SDG 10 : Berkurangnya Kesenjangan
Minggu (5/10), Tim Ekspedisi Patriot Output 1 untuk Kawasan Transmigrasi Mentebah, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat menyelenggarakan forum group discussion terkait hasil riset dan rekomendasi tim untuk kawasan ini. Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Transmigrasi, Elisabet Roslin, SH.,M.Si., Camat Mentebah, Abdul Hasyim, SE., Kepala Desa Sulamaju, Kepala Desa Kepala Gurung, Staf Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Transmigrasi, Warga Transmigran dari dua desa, Suka Maju dan Kepala Gurung serta Tim Ekspedisi Patriot Mentebah Output 1. FGD diselenggarakan di Balai Desa Suka Maju dengan peserta diskusi sebanyak 40 orang.
Ekspedisi Patriot adalah program yang diinisiasi oleh Kementerian Transmigrasi dalam upaya membangun ekosistem kawasan transmigrasi yang inklusif, produktif, dan berkelanjutan. Program ini sebagai solusi atas tantangan pembangunan kawasan transmigrasi yang belum sepenuhnya berbasis data dan kurang mengintegrasikan potensi lokal dengan desain kelembagaan ekonomi yang kuat.
Tim Output 1 Mentebah bertugas merumuskan pondasi kawasan berbasis pendekatan sosial-ekologis yang utuh, menggali realitas aktual di lapangan, baik dari sisi sosial, ekonomi, kelembagaan, maupun ekologi. Hasil kerja Tim Output 1 akan menjadi rujukan utama bagi desain kelembagaan kolaboratif dan pembentukan korporasi masyarakat pada tahap-tahap berikutnya. Pendekatan diagnostik yang tajam, partisipatif, dan berbasis data menjadi dasar dalam pelaksanaan tahap 1 ini.
Dalam rangka mewujudkan misi besar Tim Output-1 Ekspedisi Patriot Mentebah menyelenggarakan FGD ini. PIC Tim Output 1, Dr. Dwi Umi Siswanti, S.Si.,M.Sc. menyampaikan hasil riset, analisis data dan pendalaman fakta lapangan serta peta sumber daya di dua lokasi transmigrasi Mentebah, yaitu Suka Maju dan Kepala Gurung. Dwi menyampaikan data terkait komoditas unggulan, pendapatan petani, sosial budaya, infrastruktur, sumber daya manusia, perencanaan daerah, analisis SWOT, analisis PESTEL dan rekomendasi kebijakan bagi Kawasan transmigrasi Mentebah.
“Strategi pengembangan kawasan transmigrasi Suka Maju dan Kapala Gurung adalah perbaikan jalan, pasar desa, pembangunan fasilitas Pendidikan untuk menekan angka putus sekolah dan pencegahan urbanisasi dengan pelatihan intensifikasi pertanian serta pemberian insentif bagi keluarga muda untuk bertahan dan mengelola Kawasan transmigrasi”, Ungkap Dwi dalam kesimpulannya.
Tim Output 1 Ekspedisi Mentebah ini beranggotakan Dr. Ria Amelia, S.Si.,M.Sc., Patrick Bayu Seto Nugroho, S.Pd. Bio Cur., Laura Silka karawina Rokhmat, S.Si., KH. Mahadhevy.
Program Ekspedisi Patriot Output 1 ini merupakan pengejawantahan SDGs 1 (Tanpa Kemiskinan), SDGs 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDGs 6 (Air bersih dan Sanitasi layak), SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDGs 10 (Berkurangnya Kesenjangan) dan SDGs 17 (Kemitraan untuk mencapai tujuan). (DUS)
Kamis (2/10), salah satu Tim PKM (Program Kreativitas mahasiswa) besutan Dr. Dwi Umi Siswanti, S.Si.,M.Sc. melakukan sesi konsultasi hasil pengabdian masyarakatnya di Desa Jambalangan, Sayegan, Sleman. Tim mahasiswa terdiri dari Tsabita Afidati, Muhammad Fajar Ramadhani, Satria Enggal Buana, Salma Putri Nabila dan Widyaningsih Tutus Mahardika. Tim ini mengusung PKM PM (Pengabdian Masyarakat) “Pemberdayaan Karang Taruna melalui Inovasi Jamblangan Grow+ (JGrow+) Berbasis Farm Waste untuk Meningkatkan Produktivitas di Desa Jamblangan”. Ide yang melatari pengusulan PKM-PM ini adalah fakta bahwa Desa Jamblangan memiliki sumber daya peternakan berupa ternak sapi dan kambing yang cukup banyak. Sumber daya tersebut minimal menghasilkan urin ternak 230 liter/hari dan feses 222 kg/hari. Urin ternak mengandung 0,23% nitrogen sementara feses mengandung 16,35% C organik. Farm Waste merupakan limbah peternakan dalam bentuk feses dan urine dengan berbagai kandungan hara yang berguna untuk pertanian.
Tim PKM JGrow+ Desa Jamblangan menghadapi dua tantangan utama dalam pengelolaan pertanian. Pertama, tingginya penggunaan pupuk dan bahan kimia yang dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas tanah serta berdampak pada kesehatan lingkungan. Kedua, keterlibatan generasi muda yang tergabung dalam Karang Taruna Permadi 13 masih terbatas, sehingga potensi produktivitas mereka belum termanfaatkan secara optimal. Di sisi lain, Desa Jamblangan memiliki potensi sumber daya peternakan dan pertanian yang besar.
Berangkat dari potensi ini, Tim PKM-PM Universitas Gadjah Mada bersama Karang Taruna Permadi 13 menginisiasi Program JGrow+ (Jamblangan Grow+). Program ini berfokus pada pemanfaatan limbah peternakan menjadi Pupuk Organik Plus (POP) dan Biofertilizer. Pupuk ini tidak hanya mengandalkan feses dan urin ternak, bahan tambahan lain seperti sisa sayuran rumah tangga dan tembakau dari puntung rokok turut digunakan untuk memperkaya kualitas produk. Lebih jauh, produk ini juga mengandung sembilan jenis mikroorganisme yang mendukung pertumbuhan tanaman. Proses produksi dilakukan secara an-aerob: sekitar 1–1,5 bulan untuk POP dan 10–14 hari untuk biofertilizer. Indikator sederhana digunakan untuk menilai kelayakan produk, misalnya perubahan warna cairan menjadi lebih gelap dan aroma menyerupai kecap pada biofertilizer sedangkan POP matang dikenali dengan baunya yang segar dan warna granul hitam. Produk biofertilizer disimpan pada botol atau jerigen dan dilakukan pelepasan gas setiap dua minggu untuk menjaga kualitas. “JGrow+ merupakan pengembangan dari produk EnWie Biofertilizer yang telah saya teliti selama lima belas tahun terakhir’, ungkap Dwi Umi.
Program JGrow+ tidak sekadar program teknis pengolahan limbah. Melalui kegiatan pendampingan, mitra juga dibekali pengetahuan tentang pengemasan, strategi promosi, serta manajemen organisasi dengan pembentukan divisi dan sub-divisi. Pendekatan ini diharapkan mampu menumbuhkan kemandirian dan keberlanjutan program bagi anggota Karang taruna Permadi 13 Desa Jamblangan, Sayegan, Sleman. Untuk memperluas dampak, metode Training of Trial (TOT) diterapkan agar masyarakat sekitar dapat langsung mempraktikkan teknik pengolahan. Selain itu, video tutorial yang diunggah melalui kanal YouTube menjadi sarana penyebarluasan pengetahuan yang menjangkau khalayak lebih luas. Program JGrow+ menjadi bukti bahwa solusi atas permasalahan lingkungan dan pertanian dapat lahir dari kolaborasi. Berbasis pada pemanfaatan sumber daya lokal, Desa Jamblangan tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, tetapi juga memberdayakan generasi mudanya untuk menjadi motor perubahan.
Program JGrow+ yang dilakukan oleh Tim PKM pengabdian masyarakat Fakultas Biologi ini merupakan pangejawantahan dari SDGs 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDGs 10 (berkurangnya Kesenjangan), SDGs 13 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab) serta SDGs 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). (DUS)
A
Yogyakarta, 18 September 2025 – Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan upacara puncak peringatan Lustrum XIV sekaligus Dies Natalis ke-70 pada Kamis (18/9) di Auditorium Biologi Tropika. Dengan mengusung tema “Biology for Environment and Humanity”, acara ini menegaskan komitmen Fakultas Biologi UGM dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan peningkatan kualitas hidup manusia, baik di tingkat nasional maupun global. Acara puncak ini juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube Fakultas Biologi UGM, sehingga dapat diikuti oleh masyarakat luas.
Rapat Terbuka Senat dihadiri secara daring oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., yang dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi riset biologi tropika untuk menjawab tantangan masa depan di bidang pangan, energi, dan lingkungan. Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D., turut memberikan apresiasi atas capaian Fakultas Biologi dalam menghasilkan inovasi berbasis biologi tropika yang nyata manfaatnya bagi masyarakat. Rektor UGM juga menegaskan bahwa UGM melalui Fakultas Biologi telah menunjukkan komitmennya sebagai Pusat Unggulan Biologi Tropika Nasional dan Internasional.
Dalam pidato ilmiah, Drs. Heri Susanto, S.Si., M.M., Managing Director Rentokil Initial (Indonesia, Sri Lanka & Maldives), membawakan paparan berjudul “Peran dan Pemanfaatan Biologi dalam Industri Pest Management di Indonesia dan Dunia”. Ia menekankan pentingnya penerapan ilmu biologi dalam pengelolaan hama terpadu guna mendukung ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, serta keberlanjutan industri yang berwawasan lingkungan.
Sementara itu, Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc., dalam laporannya memaparkan berbagai capaian fakultas selama lima tahun terakhir, termasuk penguatan riset bioteknologi tropika, pengembangan kurikulum internasional, serta kontribusi alumni di berbagai bidang. Ia juga mengumumkan soft launching rencana pembangunan Gedung Bio Medic Center, yang digadang menjadi pusat unggulan baru dalam pengembangan riset dan layanan biologi medis berbasis biodiversitas tropika,
Agenda Rapat Senat Terbuka merupakan acara inti dari rangkaian kegiatan Lustrum XIV dan Dies Natalis ke-70 yang telah berlangsung sejak Mei 2025. Sebelumnya telah dilaksanakan berbagai kegiatan yaitu Fun Walk, Bedah Buku dan Donor Darah, Seminar Nasional Biologi Tropika, International Summer Course, hingga Temu Alumni dan Panggung Kreasi BioToprak. Seluruh kegiatan ini bertujuan mempererat jejaring sivitas akademika, alumni, dan mitra, sekaligus memperkuat kontribusi Fakultas Biologi UGM sebagai pusat unggulan biologi tropika di tingkat nasional maupun internasional.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan PT. Biogen, Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
“Tema Biology for Environment and Humanity menjadi pengingat bahwa inovasi biologi harus senantiasa diarahkan untuk solusi berkelanjutan bagi bumi serta kesejahteraan umat manusia,” ujar Prof. Budi S. Daryono.





























































