Pengabdian kepada Masyarakat
Semburat mendung datang perlahan
Hadirkan cemas di dalam sanubari
Meski hujan deras akhirnya mengguyur jalanan
Semangat pengabdian tetap jalan menuju Desa Wukirsari
Setelah penyampaian mengenai topik TOGA, kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan cara pemanenan mikroalga Spirulina yang telah dibudidayakan pada pertemuan sebelumnya. Dibantu oleh empat orang mahasiswa yaitu Tia Erfianti, Renata Adaranyssa Egistha Putri, Seisha Salsabila Rosandi, dan Abdurrahman Muhammad Fikri Rasdi, disampaikan proses pemanenan mikroalga yang dimulai dengan penyaringan, pengeringan, penghalusan (menjadi bubuk), dan pengemasan. Secara bersama-sama, peserta ibu-ibu PKK menyaring Spirulina dari beberapa galon kultur yang ada. Hasil yang telah saring kemudian dikeringkan dengan dijemur di bawah terik matahari atau menggunakan oven sehingga diperoleh bentuk lembaran kering. Bentuk ini dapat dikonsumsi langsung atau dapat juga dibuat menjadi bubuk menggunakan blender. Banyaknya produk yang diperoleh sangat tergantung dengan kepekatan atau banyaknya jumlah mikroalga dalam kultur. Semakin berwarna hijau pekat kebiruan maka akan diperoleh hasil yang lebih banyak. Dalam setiap sesi hari ini selalu dibarengi dengan diskusi dan tanya jawab dengan para peserta. Sesi kuis berhadiah doorprize dengan menjawab pertanyaan menjadikan suasana semakin ramai dan seru.
Selasa, 15/10, Tim Desa Mitra Kedungpoh bertemu dengan Lurah Kedungpoh dan Direktur Lumbung Mataraman Kedungpoh untuk menyampaikan progres pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat di kalurahan ini. Tim Desa Mitra diketuai oleh Dr. Hari Purwanto, MP. dengan anggota Dr. Bambang Retnoaji, M.Si., Ludmilla Fitri Untari, S.Si.,M.Sc., Dwi Umi Siswanti, S.Si.,M.Sc. dan Soenarwan Hery P., S.Si.,M.Kes. Tim ini mengangkat tema “Ekskalasi Potensi Agro-Eduwisata Berbasis Organik untuk Mewujudkan Desa Mandiri Sejahtera di Kalurahan Kedungpoh Kapanewon Nglipar, Gunungkidul”.
Program Desa Mitra ini telah berlangsung sejak Februari dan akan berakhir pada November 2024. Beberapa program yang dilaksanakan di kalurahan ini antara lain penyelenggaraan pelatihan pembuatan pupuk organik dari limbah peternakan; pelatihan pembuatan pestisida dan insektisida organik; pelatihan budidaya lebah madu; pelatihan budidaya ikan wader; dokumentasi serta konservasi tanaman dan serangga di Kedungpoh. Program-program ini digawangi oleh anggota Tim Desa Mitra yang dibantu oleh mahasiswa.
Sampai saat ini, hampir semua program telah terlaksana. Lurah Kedungpoh, Dwiyono, mengharapkan adanya kesinambungan program pendampingan potensi agro-eduwisata Kedungpoh ini oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Biologi UGM. Seperti diketahui, Kedungpoh telah didampingi oleh Tim Pengabdian Fakultas Biologi sejak 2019 dan secara bertahap mengalami kemajuan menuju desa mandiri sejahtera. Tim Pengabdian Fakultas Biologi tidak hanya membawa program dan pendanaan dari Fakultas Biologi UGM namun juga mengajak mitra CSR dari PT PLN Tbk UP3 Yogyakarta. Sinergi antara Program Desa Mitra dan program pengabdian CSR PT PLN mempercepat ekskalasi agro-eduwisata yang dicanangkan oleh pemerintah Kalurahan Kedungpoh.
“Kami telah menjalankan beberapa program sesuai rencana kami dengan beberapa mitra, mulai dari Kelompok Wanita Tani, Lumbung Mataraman, Kelompok Peternak Sapi sampai Kelompok Peternak lebah Madu Sari Alami”, ungkap Hari dalam laporan progres pengabdian masyarakat kepada Lurah Kedungpoh. “ Kami berharap Fakultas Biologi UGM terutama Tim Desa Mitra tidak berhenti sampai di sini, kami masih membutuhkan pendampingan Bapak dan Ibu sekalian,” kata Dwiyono, menanggapi laporan Ketua Tim Desa Mitra. ”Apalagi dengan budidaya krisan di greenhouse kami, ini hal baru bagi kami sehingga kami masih membutuhkan pendampingan Tim dari Fakultas Biologi UGM”, tukas Didik Purnomo menambahkan. Didik Purnomo adalah direktur Lumbung Mataraman Kedungpoh.
Ke depannya, seluruh program Tim Desa Mitra akan dilanjutkan oleh Tim Pengabdian Desa Mitra maupun stakeholder dari Kedungpoh baik dengan pendanaan UGM, CSR maupun pendanaan dana desa untuk mewujudkan Kedungpoh sebagai desa agro-eduwisata menuju desa mandiri sejahtera.
Kegiatan ini merupakan pelaksanaan SDGs 1 (Tanpa Kemiskinan), SDGs 2 (Tanpa Kelaparan), SDGs 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab) serta SDGs 17 (Kemitraan untuk mencapai Tujuan).(DUS)
Tagline:
# SDG 2: Tanpa Kelaparan
# SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
# SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.
Sabtu (19/10), Tim MBKM-Pkm Fakultas Biologi UGM mengunjungi Lumbung Mataraman Kedungpoh, Nglipar, Gunungkidul untuk melakukan panen perdana cabai rawit (Capsicum annuum L.) hasil budidaya secara organik dengan aplikasi biofertilizer. Tim MBKM-Pkm terdiri dari Rindha Amarsita, Fharsya Febrildha dan Siti Muyassaroh. Ketiganya merupakan mahasiswa Fakultas Biologi UGM angkatan 2021 dibawah bimbingan Ibu Dwi Umi Siswanti, S.Si., M.Sc.
Antraknosa adalah penyakit yang kerap menyerang tanaman cabai dan menyebabkan kerugian besar bagi petani. Tim MBKM-Pkm sejak Maret 2024 memberikan penyuluhan dan pendampingan budidaya cabai rawit anti antraknosa dengan pengaplikasian biofertilizer setiap sepuluh hari sekali. Penggunaan biofertilizer sebagai agen pencegah antraknosa selain efektif dan murah juga dimaksudkan untuk menjaga lingkungan tetap lestari (sustainable). Dwi menyampaikan kepada KWT Kedungpoh, “Penggunaan biofertilizer terbukti sangat efektif dalam meningkatkan ketahanan tanaman cabai terhadap serangan penyakit antraknosa. Selain itu, biofertilizer juga mampu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan nutrisi, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen”.
Selama pelaksanaan program ini, petani di Desa Kedungpoh mengalami peningkatan hasil panen hingga 25% dibandingkan dengan panen sebelumnya. Selain itu, kualitas buah cabai juga menjadi lebih baik, dengan tingkat serangan penyakit yang jauh lebih rendah. Tri selaku anggota KWT Kedungpoh menyampaikan, “Tanaman cabai yang dibudidayakan oleh Tim MBKM-Pkm bekerjasama dengan KWT Kedungpoh tidak terserang antraknosa”. Serangan antraknosa biasanya semakin menjadi ketika turun hujan, namun tanaman cabai di Lumbung Mataraman sampai saat ini tetap sehat dan terbebas antraknosa walau telah terguyur hujan beberapa kali. Aplikasi bioferilizer mmpunyai keunggulan ramah lingkungan, mampu meningkatkan produktivitas (hasil panen dan kualitas buah), murah dan mudah dibuat serta merupakan budidaya pertanian berkelanjutan.
Penyebarluasan penggunaan biofertilizer di Lumbung Mataraman Kedungpoh ini merupakan pelaksanaan dari SDGs-2 (Mengakhiri Kelaparan), SDGs-12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab), SDGs-17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). (DUS-RNLD)
Lumbung Mataraman Kedungpoh, Sabtu (19/10), Tim MBKM Penelitian Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada yang beranggotakan Ronald Wihan Pradana dan Tiffa Kusuma Dewi dibawah bimbingan Dwi Umi Siswanti, S.Si., M.Sc. menyampaikan hasil riset kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Kedungpoh serta Pembimbing Lapangan, Tri Wahyuni. Tim MBKM Penelitian ini mengungkap potensi biofertilizer dalam mengatasi residu insektisida anorganik pada lahan pertanian. Melalui penelitian skala lapang, tim peneliti berhasil membuktikan bahwa biofertilizer mampu menjadi solusi ramah lingkungan untuk meremediasi tanah yang tercemar seng (Zn) akibat penggunaan insektisida anorganik secara berlebihan pada tanaman cabai dan mencegah timbulnya penyakit antraknosa pada cabai.
Seng (Zn), meskipun merupakan unsur penting bagi pertumbuhan tanaman, namun dalam jumlah berlebihan dapat menjadi racun dan merusak ekosistem tanah. Mikroorganisme yang terkandung dalam biofertilizer memiliki kemampuan unik untuk mengikat, mendegradasi, dan mengubah bentuk seng menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi tanaman dan lingkungan. “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa aplikasi biofertilizer secara signifikan mampu menurunkan kadar seng dalam tanah hingga persentase penurunan 50%. Selain itu, penggunaan biofertilizer juga berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan tanaman cabai, kualitas buah, dan produktivitas secara keseluruhan”, ungkap Dwi dalam sesi pemaparan hasil riset MBKM Penelitian kepada anggota KWT Kedungpoh, Tri Wahyuni. Tri mengungkapkan, “Tanaman cabai yang ditanam oleh tim MBKM-Lit Fakultas Biologi UGM menunjukan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang jauh lebih baik setelah diberikan biofertilizer, terlihat dari tinggi tanaman yang lebih baik, daun lebih hijau dan jumlah buah yang lebih banyak dari tiap tegakan”.
Kegiatan penelitian Tim MBKM-Lit Lumbung Mataraman Kedungpoh dimulai sejak Februari 2024 hingga saat ini. Budidaya tanaman cabai rawit ( Capsicum annuum L.) mulai dari pembibitan, penyiapan lahan, pindah tanam, penyiraman, aplikasi insektisida anorganik, aplikasi biofertilizer sampai pengukuran parameter lingkungan dan fisiologis di lahan maupun di laboratorium serta analisis data dan pembuatan laporan. Hasil penelitian ini akan disampaikan pada acara Research Day, 13-15 November 2024. Tim Peneliti telah menyiapkan poster, video kegiatan dan contoh produk cabai yang ditanam dengan aplikasi di Lumbung Mataraman Kedungpoh. Selanjutnya Tim akan terus mengembangkan potensi biofertilizer ini bukan hanya sebagai pupuk dan penekan residu insektisa anorganik, namun juga agen pencegah serangan antraknosa pada tanaman cabai. Saat ini selain bekerjasama dengan Lumbung Mataraman Kedungpoh, Tim Peneliti juga bekerjasama dengan CSR PT PLN UP3 Yogyakarta.
Mengakhiri diskusi, Tim Peneliti mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama membangun pertanian yang lebih sehat dan lestari (sustainable) dengan memanfaatkan potensi biofertilizer. Kegiatan ini merujuk pada pangejawantahan SDGs-1 (Menghapus Kemiskinan), SDGs-2 (Mengatasi Kelaparan), SDGs-12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab), SDGs-15 (Menjaga Ekosistem Darat) dan SDGs-17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). (DUS_RNLD)