyukseskan acara Musyang BiOSC 2018 ini.
Hari pertama Musyang BiOSC, Rabu, 5 Desember 2018 memiliki agenda utama berupa pembahasan dan peninjauan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Acara diawali dengan sambutan ketua panitia Musyang BiOSC 2018, Abby Crisma Deantama dan dilanjutkan dengan sambutan Ketua BiOSC 2018, Himawan Masyhuri pada pukul 09.15. Acara selanjutnya adalah penentuan Tim Presidium Sementara. Tim Presidium Sementara ditentukan berdasarkan kesepakatan forum. Tim Presidium Sementara nantinya bertugas memimpin berjalannya agenda peninjuan tata tertib Musyang BiOSC dan memimpin sesi pemilihan Tim Presidum Tetap. Tim Presidium Tetap yang telah ditentukan akan memimpin berjalannya agenda peninjauan AD/ART. Peserta Musyang BiOSC saling mengemukakan argumen dan mengeluarkan aspirasinya terhadap AD/ART yang diterapkan pada kepegurusan tahun ini. Luaran yang dihasilkan berupa AD/ART yang sudah disepakati forum. Harapannya, AD/ART ini dapat digunakan sebagai landasan dan arah gerak organisasi dan keilmuan BiOSC pada periode kepengurusan selanjutnya.
Hari kedua Musyang BiOSC, Kamis, 6 Desember 2018, beragendakan pembacaan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) oleh Dewan Pengurus Harian (DPH) BiOSC Kabinet Vanda tricolor serta pemaparan visi dan misi calon ketua BiOSC 2019. Di tengah sesi pembacaan LPJ, dilakukan tanya jawab oleh peserta Musyang kepada DPH. Sebelum penilaian LPJ, Dr. Endang Semiarti, M. S., M. Sc. selaku dosen pembimbing BiOSC memberikan sambutan. Bu Endang menyampaikan harapan untuk BiOSC ke depannya supaya bisa mulai mengembangkan kearifan lokal berupa anggrek khas daerah Yogyakarta, contohnya dengan memproduksi batik bermotif anggrek yang harapannya dapat menjadi salah satu motif batik khas Fakultas Biologi UGM. Bu Endang juga menyampaikan pesan kepada para calon ketua BiOSC bahwa siapapun yang menjadi ketua BiOSC nantinya dapat memiliki jiwa kecintaan terhadap anggrek dan memiliki keinginan besar untuk memajukan BiOSC kedepannya. Sambutan Bu Endang diakhiri dengan sesi foto bersama dengan seluruh peserta Musyang BiOSC. Kemudian dilanjutkan sesi penilaian kinerja DPH BiOSC. Dewan Pengurus Harian BiOSC diarahkan keluar ruangan oleh panitia agar peserta Musyang dapat memulai sesi diskusi penilaian terhadap kinerja DPH selama satu tahun kepengurusan. Sesi diskusi penilaian ini berlangsung cukup lama. Beberapa aspek kinerja DPH yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah penilaian program kerja, perbandingan program kerja terencana dan terlaksanakan, keaktifan, serta segi kekeluargaan internal BiOSC. Seusai penilaian, didapatkan indeks prestasi kumulatig (IPK) masing-masing bidang dan koordinator yang kemudian diumumkan secara langsung di hadapan forum dan DPH..
Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan visi dan misi Calon Ketua BiOSC 2019. Keempat kandidat calon ketua berasal dari AD XI BiOSC, diantaranya Alfisyahrin Hafizh, Naufal Ghozi Aditya Perdana, Falah Nur Alifianto, dan Nurul Azkiyatul Fitiyah. Orasi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh moderator dan peserta Musyang. Kemudian keempat kandidat dibawa ke luar ruangan agar peserta Musyang dapat bermusyawarah menentukan satu nama yang tepat sebagai ketua BiOSC selanjutnya. Musyawarah pemilihan ketua BiOSC berlangung cukup lama dan akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa Naufal Ghozi Aditya Perdana terpilih menjadi ketua baru BiOSC. Pelantikan ketua BiOSC 2019 secara simbolis melalui proses serah terima panji BiOSC oleh ketua BiOSC 2018 dan penandatanganan surat serah terima jabatan. Musyang hari kedua diakhiri dengan sesi foto bersama. (Eva, Abby)