Civitas Akademika Universitas Gadjah Mada sekali lagi menorehkan prestasi sebagai Peneliti Terbaik (Best Researcher) Indofood Riset Nugraha 2021-2022 setelah sebelumnya predikat yang sama diraih pada tahun 2018. Nareta Defiani, mahasiswi dari Fakultas Biologi berhasil menjadi peneliti terpilih Program Indofood Riset Nugraha 2021-2022 dibawah bimbingan Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M. Agr. Sc. Penganugerahan peneliti terbaik dilaksanakan pada Kamis, 27 Oktober 2022 pukul 09.00 – 12.00 melalui channel Youtube Indofood Riset Nugraha. Peneliti terbaik dipilih karena dianggap memenuhi kriteria penilaian yang meliputi lima aspek yakni; pelaksanaan penelitian, mutu penelitian, teknik presentasi, penguasaan materi, dan sikap peneliti.
Sekilas tentang Indofood Riset Nugraha, IRN merupakan salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk. yang mulai digulirkan pada tahun 2006. Program IRN bertujuan untuk memberikan bantuan dana penelitian kepada para mahasiswa S1 dari Perguruan Tinggi seluruh Indonesia yang proposalnya telah dinyatakan lolos dalam tahapan seleksi dan berpartisipasi dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui penelitian pangan berbasis komoditas lokal dan sekaligus menghasilkan akademisi tangguh, khususnya peneliti-peneliti unggul muda di bidang pangan. Program IRN pada tahun 2021 mengangkat tema khusus “Penelitian milenial pangan fungsional berbasis potensi dan kearifan lokal pada era pandemi COVID-19”. Sesuai dengan tema yang diangkat, riset Nareta mengobservasi potensi mikroalga (Chlorella vulgaris) dan tanaman mata air (Azolla microphylla) sebagai sumber protein dalam pakan ayam alternatif yang dipersonalisasikan untuk ayam hibrida lokal hasil pemuliaan yang dilakukan oleh Gama Ayam, yaitu Golden Kamper.
Golden Kamper merupakan ayam dwiguna yang unggul secara kuantitas bobot dan kualitas fenotipnya. Sebagai pedaging, ayam kamper sudah bisa dipanen pada umur 49 hari, sedangkan lazimnya ayam pedaging lokal baru bisa dipanen pada umur 100 hari. Sementara itu, sebagai ayam petelur, kamper memiliki produksi telur yang sangat tinggi. Panen pertama sudah bisa dilakukan ketika ayam berumur 120 hari atau empat bulan. Produktivitas telur kamper tergolong tinggi, mencapai 140 telur per 300 hari. Namun, dalam praktiknya penggunaan pakan untuk ayam dwiguna masih didominasi oleh pakan broiler yang memiliki harga lebih tinggi (Rp. 10.500/kg) dibandingkan pakan ayam kampung (Rp. 6000/kg). Selain itu, penggunaan pakan broiler untuk Golden Kamper dirasa tidak efisien karena galur ayam kampung membutuhkan energi sebesar 2900kkal/kg sedangkan ayam broiler sebesar 3200kkal/kg. Kebutuhan protein ayam juga berbeda berdasarkan jenisnya, Golden Kamper yang difungsikan sebagai ayam petelur dan pedaging tentu saja membutuhkan protein yang lebih tinggi. Berdasarkan urgensi yang ada, Nareta menginisiasi penelitian terkait pengaruh pakan alternatif campuran mikroalga C. vulgaris dan tanaman air A. microphylla terhadap gen cGH dan PRL sebagai marka gen yang mengontrol pertumbuhan dan perkembangan.
Pengujian lebih lanjut yang dilakukan adalah uji proksimat, atau uji kandungan nutrisi pakan dari masing – masing perlakuan, yaitu: pakan broiler (A), pakan kampung (B), pakan campuran 10% (C), dan pakan campuran 5% (D). Kemudian, pakan diberikan secara ad libitum sebanyak 2 kali sehari dalam interval waktu 9 minggu. Nareta kemudian melakukan pengujian RT-qPCR menggunakan sampel jaringan yang telah diambil dari ayam pada masing-masing kelompok. Terbukti dari hasil yang didapatkan bahwa pemberian mikroalga dan tamanan mata air dapat menaikkan kandungan protein hingga 24% dan kalori hingga 2900kkal/kg. Setelah dilakukan perlakuan dalam jangka waktu 9 minggu kelompok C dapat menunjukkan performa pertumbuhan yang unggul, mulai dari kenaikan bobot yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok lainnya. Pemberian mikroalga dan tanaman mata air juga dapat menurunkan nilai FCR namun tetap menghasilkan persentase karkas >50% dan berbeda secara signifikan. Tidak hanya itu, hasil RT-qPCR menunjukkan bahwa penambahan bahan lokal tersebut dapat meningkatkan level gen cGH dan PRL dalam sitoplasma. Maka dari itu, formulasi pakan alternatif yang diinisasi dan diteliti oleh Nareta dapat menjadi kandidat pakan yang optimal untuk ayam hibrida maupun ayam dwiguna lainnya. “Semoga kedepannya penelitian tersebut dapat bermanfaat terutama untuk peternak lokal di sekitar saya.” ucap Nareta.
Setelah dinyatakan lolos pada September lalu, penerima IRN melakukan penandatanganan kontrak antara Peserta, Dosen Pembimbing dengan Ketua Program IRN. Kemudian dilakukan pelaporan dalam proses penelitian dalam logbook untuk dapat dipertanggungjawabkan pada saat monitoring dan evaluasi oleh Tim Panelis. Selama program IRN dilakukan audit dalam 2 tahap yakni tahap 1 dan tahap 2. Audit dilaksanakan untuk memastikan pelaksanaan berlangsung dengan baik dan peserta wajib mempresentasikan proses dan kemajuan penelitiannya di hadapan Tim Panelis. Audit tahap 1 telah dilaksanakan pada tanggal 23-26 Februari 2022 yang diikuti 62 peserta penerima hibah dana penelitian Indofood Riset Nugraha dari berbagai universitas di Indonesia. Audit tahap 2 dilaksanakan pada tanggal 8-12 Agustus 2022 yang diikuti 57 peserta IRN. “Saya sangat berterimakasih kepada auditor IRN, Prof. Dr. Ir. Budi Prasetyo Widyobroto, DESS, DEA dan Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MS yang telah memberikan banyak input dan feedback selama jalannya penelitian saya. Saya ingat betul masukan dari Prof. Bus dan Prof. Budi pada Audit tahap 1 bahwa semua data harus dijustifikasi dengan uji statistika agar tidak ada kebiasan yang terjadi. Mulai saat itu, saya tergerak untuk belajar lebih lanjut terkait uji-uji statistika dan validitas data. Karena dalam skripsi, data merupakan pembuktian jerih payah yang dilakukan oleh peneliti, sehingga harus disampaikan secara komprehensif pula.” tambah Nareta. [ND]