Rilis Berita
Target yang diharapkan dari kegiatan internship ini adalah tersusunnya kerangka kerjasama khususnya untuk bidang akademik, antara UGM dengan perguruan tinggi mitra. Dengan Institute of Biology Leiden University, telah direncanakan kerjasama dalam pengembangan matakuliah di Fakultas Biologi yang membekali mahasiswa dengan kemampuan dan ketrampilan untuk merancang dan menjalankan riset di bidang biologi (General Research Skill), seperti halnya yang sudah diterapkan di sana. Selain itu juga dirancang rencana kunjungan technical assistance (TA) dalam rangka berbagi pengalaman pembelajaran dan riset pada pengembangan kurikulum semi-blok untuk program sarjana dan efisiensi dan reorganisasi laboratorium.
Indonesia tidak memiliki kerjasama diplomatik dengan Taiwan, sehingga kekhawatiran ketika mahasiswa Indonesia bersekolah di sana adalah sulitnya prosedur perijinan masuk ke negara tersebut. Namun dari perbincangan yang dilakukan para dosen yang melaksanakan internship ke College of Bioresources and Agriculture National Taiwan University (NTU) jelas menunjukkan hal tersebut bukanlah masalah. Salah satu kelebihan dari studi di NTU dibandingkan dengan di negara lain adalah lokasinya yang relatif dekat dengan Indonesia dan biayanya yang cukup terjangkau. Sehingga bahkan saat ini di NTU dapat dijumpai banyak pelajar yang datang dari Indonesia. Dalam kunjungan dosen fakultas Biologi UGM ke NTU juga dibahas lebih lanjut mengenai rencana kerjasama yang akan dilaksanakan.
Pada intership ke School of Environment and Life Sciences Charles Darwin University, dilaksanakan Four Party Strategic Planning Workshop yang diikuti oleh empat universitas yaitu Charles Darwin University, Universitas Gadjah Mada, Universitas Nusa Cendana (UNDANA), dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Mula-mula masing-masing universitas saling memperkenalkan diri dan mempresentasikan visi misi serta fasilitas yang dimiliki, sehingga dapat dibuat peta potensi masing-masing universitas yang dapat dikembangkan menjadi peluang kerjasama.
Kerjasama dengan SELS CDU untuk bidang akademik telah terwujud dengan adanya technical and financial support terhadap dua orang staf Fakultas Biologi UGM yang pada bulan Desember 2009 berangkat ke SELS CDU untuk memulai studi master (untuk Rury Eprilurahman, S.Si.) dan doctor (Dra. Tuty Arisuryanti, M.Sc.). Sedangkan untuk bidang riset, UGM dan CDU akan mengadakan fieldwork berupa riset dengan tema inventarisasi dan penggalian potensi keanekaragaman hayati di wilayah Indonesia timur. Fieldwork ini direncanakan untuk dapat memfasilitasi mahasiswa Fakultas Biologi UGm dalam menempuh skripsi.
Diseminasi kegiatan internship dosen ke perguruan tinggi mitra di luar negeri ini diharapkan menjadi pintu gerbang awal kerjasama Fakulltas Biologi UGM dengan perguruan tinggi mitra, sehingga daapt mendukung keberlanjutan pengembangan program studi menuju kelas internasional.
Topik tersebut dibahas dalam Workshop on International Publication Writing yang diselenggarakan 9 Juni 2010 di Ruang Sidang Bawah Fakultas Biologi UGM tersebut. Workshop tersebut diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian I-MHERE Project Sub Aktivitas 1.1.2 dan diikuti oleh para dosen dan mahasiswa Pascasarjana Biologi UGM sebagai peserta. Hadir sebagai pembicara pada acara tersebut, Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. (Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM) dan Dr. Ir. Intan Ahmad (Dekan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung). Kedua pembicara tersebut berusaha memotivasi hingga membagi trik-trik berdasarkan teori dan pengalamannya agar peserta dapat menulis dan mencoba memublikasikan hasil penelitiannya ke jurnal internasional.
“Satu hal yang terpenting dalam menulis jurnal adalah menghilangkan dahulu mental barrier dalam diri kita, yang menyebabkan kita selalu merasa sulit untuk melakukannya, bahkan sebelum mencoba”, demikian papar Dr. Ir. Intan Ahmad, yang biasa menjadi reviewer jurnal internasional, memotivasi peserta. Menurut beliau, menulis jurnal penelitian merupakan tanggung jawab pribadi seorang peneliti dalam berkontribusi pada ilmu pengetahuan, yang secara efek juga akan mengangkat nama institusi terkait selain berkontribusi pada pergaulan masyarakat ilmiah internasional. Menulis jurnal internasional tentunya juga akan menunjang karir kerja seorang akademisi, namun hendaknya hal itu lebih baik dianggap sebagai side positive effect saja, dan bukan motivasi utama dalam menulis jurnal internasional. Sedangkan kesadaran akan tanggung jawab diri dan peer pressure, atau tekanan / motivasi dari kolega atau teman kerja yang sebidang adalah faktor yang dapat sangat memengaruhi semangat seseorang untuk mem-publish penelitiannya. “Menulis adalah skill, sehingga tidak semua orang dapat melakukannya dengan baik tanpa latihan yang keras”, demikian Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. memaparkan. Mengemas hasil penelitian kita dalam bahasa Inggris dengan sistematis, rapi, ilmiah, dan mudah dipahami terkadang memerlukan sentuhan seni tersendiri. Kedua pembicara workshop juga sangat menekankan agar peserta berani mencoba terlebih dahulu untuk menulis dan men-submit tulisannya, serta mengesampingkan dahulu rasa “takut ditolak”. Seseorang taakan pernah tau kemampuannya sebelum mencoba. Sedangkan menulis adalah skill sehingga merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan dapat berhasil dengan latihan yang keras dan semangat untuk berani mencoba.
Workshop penulisan publikasi internasional ini ternyata cukup memotivasi dan menggairahkan peserta untuk menulis dan merancang rencana publikasi. Hal tersebut disampaikan oleh beberapa peserta seusai berlangsungnya acara. Semoga workshop kali ini akan menghasilkan ledakan semangat positif bagi seluruh peserta yang hadir. Dan dengan banyaknya publikasi jurnal internasional kita juga dapat lebih mengangkat nama UGM dalam pergaulan masyarakat ilmiah internasional.
Seminar proposal yang digelar di Ruang Sidang Bawah Fakultas Biologi UGM, Kamis (3 Juni 2010) siang ini merupakan salah satu dari rangkaian Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency Project (I-MHERE Project). Seminar ini menghadirkan enam kelompok peneliti yang telah diumumkan sebelumnya sebagai pemenang dari hibah penelitian I-MHERE tahun 2010. Keenam kelompok peneliti tersebut merupakan kolaborasi dari pihak akademisi (UGM, UNHAS, UNLAM, UNCEN, Instiper Yogyakarta), Taman Nasional Purwodadi, Taman Nasional Bali Barat, serta pihak BKSDA (Kalsel, Papua, dan Sulsel). Dalam rangkaian acara seminar proposal ini dilaksanakan pula agenda penandatanganan kontrak, sebagai pertanda telah dimulainya periode penelitian. Keenam penelitian yang akan dilaksanakan ini mengambil obyek utama berupa tanaman anggrek, mulai dari eksplorasi jenis, studi mengenai fenotip dan genotip, bioteknologi, faktor fisiologis,desain konservasi, hingga studi mengenai virus penyebab penyakit tanaman anggrek.
Sekelompok anak muda tersebut yang diprakarsai oleh Rio Winanda Tandjung (Alumnus Teknik Nuklir UGM), Ida Bagus Gede Dwidasmara (Alumnus Ilmu Komputer UGM), Saevul Amri (Mahasiswa Biologi UGM), Hanni Puspita (Mahasiswa MIPA UGM), Sutarman (Alumnus Kedokteran Umum UGM), Agung Baskoro (Mahasiswa Fisipol UGM), dan Aspian Noor (Mahasiswa Geografi UGM) berkomitmen akan selalu mengup-date isi pelajaran tersebut setiap bulan disertai dengan informasi pendidikan, seperti informasi beasiswa dan lomba. Hampir semua jenis handphone dapat digunakan, termasuk berbagai merk handphone China. Inovasi dan up-date-an materi pelajaran tersebut juga diberikan gratis kepada seluruh siswa dan guru se-Indonesia sebagai sumbangsih kepada kemajuan pendidikan Indonesia.
Dengan adanya inovasi pembelajaran mobile (mobile learning) tersebut, siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan handphone kesayangannya sehingga jam belajar siswa dapat ditingkatkan. Bagi guru, inovasi tersebut dapat membantu guru untuk menjalankan peran sejati seorang guru yaitu mendidik siswa menjadi seseorang yang cerdas dan berakhlak mulia karena dengan adanya inovasi tersebut, maka waktu untuk catat mencatat pelajaran dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan untuk penyampaian pemahaman, value-value pelajaran, dan nilai-nilai moral. Selain itu, Inovasi tersebut juga dapat membantu upaya pemerintah dalam menciptakan pendidikan berkualitas dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Dalam karya tulis ini dibahas mengenai upaya pembenahan bidang pertanian Indonesia untuk menghadapi perdagangan bebas ( China-ASEAN Free Trade Agreement ).Konsekuensi keberadaan CAFTA tidak bisa dipungkiri memiliki efek penting. Indonesia akan dibanjiri barang dagang dari ASEAN dan China, terjadi kompetisi produk lokal dan impor yang akan berefek terhadap iklim ekonomi para pengusaha Indonesia. Banyak pengusaha Indonesia yang belum siap menghadapi konsekuensi tersebut, sehingga diperlukan pembenahan berbagai sektor untuk menunjang perdagangan Indonesia, salah satunya pertanian. Saat ini, kondisi pertanian Indonesia menunjukkan bahwa negeri ini belum memiliki kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan produk pertanian. Terjadi kesenjangan, peningkatan konsumsi yang tidak diimbangi peningkatan produksi. Terutama dalam pemenuhan tanaman holtikultura seperti kedelai, cabai, melon dan berbagai jenis holtikultur lain sebagai bahan pangan pokok. Sedangkan, negara ASEAN dan China sudah mulai menggeliat untuk meningkatkan bidang pertaniannya, bahkan telah sukses mengekspor produknya ke Indonesia. Indonesia akan selalu menjadi negara konsumtif dan sangat bergantung pada benih impor bila tidak segera melakukan langkah strategis dan konkret untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi solutif dengan meningkatkan tingkat keberhasilan produktivitas pertanian. Salah satunya dengan menyediakan benih bermutu sebagai subsistem praproduksi. Usaha agribisnis benih perlu ditingkatkan dan dioptimalkan, karena nilai produksi dan panen tanaman sangat bergantung pada harga dan ketersediaan benih.
Dengan cara mengimplementasikan dan mengoptimalkan upaya pemuliaan tanaman dengan tepat, terencana, sistematis dan sustainable yang didukung dan dilaksanakan oleh berbagai elemen masyarakat(pemerintah, peneliti dan petani) secara sinergis diyakini mampu meningkatkan usaha agribisnis benih. Pemuliaan tanaman merupakan upaya perbaikan genetika tanaman untuk mendapatkan varietas unggul baru atau mempertahankan keunggulan suatu varietas yang sudah ada. Setelah didapatkan calon benih unggul atau pun benih yang telah ada, kemudian dilepas kepada masyarakat (khususnya petani) untuk dapat diproduksi dan dikembangkan dengan dukungan dan pembinaan penuh dari pemulia/peneliti dan pemerintah. Konsistensi dan kerja keras upaya dari hulu ke hilir dalam usaha agribisnis benih sangat perlu untuk mencegah penurunan nilai produktivitasnya.
Bentuk pemuliaan tanaman yang terdiri dari persilangan, kultur jaringan, dan ploipodisasi dapat diterapkan, namun untuk tahapnya diperlukan sebuah siklus yang harus dilakukan secara tepat guna dan sustainable. Siklus tersebut terdiri dari koleksi, karakterisasi, perakitan ( seleksi dan persilangan), pelepasan varietas dan perlindungan varietas tanaman. Tahap pertama, koleksi dapat dikatakan sebagai penyedia bank plasma nutfah. Koleksi berupa data varietas lokal maupun impor yang dituang dalam database berisi karakter fenotip maupun genotip varietas tanaman. Data tersebut dapat diakses melalui internet sebagai ketersediaan sumber gen. Perlu penerapan ilmu bioinformatika dalam hal ini. Kemudian dilakukan karakterisasi untuk mengidentifikasi karakteristik genotip maupun fenotip varietas tanaman yang dikoleksi sehingga dapat diketahui sifat unggul. Koleksi dan karakterisasi memiliki hubungan timbal balik karena dengan proses karakterisasi dapat didapatkan deskripsi untuk pendataan selanjutnya dalam plasma nutfah (koleksi). Istilahnya, dilakukan pengecekan gen di dalam varietas tanaman yang dikoleksi. Kemudian dilakukan proses perakitan yang terdiri dari 2 komponen yang terdiri dari seleksi dan persilangan. Seleksi merupakan pemilihan varietas tanaman yang nantinya dijadikan parental untuk persilangan tanaman. Varietas tanaman terpilih diambil dari data deskriptif berdasar tahap koleksi dan karakterisasi sehingga parentalnya jelas dan dapat dilakukan persilangan untuk mendapatkan benih yang diinginkan. Setelah melewati tahap perakitan tersebut kemudian dilakukan tahap pelepasan varietas yang nantinya dilakukan perbanyakan benih. Benih tersebut harus lolos uji sertifikasi. Benih lolos uji harus mempunyai persyaratan BUSS (Baru, Unggul, Stabil, dan Seragam). Setelah itu dilakukan tahap perlindungan varietas. Hak perlindungan varietas tanaman diatur dalam UU.No.29 tahun 2000 yang memberikan perlindungan dan hak khusus bagi pelaku riset pemuliaan. Sehingga, pemulia tanaman akan terus bersaing dan aktif untuk menghasilkan varietas dengan mutu lebih tinggi dan harga kompetitif. Pelepasan varietas memiliki hubungan timbale balik dan sinergis dengan tahap koleksi untuk dapat mengontrol produksi dan pemanfaatan benih yang akan dipasarkan ke ma
syarakat. Kelima tahapan tersebut harus dilaksanakan secara sistematis dan diterapkan oleh berbagai pihak yang terlibat (peneliti, pemerintah, dan petani) secara sinergis. Produk hasil pemuliaan tanaman tersebut kemudian diproduksi dengan melakukan hubungan simbiosis mutualisme antara perusahaan benih di Indonesia dan plasma benih khususnya petani. Sehingga harga dan keuntungan yang didapatkan dapat disesuaikan dengan kondisi pasar. Diharapkan harga benih tidak lebih mahal dari harga benih impor. Sehingga petani akan lebih memilih menggunakan benih lokal. Untuk jangka pendek, benih yang dipasarkan berasal dari benih yang memang telah lolos uji sertifikasi kemudian ditingkatkan nilai produktivitasnya dengan memberikan bimbingan pada daerah sentra produksi benih oleh pemerintah dan peneliti. Sedangkan untuk keberlangsungan usaha agribisnis jangka panjang, kelima tahap pemuliaan tersebut benar benar harus dilakukan dengan kerja keras, tepat guna, dan sustainable oleh pihak yang terlibat secara sinergis. Sehingga, Indonesia perlahan tapi pasti akan menjadi bangsa yang mandiri untuk memenuhi kebutuhan produk pertaniannya.
Dr. Aziz Purwantoro, M.Sc., staf pengajar Fakultas Pertanian UGM, mengatakan studi tentang anggrek tropis, baik dari aspek biologi maupun ekologinya, menjadi sangat penting untuk mendukung usaha konservasi anggrek. Informasi tersebut berguna untuk mendesain langkah konservasi yang akan diambil, juga untuk mengetahui daerah yang cocok untuk tumbuhnya spesies ini.
Dari kajian yang dilakukan, ditemukan fakta bahwa anggrek dapat digunakan sebagai indikator dasar penanda sebuah ekositem dalam keadaan sehat. “Hal ini dikarenakan tanaman anggrek hanya dapat tumbuh di lingkungan yang kondusif. Namun demikian, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai hal itu,” katanya dalam Workshop on Writing EfSD Based on Research Proposal on Tropical Biodiversity yang digelar di Fakultas Biologi UGM, Senin (3/5).
Dr. Yao Chien Alex Chang, staf pengajar pada Department of Holticulture, National Taiwan University (NTU), dalam kesempatan tersebut membagi informasi tentang pengembangan riset dan industri anggrek di Taiwan. Yao Chien mengatakan anggrek merupakan penyumbang pendapatan negara dan menjadi salah satu komoditas ekspor andalan di Taiwan. “Anggrek memiliki variasi yang cukup banyak, baik warna maupun ukuran. Di samping itu, bunga ini mekar dalam waktu yang panjang, tiga bulan, dengan syarat adanya pemberian nutrisi yang cukup dan juga mampu bertahan dalam perjalanan yang panjang (ekspor). Kondisi inilah yang menjadikan industri bisnis anggrek semakin digemari sehingga bisa menjadi penyumbang pendapatan di Taiwan,” jelasnya.
Ditambahkan Yao Chien, dilihat dari kacamata bisnis, anggrek memiliki prospek yang cukup cerah dan diprediksikan industri ini akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai jalan dilakukan oleh sejumlah pihak di Taiwan guna menghasilkan jenis anggrek yang berkualitas, seperti melakukan program pemuliaan anggrek dengan intensif, memproduksi secara massal, dan membangun rumah kaca yang berkualitas. Untuk saat ini, Taiwan menjadi satu-satunya negara pengekspor anggrek terbesar ke Amerika, selanjutnya diikuti oleh Nederland dan Thailand.
Dalam kesempatan terpisah, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., staf pengajar Fakultas Biologi UGM, menyebutkan workshop kali ini merupakan bagian dari Indonesian Managing Higher Education for Relevance and Eficiency (I-MHERE) yang didanai oleh Bank Dunia. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan relevansi bagi perguruan tinggi yang unggul. UGM, lanjutnya, adalah salah satu perguruan tinggi yang mendapatkan hibah tersebut selain ITB, UI, Unair, dan Unibraw. Dituturkan Budi, untuk UGM, hanya tiga fakultas yang mendapatkan proyek I-MHERE, yakni Fakultas Biologi, Farmasi, dan Pertanian.
Saat disinggung tentang kondisi anggrek di Indonesia, Budi memaparkan pandangannya. Menurutnya, Indonesia memiliki keanekaragaman jenis anggrek tropis yang cukup banyak. Namun sangat disayangkan, usaha pelestarian terhadap tanaman yang ditetapkan sebagai puspa pesona nusantara ini masih sangat rendah. “Memang upaya pengembangan telah dilakukan, akan tetapi baru sampai pada tahap budidaya, sedangkan untuk pelestariannya masih sangat minim. Apabila tidak ada pihak yang benar-benar fokus melakukan konservasi, maka anggrek di Indonesia bisa tidak terselamatkan. Apalagi ditambah dengan maraknya kegiatan illegal loging, kebakaran hutan, dan perubahan iklim akan semakin mempercepat punahnya spesies ini,” tambahnya.
Atas dasar fenomena tersebut, Fakultas Biologi UGM bekerja sama dengan berbagai pihak, antara lain, sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, lembaga penelitian, dan instansi pemerintah untuk melakukan riset terhadap tanaman anggrek. Fakultas Biologi berusaha untuk menjadi center of excellent bagi pelestarian tanaman anggrek di wilayah tropis. Berbagai upaya yang telah dikembangkan, antara lain, identifikasi anggrek, budidaya, kultur jaringan tumbuhan, persilangan anggrek lokal, dan membuat tanaman transgenik anggrek.
Fakultas Biologi UGM sebelumnya telah mendapatkan nilai akreditasi A dari BAN-PT. Sekarang, berdasarkan surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi no. 049/BAN-PT?Ak-XII/S1/III/2010, Fakultas Biologi kembali memperoleh nilai Akreditasi A.
Dalam surat yang tertanggal 19 Maret 2010 tersebut, Fakultas Biologi UGM memperoleh nilai 381 dari nilai penuh 400. Nilai ini dikategorikan sangat baik (A) dalam sistem akreditasi. Usaha-usaha dalam mencapai nilai tersebut memang tidak mudah, seluruh komponen dalam Fakultas Biologi ikut terlibat sehingga bersinergi dan menghasilkan nilai yang tinggi. Akreditasi tersebut diberikan selama 5 tahun hingga tanggal 19 Maret 2015. Diharapkan dengan nilai ini tidak membuat Fakultas Biologi terlena, namun malah menjadi pemacu kinerja sehingga akreditasi berikutnya akan jauh lebih baik.
Prosesi wisuda dimulai pada pukul 13.00 diawali dengan masuknya wisudawan/ti menuju tempat yang telah disediakan lalu dibuka dengan paduan suara Fakultas Biologi yang membawakan Hymne UGM dan Mars Fakultas Biologi. Acara utamanya diantaranya pidato pembukaan oleh Dr. Retno Peni Sancayaningsih, M.Sc sebagai Dekan Fakultas Biologi UGM, sambutan dari perwakilan sarjana baru yaitu saudara R. Hanindyo Adi Prabowo S.Si yang pada hari itu merupakan satu-satunya wisudawan, dilanjutkan oleh sambutan dari perwakilan orang tua Sarjana Baru yaitu Bapak Imam yang merupakan ayahanda dari wisudawati Wiwit Pribowati S.Si, lalu sambutan kembali dari perwakilan KABIOGAMA yaitu Dr. Suwarno Hadisusanto, S.U. dan sambutan pun diakhiri oleh saudara Fajar Sofyantoro yang merupakan perwakilan dari mahasiswa. Prosesi penyambutan dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan dari wisudawan/ti pada staff akademik, lalu ditutup dengan doa oleh Bapak Sukirno, M.Sc. Proses berakhir dengan penutupan sidang wisuda oleh Dekan Fakultas Biologi UGM pada pukul 14.45 WIB.
Mereka yang hari itu resmi menyandang gelar akademik berjumlah 30 orang. Mereka- mereka yang terbaik dalam wisuda ini diantaranya adalah Wiwit Probowati S.Si dan Estiyani Indraningsih S.Si yang lulus dengan predikat cum laude. Sedangkan 28 wisudawan/ti lainnya lulus dengan predikat Sangat Memuaskan dan Memuaskan
Dalam sambutannya, Dekan menyebutkan bahwa Fakultas Biologi telah mencetak 3674 alumni dari sekitar 120 ribu alumni yang telah dicetak oleh UGM dan beliau pun menyebutkan hasil survey webometric dan UGM pun kini menempati peringkat 10 diantara universitas di Asia Tenggara dan Peringkat Pertama di Indonesia. Pada wisuda kali ini pun terjadi peningkatan rata-rata IPK dari 3,07 menjadi 3,21. Pada sambutan itu, Dekan berharap, dengan bekal yang telah diterima alumni mampu untuk melatih dan mengembangkan hard skill dan soft skill ke dalam dunia kerja. Beliau juga mengharapkan agar alumni Fakultas Biologi UGM senantiasa mengharumkan almamater dan selalu menjalin komunikasi dengan pihak fakultas agar tali silaturahhim tetap terjaga
Dr. Suwarno Hadisusanto, S.U selaku ketua KABIOGAMA, dalam sambutannya beliau mengingatkan wisudawan/ti bahwa perjalanan masih panjang dan belum saatnya untuk puas diri. Selebihnya Beliau mengucapkan selamat kepada para wisudawan/ti atas keberhasilan yang telah dicapai.
ujuan diadakannya out-bound adalah untuk mempersatukan visi, menjalin kebersamaan dan sinergi antar unit, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Sebanyak 120 peserta out-bound, hadir juga para dosen yang telah purna tugas menikmati serunya game dan merasakan kebersamaan dengan seluruh warga Fakultas. Suasana santai tercipta secara alami, menyatu dengan lingkungan hutan yang asri di Wanagama. Hujan yang mengguyur sehari sebelum pelaksanaan pelatihan, menambah sejuknya udara, sehingga menghilangkan rasa malas untuk bangun jam 5 pagi bersenam bersama, menghirup oksigen sepuasnya untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Beberapa aktivitas melepas balon dan game mengingatkan kita semua terhadap masa bahagia di waktu kecil, perilaku-perilaku sewaktu game mendapat pemaknaan yang segar untuk diingat dan membuat tertawa bersama. Tawa lepas mengendurkan otot dan kepenatan bekerja, bahkan setelah diskusi pengembanganpun masih berlanjut dengan dilantunkannya tembang-tembang kenangan diiringi petikan gitar yang sayup-sayup masih terdengar sampai tengah malam. Penggabungan antara wisata, rapat, dan pelatihan diri, menjadi kegiatan relaksasi yang sangat efektif sambil bekerja. Suasana inilah yang akan mengakrabkan seluruh sivitas yang nantinya diharapkan dapat merubah suasana kerja yang nyaman bagi semua orang, tinggal kita tingkatkan budaya kerja. Beberapa cuplikan foto kebersamaan antara dosen dan tenaga kependidikan kami sajikan. (rps)