Pengabdian kepada Masyarakat
Tags:
SDGs 11 : Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan
SDGs 12 : Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
SDGs 13 : Penanganan Perubahan Iklim
SDGs 4 : Pendidikan Berkualitas
Jumat (31/10), Dr. Dwi Umi Siswanti, S.Si.,M.Sc. (Tim Ahli Satgas Pengelola Sampah), Nanang Adi Saputra dan Andi Sutanto (anggota Satgas Pengelola Sampah) memenuhi undangan Fakultas Psikologi UGM untuk memberikan pelatihan pengelolaan sampah. Acara ini merupakan program pengembangan diri dan peningkatan kompetensi bagi tenaga kependidikan dan tenaga outsource Fakultas Psikologi UGM. Sebanyak lebih dari 35 orang tendik dan tenaga outsource hadir untuk belajar tentang cara pengelolaan sampah organik baik sampah serasah maupun sisa makanan serta cara pemasarannya. Kepala Kantor Akademih Fakultas Psikologi UGM, Umi Widyaningsih, S.Pd.,M.Acc. membuka acara ini dan menyampaikan harapannya agar tendik dan tenaga outsource fakultas ini dapat menduplikasi pengelolaan sampah di Fakultas Biologi.
Program pengembangan diri tendik ini diawali dengan pengisian pretest. Soal dberikan oleh pemateri, Dwi Umi, untuk mengukur sejauh mana peserta memahami cara pengelolaan sampah. Materi workshop diberikan secara interaktif dan sarat dengan diskusi terkait aplikasi dan formula Probiotik Bio 2023, pengembangan ecoenzyme, pembuatan POC dan progres kinerja Satgas Pengelola Sampah Fakultas Biologi UGM. Dwi Umi juga menyampaikan produki Satgas Pengelola Sampah Fakultas Biologi adalah Bioferti Kompos, Bioferti POC, Probiotik Cairan Lantai, Probiotik Bio 2023 dan mesin pencacah sederhana. Produk dan mesin ini bahkan telah dimanfaatkan oleh beberapa mitra dan konsumen dari berbagai daerah.
Dalam sesi diskusi, salah satu tenaga outsource menanyakan permasalahan formula biofertilizer yang telah dibuat secara mandiri di rumah, namun belum memberikan efek signifikan. “ Kemungkinan besar karena aplikasi biofertilizer yang Bapak lakukan jaraknya terlalu lama, sampai tiga bulan, kemungkinan kedua adalah mikrobia yang ada di dalam formula Bapak telah mati karena kemasan fermentasi tidak dibuka secara periodek”, jawab Dwi Umi.
Pada kesempatan ini anggota Satgas Pengelola Sampah Fakultas Biologi UGM, Nanang dan Andi memberikan pelatihan teknis (praktik) pembuatan kompos plus berbahan Probiotik Bio-2023. Pada paparannya, Nanang menyampaikan bahwa Probiotik Bio-2023 mempunyai sebelas macam mikrobia sehingga kemampuan degradasi serasah lebih cepat dan efektif. “Dosis Probiotik Bio-2023 adalah satu banding 30, satu untuk biang dan 30 untuk air pengencernya. Diaplikasikan ke serasah sebanyak satu ton”, ungkap Nanang. “Peran mesin pencacah sangat besar dalam hal ini, sebab mempercepat proses pengomposan”, tambah Andi.
Workshop yang dimulai pukul 09.00 WIB ini diakhiri pukul 11.30 WIB dengan pengisian soal post test. Bila peserta workshop mendapat nilai di bawah angka tujuh maka pretes maupun post test harus diulangi sebagai tolok ukur kelulusan pengembangan diri dan kompetensi. “Kami berharap dapat bekerjasama dengan Fakultas Biologi UGM dalam pengelolaan sampah kami, terutama sampah sisa makanan dari kantin”, Umi Widyaningsih) menyampaikan harapannya. “Kami akan menerima dengan tangan terbuka bila Ibu Umi dan teman teman tendik-outsource berkenan datang ke fakultas kami dan melihat langsung pengelolaan sampah kami”, jawab Dwi Umi.
Program pengembangan diri dan kompetensi tenaga kependidikan dan outcource ini merupakan pangejawantahan dari SDGs 3 (Kesehatan yang baik), SDGs 12 (Konsumsi yang bertanggungjawab), SDGs 13 (Aksi perubahan iklim), SDGs 17 (Kemitraan demi mencapai tujuan).(DUS)
[Tim PkM-MBKM Fakultas Biologi UGM]
Sebagai bagian dari upaya memperkenalkan pentingnya menjaga sumber daya alam sejak usia dini, tim PKM-MBKM Fakultas Biologi UGM dengan Ketua tim Prof. Dr. Endah Retnaningrum, M, Eng bersama 3 anggota mahasiswa yaitu Amanda Talenta, Reny Tarigan, dan Azizah Cahayaning, menyelenggarakan kegiatan “Pengenalan Sumber Mata Air Cupu Kahuripan” yang dilaksanakan di SD Eksperimental Mangunan, Cupuwatu. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Oktober 2025 yang diikuti oleh siswa-siswi kelas 6 dan berlangsung dalam dua sesi, yaitu pukul 07.30–08.30 untuk sesi pertama dan pukul 09.30–10.30 untuk sesi kedua.
Acara dibuka dengan doa bersama, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Prof. Dr. Endah Retnaningrum, M.Eng. selaku Ketua Tim PKM-MBKM dari Fakultas Biologi UGM yang menekankan pentingnya edukasi lingkungan sejak dini. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ibu Nanda selaku guru perwakilan dari SD Eksperimental Mangunan, yang menyampaikan apresiasi terhadap semangat mahasiswa dalam berbagi ilmu dan pengalaman kepada para siswa. Setelah sesi pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan materi interaktif dari mahasiswa Fakultas Biologi UGM mengenai Sumber Mata Air Cupu Kahuripan, meliputi pentingnya sumber air bagi kehidupan hingga cara menjaga kelestariannya sumber mata air tersebut. Suasana kegiatan berlangsung ceria dan edukatif, diselingi dengan ice breaking serta kuis yang membuat siswa antusias. Siswa yang berani maju ke depan untuk menyampaikan kesan dan pesan selama kegiatan mendapatkan hadiah dari panitia.
Sebagai penutup, di akhir sesi kedua dilakukan penyerahan kenang-kenangan dari tim PKM-MBKM Fakultas Biologi UGM kepada perwakilan pihak sekolah sebagai simbol kerja sama dan harapan agar kegiatan serupa dapat terus berlanjut di masa mendatang. Melalui kegiatan ini, diharapkan para siswa tidak hanya memahami pentingnya menjaga sumber air, tetapi juga tumbuh rasa cinta terhadap lingkungan sekitar mereka. Dengan semangat belajar dan berbagi, kegiatan ini menjadi langkah kecil menuju kesadaran besar akan pentingnya kelestarian alam.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan bertajuk “Seleksi & Produksi Bibit Unggul Ayam Lokal Berbasis Masyarakat Wedomartani, Ngemplak, Sleman” yang diselenggarakan pada 28 Juli 2025, tim Desa Mitra Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada yang diwakili oleh Dr.med.vet. drh. Hendry Saragih, M.P. dan Dr. Ardaning Nuriliani, S.Si., M.Kes. bersama Pemerintah Kalurahan Wedomartani melaksanakan kegiatan monitoring perkembangan ayam lokal unggul jenis KUB (Kampung Unggul Balitbangtan). Pada kegiatan sebelumnya, sebanyak 48 ekor ayam KUB telah dibagikan kepada 16 perwakilan kelompok tani dari berbagai padukuhan di Wedomartani, di mana masing-masing kelompok menerima 1 ekor ayam jantan dan 2 ekor ayam betina. Kegiatan ini merupakan wujud nyata implementasi SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui kolaborasi lintas lembaga dalam memperkuat kapasitas masyarakat desa berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna.
Kegiatan monitoring dilakukan untuk menilai pertumbuhan, kesehatan, dan performa ayam KUB yang kini telah berusia sekitar lima bulan. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, seluruh ayam yang dibagikan menunjukkan kondisi sehat, gemuk, serta memiliki tingkat adaptasi tinggi terhadap lingkungan pemeliharaan. Monitoring dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para perwakilan kelompok tani, tim desa mitra, dan bapak Carik Wedomartani, R. Rohmad Gunawan Hardono, S.Pd. Pada kegiatan ini bapak Carik aktif memantau dan memberikan arahan kepada warga penerima bibit. Upaya ini mendukung pencapaian SDG 2 (Tanpa Kelaparan) dengan memastikan ketersediaan sumber pangan hewani yang berkelanjutan dan bermutu baik di tingkat rumah tangga.
Selain memastikan keberhasilan program pembibitan, kegiatan ini juga menjadi sarana edukasi berkelanjutan bagi masyarakat dalam hal manajemen pakan, biosekuriti, dan pemeliharaan ayam lokal unggul. Dengan peningkatan keterampilan dan pemahaman peternak, diharapkan terjadi peningkatan produktivitas dan keberlanjutan usaha peternakan skala kecil di Wedomartani. Melalui pendekatan partisipatif dan edukatif ini, kegiatan turut berkontribusi terhadap SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), karena mampu membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa melalui usaha peternakan mandiri yang berdaya saing.
Program pengembangan ayam KUB ini juga memiliki dampak sosial dan kesehatan masyarakat yang signifikan. Dengan tersedianya sumber protein hewani yang sehat dan terjangkau, diharapkan dapat membantu meningkatkan gizi keluarga serta mendukung kehidupan sehat dan sejahtera masyarakat, sejalan dengan SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera). Dalam beberapa bulan ke depan, ayam-ayam ini diperkirakan mulai memasuki masa produksi telur dan anakan, yang selanjutnya dapat dikembangkan sebagai bibit unggul baru untuk memperkuat ketahanan pangan lokal. Secara keseluruhan, kegiatan ini menjadi model pemberdayaan masyarakat yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan, kearifan lokal, dan tujuan pembangunan berkelanjutan di tingkat akar rumput.
Kontributor: Ardaning Nuriliani, Hendry Saragih, dan R. Rohmad Gunawan Hardono.












































