Temu Alumni Fakultas Biologi UGM, meningkatkan peran alumni menuju Asian University Networking

 

Meskipun berbeda angkatan,para alumni yang datang sarat dengan suasana keakraban. Para alumnidihibur dengan berbagai penampilan persembahan mahasiswa Fakultas Biologi, antara lain tari tradisional dan vocal group BEM Biologi UGM yang khusus mempersembahkan lagu untuk para alumni yang datang.
 
Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Retno Peni Sancayaningsih, M.Sc dalam sambutannya mengharapkan seluruh alumni Fakultas Biologi UGM yang tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai keberhasilan yang dicapai, dapat memberi masukan untuk mendukung Fakultas Biologi menuju Asian University Networking dan menjadikan Fakultas Biologi UGM semakin menjadi lebih baik. Pada acara tersebut juga diadakan peluncuran buku sejarah Fakultas Biologi UGM yang merangkum jejak langkah perjalanan panjang Fakultas Biologi UGM, dari mulai lahir, tumbuh dan berkembang hingga saat ini.

Biologi Persembahkan Stand Terbaik Fakultas di Research Week 2010

“Kami tidak menyangka akan kembali meraih juara pertama”, ungkap Zuliyati Rohmah, M.Si selaku koordinator pameran dari Fakultas Biologi UGM tahun ini. Tahun lalu, penilaian stan terbaik didasarkan pada polling kepuasan pengunjung. Namun tahun ini dasar penilaiannya tidak lagi berdasarkan polling tersebut.

Pada tahun ini Fakultas Biologi menampilkan beberapa karya hasil penelitian baik penelitian dosen maupun mahasiswa. “Karena banyaknya poster yang ingin ditampilkan, kami berusaha menggilir poster-poster tersebut untuk dipasang, sehingga tidak sekaligus”, demikian ungkap Ludmilla Fitri Untari, M.Si. selaku penanggungjawab isi pameran. Selain itu dilakukan pula penggiliran penampilan preparat, baik preparat basah maupun kering. Mahasiswa yang bertugas sebagai customer service (CS) yang terdiri dari mahasiswa anggota kelompok studi juga berusaha menggilir hewan yang dijadikan model dalam stan pameran. Contohnya Kelompok Studi Herpetologi yang menampilkan reptil dan amfibi seperti ular, kura-kura, kadal, dan lain-lain. Pengunjung terutama remaja cukup banyak yang ingin ikut berfoto dengan ular dan kadal. Ini merupakan daya tarik tersendiri bagi stan Fakultas Biologi.

Fakultas Biologi juga menampilkan beberapa produk penelitian. GAMA Melon yang merupakan hasil penelitian tim Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. dengan KP4 juga mendapat tanggapan yang sangat antusias dari pengunjung pameran. Sebanyak seribu buah melon berhasil terjual dalam waktu 3 hari di stand Fakultas Biologi. Selain GAMA Melon, tampil pula Kripik Ulva, sebagai hasil karya penelitian mahasiswa dalam ajang PKM 2010. Kripik Ulva juga terjual laris dan cukup mendapat apresiasi yang baik dari pengunjung. Kripik Ulva banyak terjual karena keunikannya dan kebaruannya sehingga banyak pengunjung yang tertarik untuk tidak sekedar mencicipi, namun juga membelinya.

Selain beberapa unsur penarik minat pengunjung tadi, stan Fakultas Biologi juga menyediakan buku tamu berhadiah. Lembar pesan dan kesan yang telah diisi oleh pengunjung akan dikumpulkan di kotak tertentu dan diundi di akhir pameran. Pengunjung yang beruntung akan memperoleh hadiah menarik, mulai dari souvenir UGM, bibit anggrek, tanaman hias dalam pot, hingga kumpulan VCD ilmu pengetahuan.

Selain itu, keramahan dan penyambutan yang baik dari para customer service stan Fakultas Biologi juga mendukung para pengunjung untuk mampir ke stan terbaik ini. “Walaupun letih, kami cukup gembira menjaga stan. Hal itu karena stan kita jarang sekali sepi dan bahkan pada jam-jam tertentu kami kesulitan menangani karena terlalu ramai”, ungkap Aswi, salah satu mahasiswa customer service yang setia menjaga stan Fakultas Biologi.

Kali ini, Fakultas Biologi kembali mengukir prestasi dalam Research Week 2010. Prestasi ini adalah prestasi bersama yang diraih oleh para dosen dan mahasiswa yang mempersembahkan penelitian, baik penelitian dasar maupun terapan, sebagai dasar pengabdian kepada masyarakat dan dedikasi bagi almamater tercinta. Semoga satu keberhasilan kecil ini dapat menjadi penyulut api semangat bagi civitas akademika Fakultas Biologi untuk mengukir prestasi berikutnya. Jayalah Fakultas Biologi, berkembanglah, buktikan dan baktikan… 

Pelatihan Pra S-2 dan S-3: dari Ruang Kelas hingga Trip Wanagama, Krakal, dan Sundak

Pelatihan yang terselenggara sebagai salah satu aktivitas Proyek I-MHERE tersebut telah diikuti oleh 77 peserta yang terdiri dari perwakilan instansi akademik maupun pemerintah dalam lingkup Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelatihan dilaksanakan di Ruang Sidang Bawah Gedung KPTU Fakultas Biologi UGM untuk sesi klasikal dan di Wanagama, Gunung Kidul untuk sesi kuliah lapangan.

Pada hari pertama, peserta mendapatkan sambutan hangat dari Dekan Fakultas Biologi dan Ketua Program Pascasarjana Fakultas Biologi, Dr. Suwarno Hadisusanto. Selanjutnya pada dua hari pertama pelatihan, 77 peserta yang hadir mendapatkan enam materi klasikal mulai dari biokimia, biologi sel dan genetika molekular, mikrobiologi, struktur perkembangan hewan dan tumbuhan, ekologi dan konservasi, serta biosistematik hewan dan tumbuhan. Peserta yang mayoritas guru biologi tersebut merasa mendapatkan refresh keilmuan dan beberapa diantaranya merasa tertantang untuk meng-update keilmuannya karena merasa tertinggal dengan sebagian materi yang disampaikan, terutama dari kajian biologi sel dan genetika molekular.

“ Saya merasa senang mengikuti pelatihan ini”, demikian tanggapan Ibu Asta Puji Utama, guru SMA 1 Piyungan Bantul mengenai pelatihan yang telah diikuti. “Kalau di UNY dulu kan saya lebih banyak mendapatkan mengenai teknik-teknik penyamapaian materi biologi, namun kalau di sini saya mendapatkan lebih banyak refresh mengenai ilmu biologi itu sendiri, juga update ilmu, terutama mengenai bioteknologi. Pelatihan ini sangat bagus untuk meng-upgrade kemampuan guru biologi”, demikian lanjutnya. Lain halnya dengan Bapak Tugur Wiranto, seorang guru SMA Bambanglipuro. Bapak Tugur juga merasa senang bisa mengikuti pelatihan tersebut dan berharap pelatihan-pelatihan semacam bisa terus diselenggarakan untuk membantu memantapkan pilihan dan keputusan seseorang untuk melakukan studi lanjut (pascasarjana). Namun beliau juga memberikan masukan agar ke depannya pelatihan serupa dapat lebih ditekankan mengenai guna dari keilmuan biologi itu sendiri, atau contoh-contoh di tataran praksisnya sehingga dapat lebih mendukung program-program pemerintah yang ada.

Pada hari ketiga pagi, peserta diajak untuk menjelajahi hutan Wanagama sembari berdiskusi mengenai potensi sumber daya alam hutan Wanagama. Lalu pada siang harinya peserta mengunjungi Pantai Krakal dan Pantai Sundak sebagai bagian dari kuliah lapangan yang diselenggarakan.

Dari pelatihan yang telah dilaksanakan diharapkan peserta lebih mendapatkan gambaran mengenai pemilihan minat, topik penelitian dan beban yang akan ditempuh selama masa studi di Fakultas Biologi UGM. Dari gambaran tersebut peserta diharapkan selanjutnya bisa mulai merencanakan studi lanjutnya di Pascasarjana Biologi UGM.

Kripik ‘Gangang Ulva’ ala Mahasiswa Biologi UGM

Tumbuhan ini sering dijumpai di pantai selatan Jawa. Bentuknya berupa lembaran yang berwarna hijau. Di Yogyakarta, ganggang ulva cukup melimpah dan banyak dijumapai di pantai Kukup, Grono, Sundak, Krakal dan Wediombo.

 

Berawal dari kegiatan program kreativitas mahasiswa, Shinta bersama teman-temannya meneliti ganggang ini. Mereka kemudian mengajak masyarakat nelayan yang hidup di sekitar pantai Kukup untuk mengolah gangang ulva menjadi kripik. Sesuai dengan namanya, kripik olahan ini pun dinamakan ‘kripik Ulva’.

“Kripik Ulva sebagai inovasi olahan makanan berupa kripik dengan bahan dasar ulva. Hal ini dilatar belakangi dari fakta inovasi yang telah dikembangkan oleh Negara Jepang, yang telah mengolah Ulva sebagai pembungkus makanan sejenis lemper,” kata Shinta ditemui di sela-sela pameran penelitian “Research Week” di Grha Sabha Pramana, Rabu (14/7).

Berdasarkan hasil penelitian Shinta, kandungan gizi dari keripik ulva berupal mineral 2,59 persen, serat 11,5 persen, dan protein 4, 88 persen.

Pengolahan ganggang ulva jadi keripik dengan menggandeng kelompok usaha bersama masyarakat Forum Mitra Bahari yang berlokasi di areal pantai Kukup, kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul. Pemanfaatan ganggan ulva tentunya memberikan tambahan kesejahteraan bagi masyarakat nelayan yang tinggal di sekitar pantai. Saat ini, untuk ganggang ulva mentah dijual Rp 20.000,00 per kg, sedangkan dalam bentuk keripik dijual Rp 60.000,00 per kg.

“Untuk ukuran bungkusan kecil 40 gram, kita jual Rp 3.000,00,” katanya.

Dihubungi secara terpisah, Dosen biologi UGM Ludmila Fitri Untari, M.Sc, menuturkan makanan ganggang ulva memang berkhasiat untuk anti kanker dan bio anti helmintika (obat cacing alami). “Selama ini belum dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan alernatif. Di Negara lain seperti di Jepang , China dan Filipina sudah digunakan sebagai salad sayur,” kata Untari.

Meski sudah mengajak masyarakat untuk membudidayakan ganggang ulva, menurut Untari masih menyisakan sedikit masalah. Salah satunya, masyarakat yang belum tahu cara memanen ganggang ini dengan cara mencungkil. “Mereka memanen seperti mencabut tanaman kacang saja, cabut hingga ke akarnya, akibatnya ganggang tidak tumbuh lagi. Seharusnya dipotong saja untuk disisakan beberapa cm saja agar bisa tumbuh lagi,” kata pakar Fikologi ini.